Tragedi Arema vs Persebaya
129 Orang Tewas, Peraturan FIFA Tidak Gunakan Gas Air Mata Dilanggar di Stadion Kanjuruhan Malang
Sebanyak 129 orang tewas dalam tragedi yang terjadi di Kanjuruhan, Malang. Ternyata FIFA telah melarang tegas penggunaan gas air mata di stadion.
Penulis: Elma Gloria Stevani | Editor: Arie Noer Rachmawati
TRIBUNJATIM.COM - Kabar duka datang dari dunia sebak bola Tanah Air, laga Arema FC vs Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Malang berujung ratusan korban jiwa.
Kericuhan dari suporter Arema FC seusai laga berakhir membuat pihak kepolisian kemudian menembakkan gas air mata ke tribun penonton.
Hingga saat ini, dilaporkan 129 orang tewas pada insiden ini.
Hampir 100 korban meninggal di dalam stadion.
Selain itu, 13 mobil dirusak di mana 10 di antaranya mobil polisi.
"Dalam kejadian tersebut meninggal 127 orang, 2 di antaranya anggota Polri," jelas Kapolda Jatim Irjen Nico Afinta di Malang, Minggu (2/10/2022) seperti dikutip TribunJatim.com dari tayangan Breaking News Kompas TV.
Ia mengungkapkan bahwa 34 korban meninggal di rumah sakit dan sisanya tewas di stadion.


"Lalu ada 13 mobil yang rusak. 10 di antaranya mobil dinas Polri dan juga ada mobil pribadi," lanjutnya.
Kapolda Jatim Irjen Nico Afinta membeberkan bahwa tragedi ini terjadi karena rasa kecewa suporter Arema FC karena kalah dari Persebaya di kandang sendiri.
Para suporter kemudian turun ke tengah lapangan untuk pelampiasan kemarahan.
"Yang melihat tim kesayangannya tidak pernah kalah selama 23 tahun bertanding di kandang sendiri, namun kini mengalami kekalahan," ungkap Kapolda Jatim Irjen Nico Afinta.
"Untuk menanyakan atau melampiaskan. Pengamanan melakukan upaya pencegahan dan melakukan pengalihan supaya mereka tidak masuk ke lapangan dan mengejar para pemain. Karena sudah mulai anarkis sudah menyerang petugas dan merusak mobil dan akhirnya karena gas air mata mereka keluar ke satu titik di pintu keluar," terang Kapolda Jatim Irjen Nico Afinta.
Baca juga: 127 Orang Meninggal dalam Tragedi Kanjuruhan Malang, PSSI: Arema FC Dilarang Menjadi Tuan Rumah
"Yaitu kalau enggak salah di pintu 10, ya. Kemudian terjadi penumpukan dalam proses penumpukan itulah terjadi sesak napas kurang oksigen yang oleh tim medis dilakukan upaya pertolongan yang ada di dalam stadion dan dievakuasi ke beberapa rumah sakit," lanjutnya.
Adapun penggunaan gas air mata dari pihak kepolisian ini tentu mendapatkan kritik tajam dari publik saat ini.
Hal ini karena gas air mata membuat oksigen di dalam stadion berkurang tajam mengingatnya puluhan ribu orang yang ada di dalamnya.
Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA) pun ternyata sudah melarang tegas penggunaan gas air mata sejak bertahun-tahun lalu.
FIFA bahkan melarang gas air mata dibawa meski tidak digunakan.
Baca juga: Gercep, Manajemen Arema FC Siapkan Crisis Center dan Santunan untuk Korban Tragedi Kanjuruhan

Larangan penggunaan gas air mata ini masuk pada peraturan FIFA pasal 19 B soal pengamanan di luar lapangan.
"Senjata api atau 'gas pengendali masa' tidak boleh dibawa atau digunakan," bunyi pernyataan FIFA.
Pihak kepolisian sendiri mengungkapkan bahwa penembakan gas air mata ini dilakukan karena kericuhan suporter.
Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Jawa Timur Irjen Nico Afinta berpendapat pihaknya telah menjalankan sesuai prosedur terkait penembakan gas air mata.
Nico menjelaskan, polisi akhirnya memutuskan untuk menggunakan gas air mata tersebut untuk menghalau serangan suporter yang berbuat anarkistis usai merangsek masuk ke lapangan
Korban mulai berjatuhan karena berdesak-desakan menuju pintu keluar sehingga kekurangan oksigen.
"Untuk menanyakan atau melampiaskan. Pengamanan melakukan upaya pencegahan dan melakukan pengalihan supaya mereka tidak masuk ke lapangan dan mengejar para pemain. Karena sudah mulai anarkis sudah menyerang petugas dan merusak mobil dan akhirnya karena gas air mata mereka keluar ke satu titik di pintu keluar," Kapolda Jatim Irjen Nico Afinta di Malang, Minggu (2/10/2022).
Akibat penembakan gas air mata, para suporter akhirnya berlarian menuju ke salah satu titik di Pintu 12, Stadion Kanjuruhan.
Suporter yang panik membuat area itu mengalami penumpukan.
Baca juga: Laga Arema FC vs Persebaya Memakan 127 Korban Jiwa, Manajemen Bajul Ijo Sampaikan Duka Mendalam

"Yaitu kalau enggak salah di pintu 12, ya. Kemudian terjadi penumpukan dalam proses penumpukan itulah terjadi sesak napas kurang oksigen yang oleh tim medis dilakukan upaya pertolongan yang ada di dalam stadion dan dievakuasi ke beberapa rumah sakit," lanjutnya seperti dipantau TribunJatim.com dari program Breaking News di Kompas TV.
Nico melanjutkan dari 42.288 penonton di tribun tak seluruhnya turun ke lapangan.
Ia mengatakan ada sekitar 3.000 suporter tuan rumah yang merangsek.
"Seandainya suporter mematuhi aturan, peristiwa ini tidak akan terjadi. Semoga tidak terjadi lagi peristiwa semacam ini," imbuh jenderal polisi bintang dua tersebut.
Di sisi lain, Persebaya melalui akun Instagram resminya mengungkapkan duka mendalam untuk tragedi Kanjuruhan ini.
Klub bola asal Surabaya ini mengajak untuk memberikan doa kepada para korban.
"Keluarga besar Persebaya turut berdukacita sedalam-dalamnya atas jatuhnya korban jiwa setelah laga Arema FC vs Persebaya. Alfatihah untuk para korban Dan semoga keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan. Tidak ada satupun pertandingan sepak bola yang sebanding dengan nyawa," ungkap Persebaya.
Tim TribunJatim.com turut berduka cita sedalam-dalamnya untuk para korban Tragedi Kanjuruhan Malang.
Baca juga: Capai 127 Orang, Korban Jiwa Kerusuhan Usai Arema FC Vs Persebaya Dievakuasi ke RS di Kepanjen

Berita seputar Tragedi Arema vs Persebaya lainnya
Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com