Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Tokoh Jatim

SOSOK dan Biodata Try Sutrisno, Tokoh Jatim Punya 2 Anak Kandung Sukses Berkarier di TNI dan Polri

Inilah sosok dan biodata Try Sutrisno, tokoh Jatim sekaligus Wakil Presiden Indonesia ke-6 punya 2 anak kandung yang sukses berkarier di TNI dan Polri

|
Editor: Elma Gloria Stevani
Kolase Tribun Manado
Simak inilah sosok Try Sutrisno, mantan Panglima ABRI dan Wakil Presiden Indonesia ke-6 yang punya 2 anak kandung sukses berkarier di TNI dan Polri. 

Pengalaman awal Try Sutrisno di ABRI termasuk menjalankan tugas di Sumatra, Jakarta, dan Jawa Timur.

Pada tahun 1972, Try dikirim ke Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat (Seskoad).

Pada tahun 1974, Try terpilih menjadi ajudan Presiden Soeharto. Soeharto mulai menyukai Try Sutrisno dan sejak saat itu, karier militer Try Sutrisno akan meroket.

KODAM XVI/Udayana dan KODAM IV/Sriwijaya

Pada tahun 1978, Try diangkat menjadi Kepala Staf di KODAM XVI/Udayana. Setahun kemudian, ia menjadi Panglima KODAM IV/Sriwijaya, di mana ia memulai kariernya.

Sebagai Pangdam, Try Sutrisno pindah untuk menekan tingkat kejahatan serta menghentikan penyelundupan timah.

Dia bahkan berpartisipasi dalam kampanye lingkungan untuk mengembalikan gajah Sumatra ke habitat alami mereka.

KODAM V/Jaya dan Insiden Tanjung Priok

Pada tahun 1982, Try diangkat menjadi Panglima KODAM V/Jaya dan ditempatkan di Jakarta.

Tahun 1984 pemerintah mengeluarkan undang-undang yang mengharuskan semua organisasi apakah itu politik atau non-politik untuk mengadopsi ideologi nasional Pancasila sebagai prinsip tunggal (Asas Tunggal).

Perbedaan pendapat di kalangan Islam mencapai puncaknya ketika para ulama mulai mengajarkan pertentangan penerapan Pancasila sebagai ideologi nasional, yang mereka anggap sebagai kristenisasi pemerintah, program keluarga berencana pemerintah, dan dominasi perekonomian Indonesia oleh populasi Tionghoa-Indonesia.[3]

Pada tanggal 7 September 1984, Sersan Satu Hermanu, melakukan pemeriksaan di Jakarta Utara, datang ke masjid yang terdapat poster yang meminta perempuan untuk mengenakan jilbab.

Ini adalah poster atau selebaran yang mendorong Muslim yang membacanya untuk menentang kebijakan pemerintah untuk tidak membiarkan wanita mengenakan jilbab. Sertu Hermanu meminta selebaran untuk diturunkan tetapi perintahnya tidak diikuti.

Keesokan harinya, Hermanu kembali dan menghapus poster itu dengan koran yang dicelup air got.

Entah bagaimana rumor mulai beredar di sekitar yang menyebutkan bahwa Hermanu telah mencemarkan masjid dengan masuk ke dalamnya tanpa membuka sepatunya.[3] Hal itu menyebabkan kemarahan warga dan sepeda motor Hermanu dibakar.

Sumber: Kompas.com
Halaman 3/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved