Rintis Bisnis di Bidang Digital, Merlianny Effendi Sempat Hadapi Ragu, Kini Tembus Skala Nasional
Mengembangkan bisnis yang cukup jarang di Indonesia khususnya Surabaya, tak melulu mulus jalannya. Itulah yang dirasakan Merlianny Effendi, saat merin
Penulis: Nur Ika Anisa | Editor: Ndaru Wijayanto
Ia telah beberapa kali menghandle event besar dan brand-brand ternama di Indonesia. Kini bisnisnya telah memiliki beragam divisi.
Tak hanya Social Media Management tetapi juga Brand Strategi, Marketing, Kampanye dan Endorsment dengan jobdesk yang semakin luas.
“Berusaha mengeluarkan hal-hal baru,” katanya.
Bekerja Bagai Universitas Kehidupan
Kecintaannya pada pekerjaan ini, diartikan Merli, seperti universitas kehidupan yang membuat tidak putus untuk belajar. Bertemu bisnis baru, tantangan baru, orang baru dan menggalakan kampanye yang makin terdepan.
Dia tak ingin berpuas memajukan satu dua bisnis milik cliennya. Makin hari, lanjut Merli, makin bergerak dan tertantang mengemas ide-ide baru.
“Untungnya aku suka dinamika bisnis ini dan kalau sudah berhasil next-nya apa yang bisa aku lakukan. Aku suka mengeluarkan sesuatu yang belum banyak orang pakai atau yang belum ada di Surabaya” katanya.
Pengalamannya kuliah pada jurusan international business management dan sempat mengikuti pertukaran pelajar di Korea Selatan menjadi bekal dalam menjalani bisnis.
Sisanya, diakui Merli, menjadi pelajaran langsung sambil mengembangkan bisnis.
“Untungnya sangat berkolerasi, meskipun pada saat itu tidak ada spesifik digital marketing. Setelah jalan akhirnya mengerti,” kata perempuan kelahiran 17 Februari 1993 tersebut.
Bukan sekadar mimpi besar. Merli mewujudkannya dengan kerja keras. Yakin akan setiap proses membuatnya mencapai sukses.
Meski kala mengawali bisnis belum mendapat dukungan dari orang tua. Nyatanya, keyakinan dan kerja kerasnya dapat membuktikan kesuksesan pada orang tua.
“Orang tua sempat ragu, menyayangkan fokus ke bisnis. Pada saat itu juga orang tua melihatnya belum ada yang sukses di industri ini dan dulu ada pilihan yang lebih pasti,” katanya.
Meski diragukan dan menghadapi tantangan merintis usaha di usia muda, nyatanya dari bisnis tersebut Merlin bisa membiayai kuliah seorang diri hingga membuka lapangan pekerjaan untuk puluhan karyawan.
“Dulu dari semester empat biaya kuliah sendiri. Sekarang ada 30 karyawan. Saya berharap bisa menjadi top of mind di industrinya kita ini,” katanya.