Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Bisnis

Realisasi Hilirisasi, Indo Nickel Industri Gandeng Pinggao Bangun Smelter Nikel di Luwu Timur

Penandatanganan kerjasama ini mengawali rangkaian pembangunan projek kerjasama pembangunan RKEF smelter nikel.

Editor: Sudarma Adi
ISTIMEWA/TRIBUNJATIM.COM
PT Indo Nickel Industri bekerjasama dengan Pinggao Group Company Limited, menandatangani pembangunan Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) Nickel Smelter Project Indonesia–Engineering Procurement and Construction Contract 

Tahun 2017 Pinggao menduduki peringkat ke-220, dan termasuk dalam kategori 250 kontraktor terbesar di dunia.

“Di Indonesia, Pinggao menjadi mitra yang cukup lama selama 20 tahun terakhir, terutama untuk suplai peralatan pembangkit listrik di Indonesia. Selama beberapa tahun terakhir, kami telah memenuhi banyak kebutuhan peralatan pembangkit listrik industri nikel di Indonesia. Keandalan produk-produk kami berjalan secara stabil,” jelas Mingxiang.

Dalam kerjasama kontrak, Pinggao menjadi investor terbesar pembangunan RKEF smelter sekaligus mereka juga akan melakukan proses alih teknologi dalam bentuk riset dan pengembangan (research and development).

Untuk itu, menurut Helmut, ada 100 orang tenaga supervisi dari Tiongkok saat pembangunan (konstruksi) sampai smelter siap dioperasikan.

Sedangkan jumlah tenaga kerja yang akan diserap dalam proyek smelter ini antara 300 sampai 400 orang secara langsung yang berasal dari daerah Malili dan sekitarnya, di luar tenaga kerja tidak langsung yang akan mampu membangkitkan ekonomi sekitar di wilayah tersebut.

Helmut menyatakan hal tersebut menjadi komitmen PT INI saat berinvestasi ke Malili, Luwu Timur.

Selain perwakilan dari kedua pihak, acara ini juga didukung oleh Bupati Luwu Timur Budiman Hakim, Ketua DPRD Luwu Timur H. Aripin dan undangan lainnya yang mengiikuti secara virtual melalui zoom.

Dalam sambutannya Bupati Budiman Hakim mengemukakan harapannya, sumber daya alam dan mineral di Luwu Timur seperti nikel dapat dikelola secara baik, ekonomis, berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.

Pembangunan smelter akan bisa berdampak baik secara ekonomi maupun lingkungan, dan membawa kemaslahatan masyarakat di Kabupaten Luwu Timur.

Beberapa waktu yang lalu, Menteri Perindustrian Agus G. Kartasasmita menegaskan, Kemenperin fokus memacu hilirisasi industri berbasis agro, industri berbasis bahan tambang mineral, serta industri berbasis migas dan batubara.

“Manfaat kebijakan hilirisasi adalah menghasilkan nilai tambah, memperkuat struktur industri, menyediakan lapangan pekerjaan, dan memberi peluang usaha.”

Dengan hilirisasi Indonesia mengolah barang mentah menjadi produk setengah jadi maupun produk akhir.

Seperti pada industri berbasis tambang dan mineral, saat ini bertumbuh pesat industri smelter nikel yang menghasilkan Nickel Pig Iron (NPI) feronikel, nikel hidrat dan stainless steel.

“Ke depan smelter nikel tidak hanya diekspor berbentuk NPI dan bahan baku baterai, tetapi lebih hilir yakni bahan baku stainless steel dan baterai listrik,” tandasnya.

Berdasarkan data dari Kementerian Perindustrian, hilirisasi nikel telah meningkatkan ekspor besi baja mencapai 18 kali lipat.

Tahun 2021 ekspor produk olahan nikel menembus Rp306 triliun, melesat jauh dibanding tahun 2014 sekitar Rp16 triliun.

Pemerintah menargetkan ekspor tersebut meningkat lagi tahun ini menjadi Rp440 triliun.

Sumber: Tribun Jatim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved