Berita Bisnis
Tren Harga Nikel Global Meningkat, Pengusaha ini Optimis Masa Depan Industri Nikel Indonesia
Harga nikel global yang menunjukkan tren kenaikan berdampak positif terhadap harga patokan mineral (HPM) nikel di Indonesia.
Selain terbesar dari sisi volume, kualitas nikel di Indonesia juga terbaik di dunia.
Nikel kelas satu sangat dibutuhkan untuk pengembangan baterai mobil listrik untuk campuran jenis logam cobalt.
Meski permintaan nikel dari segmen baterai ini belum terlalu besar, namun segmen kendaraan listrik (electric vehicle) yang diperkirakan akan tumbuh cepat, akan memicu naiknya permintaan nikel kelas satu dari Indonesia.
Data dari Badan Energi Internasional (International Energy Agency - IEA) juga mengungkapkan, kendaraan listrik saat ini menyumbang 2 persen lebih dari penjualan mobil global, dan akan menjadi 58 persen di tahun 2040.
Biji nikel berkadar tinggi sangat dibutuhkan untuk industri pengolahan atau smelter di Indonesia.
Selain itu, nikel merupakan bahan baku penting bagi pembangkit energi geothermal dan salah satu bahan baku baja tahan karat (stainless steel).
Saat ini, serapan nikel untuk kebutuhan industri stainless steel tercatat masih tertinggi di Indonesia.
Lebih dari itu, perusahaan listrik juga sangat butuh nikel meski dalam kadar rendah.
Nikel adalah bahan baku pembuatan suku cadang mesin, kabel dan lain-lain.
“Pendek kata kebutuhan nikel sangat intensif dalam perkembangan industri hulu sampai hilir. Karena itulah kami sangat optimis terhadap masa depan nikel Indonesia,” tutur Helmut.
Komoditas strategis
Saat ini, nikel merupakan salah satu sumber daya mineral yang menjadi komoditas strategis di pasar global.
IEA memproyeksikan, permintaan nikel di pasar global akan terus meningkat seiring dengan penguatan tren energi baru terbarukan (EBT).
Dalam laporannya di Southeast Asia Energy Outlook 2022, IEA memprediksi permintaan nikel untuk keperluan teknologi energi bersih akan berkembang pesat sampai 20 kali lipat selama periode 2020 sampai 2040.
Khusus untuk kawasan Asia Tenggara, IEA memperkirakan nilai penjualan sumber daya nikel pada 2020 baru mencapai US$15,2 miliar.