Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Probolinggo

Kisah Empat Pemancing Terombang-ambing di Lautan Probolinggo 9,5 Jam, Perahu sampai Karam

Para pemancing mengisahkan kronologi perahu yang mereka tumpangi karam di perairan utara Probolinggo

Penulis: Danendra Kusuma | Editor: Januar
TribunJatim.com/ Danendra Kusuma
Korban selamat dalam peristiwa tenggelamnya perahu tengah diperiksa kesehatannya di Kantor Satpolairud Polres Probolinggo, Minggu (17/4/2022). 

TRIBUNJATIM.COM, PROBOLINGGO - Empat pemancing terombang-ambing di lautan sekitar 9,5 jam di lautan. 

Itu setelah perahu yang mereka tumpangi karam di perairan utara Probolinggo, wilayah Desa Klaseman, Gending, Kabupaten Probolinggo, Sabtu (16/7/2022) sekira pukul 14.30 WIB. 

Mereka sempat berupaya berenang ke daratan. Tapi, ombak besar terus membawa mereka ke tengah laut. 

Keempatnya selamat usai dievakuasi oleh nelayan Gili Ketapang, Kabupaten Probolinggo

Empat pemancing itu, yakni Eric Sinjoyo (38) warga Kecamatan Wonoayu, Kabupaten Sidoarjo, Caesar Ardian (33) warga Jalan Margobawero Nomor 15, Kecamatan Taman, Kota Madiun, Luqman Hakim (37) warga Kecamatan Gubeng, Surabaya, dan Alen Nuari Tonapa (34) Warga Jalan Jemursari Selatan, Wonocolo, Surabaya.

Tiga di antara empat pemancing, Caesar, Luqman, dan Alen, merupakan PNS di Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Surabaya. 

Seorang pemancing yang selamat, Eric Sinjoyo mengatakan beruntung, sebelum perahu karam, dia, Caesar, dan Alen sudah mengenakan jaket pelampung. 

Sedangkan Luqman mengapung dengan bantuan styrofoam tempat menyimpan ikan. 

Luqman melepas jaketnya saat berupaya menguras air yang masuk lambung dan dek perahu karena mempersulit gerakannya. 

Baca juga: Detik-detik Karamnya Perahu Angkut 4 Pemancing di Perairan Probolinggo, Nahkoda Belum Ditemukan

"Kemudian, kami berempat lekas-lekas berenang mendekat satu sama lain, lalu berkumpul," katanya kepada Surya saat ditemui di Kantor Satpolairud. 

Di waktu yang sama, keempat pemancing itu mengajak Alex untuk merapat berkumpul jadi satu. 

Namun, Alex memilih berenang dengan bantuan jeriken bahan bakar perahu menuju ke daratan untuk meminta pertolongan. 

"Kapten Alex berupaya berenang ke daratan tepatnya ke bibir pantai Desa Klaseman meminta bantuan kepada nelayan untuk mengevakuasi kami," terangnya. Di dekat lokasi karamnya perahu, sepi lalu-lalang kapal nelayan lain. 

Beberapa jam mereka menunggu, bala bantuan tak kunjung datang. 

Mereka pun berupaya berenang menuju tepian. 
Namun, ombak besar terus menggiring mereka ke tengah laut. 

"Kami kehabisan tenaga. Kaki kami mulai kram. Kami hanya bisa pasrah," terangnya. 

Pemancing yang selamat lainnya, Caesar mengungkapkan gagal mencapai darata, dia dan tiga rekannya memustukan untuk berdiam diri. 

Melihat rekannya kelelahan, Caesar inisiatif mengikatkan tali tas yang berisi peralatan joran ke kaki Eric, Alen, Luqman, dan dirinya. 

Tujuannya, agar mereka tak berpisah akibat hempasan ombak. 

Tas itu didekap oleh Caesar saat kapal karam. 

"Saya juga meminta mereka pegangan tas itu. Tas saya kebetulan bisa mengapung di air," ungkapnya. 

Hingga pukul 20.00 WIB, tidak ada tanda-tanda perahu yang mendekat ke mereka. 

Tubuh mereka mulai kedinginan. Rasa panik juga terus inggap dipikiran mereka. 

