Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

Meski Termasuk 100 Negara Termiskin, Indonesia Jadi Negara Paling Dermawan di Dunia Tahun 2022

Meski Indonesia termasuk 100 negara termiskin, ternyata jadi negara paling dermawan di dunia.

Penulis: Alga | Editor: Sudarma Adi
TRIBUNNEWS.COM
Ilustrasi salah satu kawasan kumuh di Indonesia 

TRIBUNJATIM.COM - Indonesia masuk daftar 100 negara termiskin di dunia tahun 2022.

Mengutip Kontan.co.id, Indonesia menduduki urutan 73 sebagai negara termiskin di dunia.

Urutan tersebut berdasarkan laporan yang dilakukan World Population Review.

Meski begitu Indonesia jadi negara paling dermawan di dunia.

Baca juga: Berbagai Persiapan yang Harus Dilakukan Hadapi Resesi Ekonomi, Disiplin Keuangan hingga Tidak Panik

Untuk daftar negara termiskin, pemeringkatan negara miskin didasarkan pada pendapatan nasional bruto atau gross national incomes (GNI) per kapita tiap negara.

GNI yang merupakan ukuran pendapatan total negara ini lantas dibagi dengan populasinya.

GNI ini sangat mirip dengan produk domestik bruto (PDB) per kapita.

Di bawah sistem Bank Dunia, negara berpenghasilan rendah adalah yang memiliki GNI (disesuaikan dengan kurs dolar AS saat ini) kurang dari US$ 1.046 per 1 Juli 2021.

Nah, merujuk data World Population Review, Indonesia menempati urutan 73 negara paling miskin di dunia.

Pasalnya GNI per kapita Indonesia tercatat sebesar US$ 3.870 pada tahun 2020.

Kendati begitu, posisi Indonesia lebih baik dari sejumlah negara ASEAN lain.

Seperti Filipina di urutan 66, Vietnam yang ada di urutan 55, Timor Leste (44), Kamboja (39), Myanmar (33).

Sementara, Burundi, Somalia, dan Mozambik, menduduki urutan teratas negara paling miskin di dunia.

Masing-masing dengan GNI per kapita sebesar US$ 270, US$ 310 dan US$ 460 pada tahun 2020.

Meski begitu, Indonesia jadi negara paling dermawan di dunia 2022.

Raihan ini didasarkan pada daftar WGI 2022 yang dikeluarkan oleh badan amal Charities Aid Foundation (CAF).

Laporan WGI 2022 CAF yang dirilis pada Jumat (21/10/2022), mengukuhkan Indonesia di peringkat pertama dengan skor 68 persen.

Meski skor ini lebih rendah tiga persen dibanding tahun lalu, Indonesia masih menempati urutan pertama sebagai negara paling dermawan di dunia kini.

Ketua Badan Pelaksana Public Interest Research and Advocacy Center (PIRAC), Hamid Abidin, mengaku takjub atas prestasi yang ditorehkan sektor filantropi Indonesia dalam kurun waktu lima tahun tersebut.

"Ini menunjukkan kuatnya tradisi menyumbang kita yang diinspirasi oleh ajaran agama dan tradisi lokal yang sudah dipraktikkan puluhan tahun," tuturnya dalam keterangan tertulis, sebagaimana dikutip dari Antara via Kompas.com.

Pencapaian ini menempatkan Indonesia sebagai negara paling dermawan dalam kurun waktu lima tahun berturut-turut.

Menurut laporan WGI, Indonesia menempati dua peringkat teratas dari tiga kategori atau indikator yang menjadi ukuran WGI.

Yakni menyumbang uang, menyumbang pada orang asing atau tidak dikenal, dan juga partisipasi dalam kegiatan kerelawanan atau volunterisme.

Hasil penelitian CAF menunjukkan 84 persen orang Indonesia menyumbang uang pada tahun 2021, jauh lebih tinggi dari skor rata-rata global (35 persen).

Persentase warga Indonesia yang berpartisipasi dalam kegiatan kerelawanan juga tinggi.

Mencapai 63 persen atau hampir tiga kali lebih besar dari angka rata-rata global dengan angka 23 persen.

Sementara persentase warga yang menyumbang untuk orang asing berjumlah 58 persen, sedikit lebih rendah dari angka rata-rata global yaitu 62 persen.

Sedekah
Sedekah (The Peninsula Qatar)

Hamid menilai, capaian Indonesia jadi negara paling dermawan di dunia dipengaruhi oleh ajarah keagamaan.

Selain pengaruh ajaran keagamaan, dia melihat ini juga merupakan keberhasilan para pegiat filantropi.

Khususnya filantropi Islam dalam menggalang, mengelola dan mendayagunakan donasi keagamaan juga berkontribusi pada pencapaian tersebut.

Lembaga filantropi Islam, khususnya badan dan lembaga pengelola ZISWAF (Zakat, Infaq, Sedekah dan Wakaf), telah bermetamorfosis menjadi lembaga filantropi modern.

Menurutnya, filantropi Islam mengembangkan strategi penggalangan sumbangan keagamaan secara konvensional dan digital.

Serta menerapkan standar pengelolaan donasi secara transparan dan akuntabel.

Selain itu menurut Hamid, mereka juga berhasil mengaitkan dan menyelaraskan program-program yang dijalankannya dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).

"Tak heran jika perolehan donasi lembaga-lembaga filantropi Islam ini mengalami kenaikan selama pandemi Covid-19."

"Meski prosentase kenaikannya tidak setinggi di masa normal sebelum pandemi," jelas dia.

Sumber: Tribun Jatim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved