Pembangunan Taman Kehati Kota Blitar Sudah 80 Persen, Ditarget Desember 2022 Selesai

Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Samsul Hadi

TRIBUNJATIM.COM, BLITAR - Pembangunan tahap kedua Taman Kehati di Kelurahan Tanjungsari, Kecamatan Sukorejo, Kota Blitar, terus dikebut. 

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Blitar, Jajuk Indihartati mengatakan, saat ini, progres pembangunan tahap kedua Taman Kehati sudah mencapai 80 persen. 

"Progres pembangunan tahap kedua Taman Kehati sudah 80 persen. Tinggal finalisasi. Targetnya, harus selesai sebelum Desember 2022," kata Jajuk, Sabtu (29/10/2022). 

Menurutnya, pembangunan tahap kedua Taman Kehati sempat terkendala cuaca hujan beberapa pekan belakangan ini. 

Karena cuaca hujan, proses pembangunan Taman Kehati tidak bisa maksimal. Sekarang, DLH meminta pekerja kembali mengebut pekerjaan di sisa waktu kurang satu bulan ini. 

"Kemarin, proses pembangunan sempat terkendala cuaca hujan. Pekerjaan tidak berhenti, tapi kurang optimal. Untuk itu, sekarang kami minta pekerjaan dikebut lagi," ujarnya.

Baca juga: Siapkan Dana Rp 3 Miliar, Pembangunan Taman Kehati Kota Blitar Ditargetkan Selesai Tahun Ini

Dikatakannya, sekarang bangunan utama Taman Kehati sudah berdiri. Pekerja tinggal melakukan finalisasi pemasangan keramik dan pengecatan. 

"Bangunan utama sudah berdiri, tinggal pemasangan keramik dan pengecatan," ujarnya. 

Sekadar diketahui, DLH Kota Blitar mengalokasikan anggaran sekitar Rp 3 miliar untuk pembangunan tahap kedua Taman Kehati.

Jenis pekerjaan di pembangunan tahap dua meliputi pembangunan musala, area parkir, lapak pedagang, tandon luar, pintu masuk atau gerbang sisi timur, toilet, pagar keliling area parkir, kantor pengelola, dan rumah genset.

Sedang, pada pembangunan tahap pertama Taman Kehati, DLH mengalokasikan anggaran sekitar Rp 2,9 miliar.

Pembangunan tahap pertama meliputi pembangunan aula, plaza, gedung pembibitan, kolam ikan, tandon, dan taman.

Pembangunan Taman Kehati diharapkan dapat mewujudkan taman yang berfungsi untuk menjaga kelestarian keanekaragaman hayati jenis lokal yang semakin langka serta menjadi habitat satwa yang terdesak oleh pemukiman dan industri