Sedihnya Para Peternak di Malang hingga Tertawa Sendiri saat Sapi Mati, Pemkab Sebut Alami Gangguan

Laporan wartawan Tribun Jatim Network, Erwin Wicaksono

TRIBUNJATIM.COM, MALANG - Pemerintah Kabupaten Malang sedang menganalisa dampak psikologis bagi peternak yang sapinya mati akibat penyakit mulut dan kuku (PMK).

Wakil Bupati Malang, Didik Gatot Subroto menduga dampak tersebut sudah menjangkit peternak. Terutama peternak dengan skala mikro.

"Ini sedang dilakukan kajian mengenai dampak gangguan jiwa terhadap peternak, imbas adanya PMK ini. Ternaknya mati para peternak jadi tertawa-tertawa sendiri," ujar Didik ketika dikonfirmasi.

Pemkab Malang mengupayakan penanganan psikologis bagi peternak bisa menggunakan anggaran belanja tidak terduga atau BTT.

"Ada ruang-ruang untuk penanganan psikologis. Ini yang sedang kami kaji," papar Didik.

Baca juga: Curhat Peternak Sapi Perah di Nongkojajar Hadapi PMK, Produksi Susu Merosot, Pengeluaran Membengkak

Mantan Kepala Desa Tunjungtirto, Singosari itu memerintahkan jajarannya segera melakukan pendataan mengenai kebutuhan yang diperlukan.

"Kami mulai menginventarisir kebutuhan di lapangan. Itu nanti akan diberikan kepada peternak sapi perah, potong maupun hewan ternak yang berkuku dua," sebut Didik.

Politisi PDIP ini menuturkan akan menaruh perhatian penuh kepada peternak dengan skala kecil. Pasalnya, Didik tak ingin peternak kecil semakin merana akibat terdampak PMK.

"Makanya data ini sangat penting. Terlebih untuk peternak-peternak gurem. Mereka sumber ekonominya dari sapi kalau mati bagaimana?," ucapnya.

Di sisi lain, Pemkab Malang menyerahkan sepenuhnya wacana pemberian bantuan tunai bagi peternak kepada pemerintah pusat.

"Nah ini yang bantuan dari pemerintah pusat. Kami hanya inventarisi. Sejauh ini 160 ekor yang mati. Ini yang akan kami verifikasi itu dari peternak gurem atau peternak besar," tutup Didik.

Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com