Berita Mojokerto
Terjawab Misteri Penyebab Harga Telur Ayam di Mojokerto Naik Rp 32 Ribu, Peternak sampai Mengeluh
Sejumlah peternak ayam ras petelur di Kabupaten Mojokerto mengaku kenaikan harga telur di pasaran dipicu kenaikan biaya operasional
Penulis: Mohammad Romadoni | Editor: Januar
Laporan wartawan Tribun Jatim Network, M Romadoni
TRIBUNJATIM.COM, MOJOKERTO- Sejumlah peternak ayam ras petelur di Kabupaten Mojokerto mengaku kenaikan harga telur di pasaran dipicu kenaikan biaya operasional.
Penyebab harga telur ayam naik salah satunya yakni akibat kenaikan harga pakan sehingga berdampak terhadap tingginya biaya operasional atau Even Point (BEP) yang dikeluarkan peternak untuk memproduksi telur ayam tersebut.
Tidak hanya itu kenaikan harga telur ayam juga akibat pandemi Covid-19 di mana selama dua tahun itu banyak peternak ayam ras petelur gulung tikar, sehingga menyebabkan jumlah populasi ayam ras petelur di Kabupaten Mojokerto berkurang.
Peternak ayam ras petelur skala besar PT Peternakan Sawo Jaya, M. Anang Hanafi (47) menjelaskan ada beberapa faktor yang menyebabkan kenaikan harga telur ayam di antaranya adalah pasokan atau ketersediaan barang minim namun permintaan pasar tinggi.
Minimnya ketersediaan telur ini diduga banyaknya peternak ayam ras petelur yang gulung tikar akibat dua tahun terdampak Pandemi Covid-19.
Baca juga: Naik, Harga Telur Ayam di Kota Blitar Tembus Rp 30.000/Kg, Banyak Warga Beralih ke Telur Bentes
Akibatnya, populasi ayam ras petelur berkurang sehingga mempengaruhi ketersediaan telur ayam di pasaran.
"Karena yang jelas pasti pasokan ya karena dua tahun lalu banyak yang sudah tutup akhirnya jumlah populasi ayam ras petelur berkurang dan otomatis permintaan masih tetap banyak, sehingga yang terjadi sekarang suplai-nya tidak ada rebutan akhirnya harga naik," ungkapnya kepada Surya.co.id, Senin (22/8/2022).
Anang mengatakan faktor yang juga mempengaruhi harga telur ayam naik akibat kenaikan pakan ternak yang sebagian besar bahan bakunya diperoleh dari impor dan kurs dolar. Saat ini harga pakan sekitar Rp.6.900 hingga Rp.7.000.
"Kalau harga pakan naik tentu biaya operasional BEP juga naik sehingga dampaknya kenaikan telur ayam ditingkat peternak," ungkapnya.
Menurut dia, paling besar pengaruhnya kenaikan harga telur ayam ini adalah karena populasi yang minim akibat peternak terdampak Pandemi Covid-19.
"Kita tidak bisa menentukan harga (Telur ayam) karena harga ditentukan pasar dan
kebijakan pabrik pakan yang menentukan harga pakan," bebernya.
Menurut dia, kenaikan harga telur ayam diprediksi akan berlanjut hingga akhir tahun 2022.
Ini berdasarkan dari berkurangnya
populasi ayam ras petelur sehingga apabila peternak memulai usahanya akan membutuhkan waktu sekitar enam bulan untuk panen pertama telur ayam.
Bahkan informasi dari peternakan bibit ayam ras petelur sudah banyak dipesan (Inden) oleh peternak, pada September 2022.