Rhenald Kasali Ungkap Penyebab PHK di Goto Kukan karena Resesi: Tak Ada Hubungannya

"Yang ramai kita bincangkan adalah resesi kedua yang dikenal sebagai Trust Recession, semacam quasi recession (resesi semu/palsu)," lanjutnya.

Rhenald berpendapat, ini adalah sebuah gejala psikologis yang datang dari rasa cemas atau takut yang berlebihan (dari orang yang menarasikan atau yang menyebarluaskan). Kadang gejala ini juga disebut sebagai the negativity bias.

Belum lagi resesinya datang, tapi bayangan gelapnya sudah disambut, dipeluk dan dipamerkan sebagai hantu hitam yang “keren”.

“Kalau masyarakat terlanjut percaya dan ketakutan , maka pengusaha akan melakukan deep cut (memotong anggaran, menutup usaha, menghentikan investasi, ekspansi atau berpromosi, melakukan penghematan, PHK, mengurangi stok, bahkan malas melakukan apa-apa). Dan akhirnya bukan saja resesi, melainkan terjadi stagnasi dan depresi," imbuhnya.

Sehingga, Rhenald melanjutkan, kalau benar Goto terdampak gejolak ekonomi global, tentu kinerjanya buruk, bahkan rugi.

"Faktanya, pada akhir kuartal kedua 2022, perusahaan berhasil melakukan penghematan biaya struktural sebesar Rp 800 miliar. Bahwa pasca pandemi orang tak segencar berbelanja online seperti sebelumnya, itu bisa saja terjadi. Tapi Goto punya kekuatan ekosistem keuangan yang solid mulai dari Midtrans sampai Moka yang menjamin solusi Online-Offline (O2O)," jelasnya.

Guru Besar UI ini mengatakan, yang perlu diwaspadai sebenarnya bukan dampak resesi, tetapi dampak disrupsi yang akan menghilangkan sekitar 40 % lapangan kerja menyusul kemajuan robotisasi, sehingga biaya robot telah turun 65