"Agar tenang saya tak henti-hentinya merapalkan doa sembari memejamkan mata," ucapnya. 

Berselang waktu, tepatnya pukul 00.00 WIB, suara perahu nelayan sayup-sayup terdengar oleh telinga mereka. 

Mereka pun memekikan suara meminta tolong kepada nelayan di atas perahu itu. 

Teriakan mereka tertutup suara mesin perahu yang bising sehingga nelayan sulit mendengar teriakan meminta tolong mereka. 

Jarak kapal dengan posisi mereka juga tak dekat-dekat amat. Caesar tak bisa memperkirakan jaraknya karena gelap. 

"Akhirnya, suara saya terdengar oleh nelayan. Nelayan menyalakan senter untuk mencari sumber suara. Tak lama, sorot sinar senter mengarah ke kami. Kami semua langsung melambaikan tangan," ucapnya. 

Kapal nelayan itu pun mendekat ke mereka. Keempatnya dievakuasi ke atas kapal. 

Mereka kemudian dievakuasi ke Gili Ketapang, Kabupaten Probolinggo atau ke rumah nelayan itu. 

Keempatnya, diberi pakaian pengganti oleh nelayan agar tak kedinginan dan disuruh beristirahat. 

Keesokan harinya, Minggu (17/6/2022) pukul 08.30 WIB, mereka dievakuasi menggunakan kapal penyeberangan Gili Ketapang menuju kantor Satpolairud Polres Probolinggo

"12 joran dan barang berharga seperti ponsel kami ikut tenggelam. Kami tak memikirkan itu. Yang penting kami selamat," jelasnya. 

Setibanya dari Satpolairud, mereka baru mengetahui jika Alex belum ditemukan atau hilang. 

Diberitakan sebelumnya, Keempat pemancing itu berangkat ke Desa Klaseman, Sabtu (16/7/2022) sekira pukul 01.30 WIB. Mereka berangkat dari Surabaya atau rumah Lukman menggunakan satu mobil pribadi. 

Setibanya di sana, pukul 04.30 WIB, mereka menyewa perahu milik Alex seharga Rp 500.000, sebagai transportasi untuk memancing di perairan utara Probolinggo

Perahu itu dinahkodahi langsung oleh Alex.

Mereka memang hobi memancing di laut. Salah satu lokasi yang kerap mereka kunjungi adalah perairan Probolinggo

Kali ini, mereka mencoba berangkat melalui bibir pantai Desa Klaseman. 

Tuntas membayar, mereka pun berangkat. Di perjalanan memang laut sedang berombak, namun tak besar. 

1,5 jam kemudian, mereka sampai pada spot memancing pertama. 

Spot memancing ditentukan oleh kapten Alex. 

Alex memang dikenal sebagai nahkoda perahu yang mengetahui spot-spot memancing terbaik. 

Totalnya, ada lima spot memancing yang mereka kunjungi. 

Kelar memancing, sekira pukul 13.00 WIB, mereka kembali pulang. 

Di perjalanan pulang inilah ombak semakin besar. 

Perahu ini berjalan dari arah utara ke selatan, melawan ombak. 

Tak lama, besarnya ombak sampai membuat air masuk ke dek serta lambung perahu. 

Melihat hal itu, keempat penumpang dan nahkoda bahu-membahu menguras air dengan alat seadanya. 

Eric, Luqman, dan Caesar menguras air bagian tengah perahu. Alen menguras air bagian belakang perahu. 

Pukul 14.30 WIB, perahu diterjang ombak setinggi sekitar 2 meter. 

Melewati dua gelombang ombak, perahu mendadak menukik tajam. 

Air dengan volume banyak pun masuk melalui area depan kapal. 

Area depan perahu tenggelam. 

Dek perahu menyembul ke atas. Dengan cepat seluruh bagian perahu karam. 

Empat pemancing dan seorang nahkoda yang berada di dalam perahu lantas tercebur ke laut. 

Jarak antara lokasi karamnya perahu dengan daratan sekitar 2-3 km. Daratan sudah terlihat dari posisi mereka. 

Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com

Sumber: Tribun Jatim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved