Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Tragedi Arema vs Persebaya

Tersangka Tragedi Kanjuruhan Keluarkan Sindiran Keras ke PSSI: Jangan Berlindung di Balik Regulasi

Tersangka tragedi Kanjuruhan, Abdul Haris yang menjabat sebagai Ketua Panpel Arema FC, menyindir keras PSSI yang tak mau bertanggung jawab.

Penulis: Dya Ayu | Editor: Taufiqur Rohman
Tribun Jatim Network/Dya Ayu
Ketua Panpel Arema FC, Abdul Haris yang didampingi kuasa hukumnya dan Manajer Arema FC meminta maaf pada semua korban tragedi Kanjuruhan Malang, Jumat (7/10/2022). 

Menurut Abdul Haris, gas air mata yang ditembakan polisi saat kericuhan 2018 lalu ketika Arema FC melawan Persib, berbeda dengan gas air mata yang ditembakan usai pertandingan Arema FC Vs Persebaya lalu.

"Saat tanggal 1 Oktober kemarin, saya masuk ke dalam lapangan dengan mata perih dan sesak nafas. Saya masuk ke dalam disitu sudah banyak adik adik kita, saudara saudara kita bergeletakan. Mereka saya lihat ada yang lebam mukanya, mukanya membiru, tidak bisa nafas. Ada yang sekarat dan saya pegang kakinya dan lehernya, sudah meninggal," tegasnya, Jumat (7/10/2022).

Untuk itu pihaknya memohon agar soal gas air mata yang ditembakan pihak kepolisian benar-benar dibuka seterang-terangnya.

Bahkan ia juga meminta agar korban meninggal diotopsi untuk mengetahui apa penyebab kematian mereka.

"Tolong diperiksa itu gas air mata yang seperti apa. Karena gas air mata yang saya rasakan saat tanggal 1 itu tidak sama ketika kejadian gas air mata tahun 2018. 2018 Aremania bergeletakan masih bisa dikasih kipas dikasih air bisa tertolong. Ini sudah tidak bisa apa apa. Korbannya saya lihat mukanya biru biru semua," ujarnya.

"Saya juga minta ini diotopsi agar diketahui ini meninggal karena apa, apakah meninggal karena berhimpitan atau karena gas air mata. Tolong yang punya kewenangan, tolong ini diusut. Saya mohon, kenapa itu harus terjadi. Kalau menghalau agar Aremania tidak masuk ke lapangan kenapa ditembakkan ke pintu evakuasi, kenapa di sana?"

"Di sana itu yang lihat adalah keluarga, anak anak kecil, wanita, yang masih umur belia. Mereka bukan suporter murni tapi mereka keluarga,"

"Pintunya juga sama, SOP nya juga sama seperti 2018. Ini yang jadi beban saya, tolong Aremania, suporter seluruh Indonesia, marilah bersama sama untuk menegakan kebenaran ini sama sama," jelas Abdul Haris.

Dengan berlinang air mata, Abdul Haris juga meminta maaf pada semua pihak, terutama untuk para korban, baik yang meninggal dunia maupun kini sedang dalam perawatan.

Selain itu, dia juga meminta maaf pada seluruh suporter di Indonesia.

Bahkan baru diketahui keponakan Abdul Haris juga menjadi korban meninggal dalam tragedi Kanjuruhan usai Arema FC kalah 2-3 lawan Persebaya

“Kami mohon maaf sebesar-besarnya, sedalam-dalamnya, kami berdukacita, kami sangat berkabung atas meninggalnya adik-adikku, saudara-saudaraku, keponakanku yang SMP juga meninggal, yang tanpa dosa mereka meregang nyawa," ucapnya.

Abdul Haris mengaku salah dan siap mempertanggungjawabkan kesalahannya sebagai Ketua Panpel Arema FC yang dinilai lalai dan bersalah, hingga ditetapkan sebagai tersangka oleh kepolisian bersama dengan lima tersangka lainnya.

"Itu semua karena keterbatasan saya tidak bisa menangani menolong mereka, sehingga terjadi tragedi kemanusiaan. Sekali lagi saya mohon maaf pada keluarga korban dan kepada Aremania, seluruh penonton, suporter seluruh Indonesia, saya sebagai ketua panpel mohon maaf karena tidak bisa menyelamatkan dan melindungi mereka. Saya tidak mau kejadian itu, tapi tetap terjadi," jelasnya.

Seperti diketahui, polisi telah menetapkan enam tersangka atas tragedi Kanjuruhan.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jatim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved