Berita Madura
Sepanjang 2022, Kasus Kekerasan Anak dan Perempuan di Sampang Capai 29 Kasus
Kasus kekerasan anak dan perempuan di Kabupaten Sampang, Madura terus terjadi, bahkan dari Januari 2022 hingga saat ini mencapai 29 kasus, Selasa (27/
Penulis: Hanggara Syahputra | Editor: Ndaru Wijayanto
Laporan Wartawan TribunJatim.com, Hanggara Pratama
TRIBUNJATIM.COM, SAMPANG – Kasus kekerasan anak dan perempuan di Kabupaten Sampang, Madura terus terjadi, bahkan dari Januari 2022 hingga saat ini mencapai 29 kasus, Selasa (27/9/2022).
Berdasarkan catatan Dinas Sosial dan Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak (Dinsos PPPA) Sampang, dari puluhan kasus tersebut didominasi kekerasan terhadap anak.
Adapun rinciannya, kasus kekerasan anak sejak Januari - September 2022 sebanyak 21 kasus, sedangkan kekerasan terhadap perempuan ada 8 kasus yang tersebar di seluruh kecamatan se Kabupaten Sampang.
Kabid Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak, Dinsos PPPA Sampang, Masruhah mengatakan bahwa memang setiap tahunnya Kota/Kabupaten tidak akan terlepas dari adanya kasus kekerasan anak maupun perempuan.
Namun, dirinya akan terus berupaya untuk menurunkan kasus itu dalam setiap tahunnya.
"Sejak Januari 2022 sampai saat ini ada 29 kasus dan kami yakin akan lebih sedikit dibandingkan 2021 yakni sebanyak 52 kasus," ujarnya.
Baca juga: Tokoh Agama Sampang Bereaksi Keras Soal Firdaus Oiwobo Sebut Syahadat Batal Jika Tak Percaya Dukun
Masruhah menyebutkan dari sejumlah kasus terdapat beberapa jenis kekerasan yang dialami anak di wilayah kerjanya, seperti persetubuhan, pencabulan, penganiayaan, pencurian, narkoba, dan lainnya.
Sedangkan untuk kekerasan terhadap perempuan seperti persetubuhan, penganiayaan, KDRT, dan lainnya
"Terjadinya kekerasan anak dan perempuan merata di 14 kecamatan se Sampang, tapi sejauh ini insiden kekerasan banyak terjadi di Kecamatan Kedungdung, Tambelangan, dan Karang Penang," terangnya.
Menurutnya, kekerasan anak dan perempuan lebih banyak terjadi di wilayah pelosok sehingga dalam upaya penanganannya dirinya giat mengedukasi masyarakat sebagai langkah pencegahan.
"Jadi kami sasar ke lembaga sekolah di pelosok untuk melakukan sosialisasi," pungkasnya.