Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Tragedi Arema vs Persebaya

Posko Darurat Balaikota Malang, Ada 9 Laporan Korban Selamat Tragedi Kanjuruhan Butuh Trauma Healing

Di posko darurat Balaikota Malang total sudah ada sembilan laporan korban tragedi Kanjuruhan yang membutuhkan pendampingan trauma healing.

Penulis: Rifki Edgar | Editor: Ndaru Wijayanto
TRIBUNJATIM.COM/RIFKI EDGAR
Posko darurat di Balaikota Malang. Ada 9 laporan dari korban selamat tragedi kanjuruhan yang butuh trauma healing 

Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Rifki Edgar

TRIBUNJATIM.COM, MALANG - Di posko darurat Balaikota Malang total sudah ada sembilan laporan korban tragedi Kanjuruhan yang membutuhkan pendampingan trauma healing.

Laporan tersebut disampaikan oleh Ikatan Psikologi Klinis Indonesia (IPK) Jawa Timur yang membantu proses pendampingan trauma healing kepada korban.

Sururun Marfuah, Psikolog dari IPK Jatim mengatakan, hingga sampai saat ini pihaknya masih menunggu hasil medis para korban sebelum nantinya melakukan pendampingan.

Dari hasil media tersebut, nantinya dapat diketahui, apakah korban tragedi Kanjuruhan ini membutuhkan pendampingan psikolog atau tidak.

"Sampai saat ini kami masih melakukan screening. Kami belum terjun langsung melakukan pendampingan. Karena menunggu laporan medis," ucapnya.

Baca juga: VIRAL Video Kengerian di Pintu 13, Aremania Jebol Tembok Hindari Gas Air Mata Tragedi Kanjuruhan

Hasil medis itulah yang nantinya akan menjadi acuan untuk pendampingan para korban dalam menghilangkan trauma.

Korban yang nantinya akan didampingi tersebut kondisinya juga harus stabil.

Oleh sebab itu, metode trauma healing yang akan digunakan nantinya juga bervariasi. Tergantung dari kondisi korban.

"Kami akan mengikut keadaan dari masing-masing individu," ujarnya.

Perempuan berhijab itu menjelaskan, misalkan korban trauma dengan keramaian, pendampingan yang dilakukan ialah dengan pola pikirnya.

Misalnya pola pikir terpaku pada ramai itu bahaya, bentuk pendampingan yang dilakukan dengan memberikan pemahaman, bahwa tidak semua keramaian itu berbahaya.

"Kami beri contoh misalkan trauma pada keramaian. Pola pikirnya jadi terpaku, kalau ramai berarti bahaya. Memang iya ramai berbahaya, tapi ada yang tidak bernahaya. Seperti itu. Jadi bagaimana kami bisa membuat korban berdamai dengan pemikirannya," terangnya.

Selain itu, jika sudah dilakukan pendampingan, petugas dari IPK Jatim ini akan membentuk rancangan untuk menghilangkan trauma korban.

"Yang jelas kami akan membentuk rancangan apa yang harus kami lakukan untuk korban saat memberikan pendampingan nanti,"

"Misalkan di Minggu pertama asesmen, terus selanjutnya bagaimana, dan itu tergantung dari kondisi korban," tandasnya.

Sumber: Tribun Jatim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved