Breaking News
Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Kabupaten Madiun

Mengoleksi Uang Sejak 1790, Warga Madiun Sebut Rupiah Tak Hanya Alat Transaksi: Punya Nilai Filosofi

Punya koleksi uang sejak keluaran tahun 1790, warga Madiun sebut rupiah tidak sekadar alat transaksi: Punya nilai filosofi.

TribunJatim.com/Sofyan Arif Candra
Roedy Santoso (54) warga Dusun Maron, Desa Purwosari, Kecamatan Wonoasri, Kabupaten Madiun, tidak hanya megoleksi uang kuno, namun juga menyimpan dengan baik pecahan rupiah terbaru, Sabtu (25/6/2022). 

Laporan Wartawan TribunJatim.com, Sofyan Arif Candra

TRIBUNJATIM.COM, MADIUN - Kecintaan Roedy Santoso (54) terhadap rupiah membuatnya banyak mengoleksi uang dari setiap generasi.

Rasa cintanya tersebut sudah tumbuh sejak duduk di bangku sekolah menengah atas (SMA) pada tahun 1987.

Saat itu, ayahnya memberi Roedy uang Rp 25 gambar Presiden Soekarno. Dengan seksama, ia mengamati gambar presiden pertama Republik Indonesia tersebut. 

Roedy yang mengagumi sosok Soekarno seketika tertarik untuk menyimpan uang tersebut, apalagi Roedy melihat desain uang cetakan tahun 1960 itu sangat unik.

Berangkat dari hal itu, warga Dusun Maron, RT 3/RW 1, Desa Purwosari, Kecamatan Wonoasri, Kabupaten Madiun tersebut berniat untuk mengoleksi uang dari setiap generasi.

Satu per satu ia mulai mencari dan menyimpan setiap pecahan atau jenis uang yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia (BI) hingga saat ini.

Setidaknya ia selalu menyimpan dua sampai tiga lembar atau koin di setiap pecahan yang keluar. Biasanya, Roedy akan memilih uang dengan nomor seri yang unik.

"Saya bingkai seperti album foto menggunakan plastik agar tetap awet dan lebih mudah dibaca. Saya rawat karena setiap uang punya nilai filosofi, sejarah dan nilai perjuangan pahlawan yang tinggi," kata Roedy, Sabtu (25/6/2022).

Saat ini, pria yang berprofesi sebagai tenaga kesehatan (nakes) tersebut sudah mengoleksi 223 jenis uang. Dari jumlah tersebut, 150 di antaranya adalah uang kertas, lalu 83 lainya adalah uang logam atau koin.

Koleksi Roedy yang paling tua adalah uang koin tahun 1790, sedangkan uang kertas tertua adalah uang cetakan tahun 1929.

"Kalau yang paling baru saya punya uang kertas pecahan Rp 75 ribu, saya punya tiga lembar dan saya simpan di bingkai juga bersama uang yang lain," lanjut Roedy.

Sebagai numismatik, uang yang menjadi favoritnya adalah uang bergambar Presiden Soekarno atau ia menyebutnya seri Soekarno. 

Alasannya adalah Roedy melihat Soekarno sebagai tokoh bangsa dan salah satu pahlawan yang paling berjasa dalam kemerdekaan Indonesia.

Lebih lanjut, Roedy mengatakan ia memperlakukan hal yang sama, baik itu uang lama maupun uang baru. Ia membungkusnya dengan plastik dan secara rutin membersihkannya.

"Minimal setiap seminggu sekali saya bersihkan lalu diangin-anginkan agar tidak lembap, sehingga semakin awet," jelas Roedy.

Kepada masyarakat, ia mengajak agar menjaga fisik uang yang dimiliki berapapun nilainya.

Menurut Roedy, selain sebagai alat transaksi untuk jual beli, uang juga memuat nilai kecintaan terhadap Tanah Air yang dicerminkan di setiap desain gambarnya.

Jika bukan pahlawan, desain uang selalu menampakkan kekayaan potensi alam nusantara.

"Kita hargai para pahlawan, uang ini adalah alat pembayaran yang sah di negara ini. Kalau pesan saya cuma satu, jangan distaples atau dilem," ucapnya.

Roedy sendiri sebenarnya juga melayani pembuatan mahar menggunakan uang. Namun dalam mengerjakan pesanannya ia memegang prinsipnya untuk tidak merusak fisik uang.

Caranya, ia membungkus uang tersebut menggunakan plastik terlebih dahulu sebelum merangkai mahar menggunakan lem.

Ke depan, Roedy berharap semakin banyak masyarakat yang peduli dengan mata uangnya sendiri, minimal dengan merawat fisik uang tersebut.

Ia juga mendukung program Bank Indonesia yang saat ini gencar dalam melakukan kampanye Cinta, Bangga, Paham Rupiah.

Di tempat terpisah, Kepala Kantor Perwakilan BI Kediri, Choirur Rofiq mengatakan, mata uang rupiah merupakan alat tukar resmi dan satu-satunya alat pembayaran yang sah di Indonesia yang juga berfungsi sebagai pemersatu bangsa.

Untuk mewujudkan cinta rupiah dalam kehidupan sehari-hari, menurut Rofiq dapat dilakukan dengan merawat fisik uang. 

Ia menyebutkan ada 'lima jangan' yang bisa menjadi pedoman masyarakat dalam merawat dan menjaga rupiah.

"Lima yang pertama adalah jangan dilipat, lalu jangan diremas, jangan dicoret, dan jangan dibasahi, serta yang terakhir adalah jangan distaples," kata Rofiq saat ditemui di Kota Madiun.

Ia menjelaskan di setiap uang terdapat gambar pahlawan, pemandangan, dan kebudayaan Indonesia yang harus sama-sama dijaga, dan dihormati.

Selain mencintai rupiah, Rofiq juga mengajak masyarakat untuk bangga terhadap rupiah karena rupiah merupakan simbol kedaulatan, pembayaran yang sah, dan simbol pemersatu bangsa.

"Cara yang paling mudah adalah dengan tidak bertransaksi menggunakan mata uang asing, setiap transaksi jika itu masih berada di NKRI harus menggunakan rupiah," pungkasnya.

Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com

Kumpulan berita seputar Madiun

Sumber: Tribun Jatim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved