Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Madiun

Puluhan Monyet Ekor Panjang di Madiun Dikumpulkan, Para Pekerja Topeng Monyet Diberi Pelatihan

Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) bersama Jaringan Satwa Indonesia, menerima puluhan monyet ekor panjang

Penulis: Febrianto Ramadani | Editor: Januar
TribunJatim.com/ Febrianto Ramadani
Petugas Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) bersama Jaringan Satwa Indonesia mengamankan peralatan pementasan topeng monyet beserta hewannya, Monyet Ekor Panjang, Kantor Desa Kertosari, Kecamatan Geger, Kabupaten Madiun, Rabu (1/3/2023). 

Laporan wartawan Tribun Jatim Network, Febrianto Ramadani


TRIBUNJATIM.COM, MADIUN-Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) bersama Jaringan Satwa Indonesia, menerima puluhan monyet ekor panjang dari pekerja topeng monyet, Kantor Desa Kertosari, Kecamatan Geger, Kabupaten Madiun, Rabu (1/3/2023).

Hewan jenis primata tersebut diserahkan secara sukarela, kemudian dimasukkan ke dalam kandang.

Tak ketinggalan, peralatan pementasan topeng monyet ikut dibungkus ke dalam karung. Para pelaku usaha ini juga diberikan sosialisasi dan edukasi.

"Dengan kegiatan tersebut mudah mudahan topeng monyet di Jawa Timur semakin berkurang. Pelatihnya sudah kami berikan pemahaman dan bantuan untuk alih karya, supaya mencari pekerjaan yang lebih baik," ujar PLT Kepala Bidang KSDA Wilayah Satu Madiun Andik Sumarsono.

Setelah ini, lanjut dia, petugas akan memeriksa kesehatan monyet, kemudian direhabilitasi agar dapat kembali ke habitatnya.

Hewan dengan nama latin Macaca Fascicularis itu akan dilepas ke Suaka Margasatwa Nusa Barong Jember.

"Jumlahnya ada 23 ekor jenis monyet ekor panjang. Madiun ini induknya pelatihan monyet di Jawa Timur. Jadi pusat pendidikan monyet yang dilatih beraktivitas manusia. Maka dari itu sasaran kami berada disini," bebernya.

Para pekerja topeng monyet diberikan bantuan sebesar Rp 3.500.000, tujuannya segera beralih profesi agar bekerja lebih baik.

Serta tidak beraktivitas dengan satwa lagi, mengingat resikonya cukup tinggi.

"Bisa mengakibatkan satwa tidak nyaman, berdampak terhadap kesehatan masyarakat karena dipertontonkan, menularkan penyakit seperti TBC, Rabies, dan Flu. Struktur tubuh monyet sama dengan manusia. Belum lagi menimbulkan kekerasan perubahan perilaku," pungkasnya.

Sementara itu, salah satu pekerja topeng monyet Poniran (66), mengaku merintis usaha ini sejak tahun 1970. Menurutnya, masa jaya profesi tersebut terjadi di era Presiden Soeharto.

"Kalau pendapatan saat ini jangankan buat makan keluarga, buat saya pribadi masih kurang. Dapatnya Rp 300 sampai Rp 500 ribu. Kompensasi kurang segitu tidak sebanding sama modal awal. Kalau dibuat usaha juga saingan banyak," ucapnya.

Dirinya lantas memutuskan beralih profesi jadi tukang pencari barang rongsok, setelah seekor kera miliknya diserahkan kepada BBKSDA. Sebelumnya hewan itu ia beli di Walikukun Ngawi.

"Kalau diserahkan rasanya ikhlas tidak ikhlas. Tapi disatu sisi negara semakin maju, perkembangan teknologi semakin pesat," ucapnya. Dulu saya keliling ke Banda Aceh, Manado sampai Ambon. Jadi sudah lama menekuni pekerjaan ini," tandasnya.

Baca juga: Warga Ponorogo Resah, Monyet Teror Perkampungan, Penduduk Ungkap Kesaksian: Habis Semua

 

Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribuJatim.com

Sumber: Tribun Jatim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved