Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Arti Kata Panic Buying, SPBU di Lamongan Tidak Ada Panic Buying Meski akan Ada Rencana Kenaikan BBM

Meski ada rencana kenaikan harga BBM naik 1 September terus menguat, SPBU di Lamongan terpantau normal, tidak ada panic buying. Apa itu panic buying?

Istimewa/TribunJatim.com
Ilustrasi SPBU Pertamina - Simak arti kata panic buying. Meski ada rencana kenaikan harga BBM naik 1 September terus menguat, SPBU di Lamongan terpantau normal, tidak ada panic buying. 

TRIBUNJATIM.COM - Harga Bahan Bakar Minyak atau BBM dikabarkan akan naik 1 September 2022.

Meski ada rencana kenaikan harga BBM naik 1 September terus menguat, sejauh ini tidak ada lonjakan pembeli ke SPBU.

SPBU di Lamongan terpantau normal, tidak ada panic buying.

Lalu apa yang dimaksud dengan panic buying?

Simak ulasan terkait arti kata panic buying di artikel ini.

Baca juga: Harga Pertalite Bakal Naik 1 September 2022? Cek Harga Pertalite di SPBU Seluruh Indonesia di Sini

Terpantau Normal dan Tidak Ada Antrian

SPBU di Lamongan yang tetap landai menjelang kenaikan BBM yang diinformasikan mulai 1 September besuk, Rabu (31/8/2022)
SPBU di Lamongan yang tetap landai menjelang kenaikan BBM yang diinformasikan mulai 1 September besuk, Rabu (31/8/2022) (TribunJatim.com/ Hanif Manshuri)

Di sejumlah SPBU di Lamongan terpantau normal dan tidak ada antrian dan tidak sampai terlihat panic buying. Padahal informasi rencana ada kenaikan harga BBM jenis Pertalite dan Solar.

Di tingkat nelayan juga sama, kalangan nelayan hanya berharap agar kenaikan harga BBM ditunda sambil menunggu formula yang tepat.

Ketua Himpunan Nelayan Tradisional Indonesia (HNTI) Lamongan, Muchlisin Amar dikonfirmasi Surya.co.id mengatakan, seharusnya rencana kenaikan BBM ditunda terlebih dulu sambil mencari formula yang tepat.

Menaikkan harga BBM saat ini, tandas Muchlisin kurang tepat sebab kondisi nelayan di Lamongan cukup memprihatinkan.

"Seharusnya itu bisa ditunda lebih dahulu sambil mencari formula yang tepat, karena saat ini kondisi nelayan belum beruntung," kata Muchlisin, Rabu (31/8/2022).

Baca juga: Arti Kata SWAG, Istilah Gaul Kekinian dan Populer di Kalangan Pecinta Drakor, Kumpulan Bahasa Gaul

Dicontohkan, hasil tangkapan rajungan, sudah sejak 6 bulan terakhir, harga rajungan hancur dan mengalami penurunan tidak wajar.

"Dari harga Rp 130 ribu, tinggal hanya Rp 35 ribu perkilogram," katanya.

Harga serendah itu, bisa dipastikan tidak cukup untuk biaya operasional, termasuk untuk membeli BBM, belum lagi ditambah biaya beli umpan dan harga bahan pokok lainnya yang biasa naik bersamaan ketika harga BBM naik.

Muchlisin yakin, keluhan serupa tidak hanya dirasakan nelayan, tapi juga oleh masyarakat yang bekerja di bidang lain.

Sumber: Tribun Jatim
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved