Berita Mojokerto
Desa Duyung Trawas Jadi Wisata Kampung Durian, Perputaran Uang Tembus Rp 1 Miliar dalam Sebulan
Desa Duyung terkenal sebagai daerah penghasil durian di Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto.
Penulis: Mohammad Romadoni | Editor: Ndaru Wijayanto
Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Mohammad Romadoni
TRIBUNJATIM.COM, MOJOKERTO - Desa Duyung terkenal sebagai daerah penghasil durian di Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto.
Mayoritas masyarakat di sana merupakan petani durian sekaligus pedagang buah King of Fruit tersebut.
Namun Desa Duyung baru saja didapuk secara resmi menjadi wisata kampung durian oleh Bupati Mojokerto, Ikfina Fahmawati, pada Sabtu (4/3/2023) lalu.
Dampak wisata kampung durian ini secara drastis mengangkat perekonomian masyarakat setempat bahkan perputaran uang dari perdagangan buah durian di Desa Duyung selama satu bulan tembus Rp1 miliar.
Kepala Desa Duyung, Juniarto Bambang S mengungkapkan masyarakat telah banyak menjual hasil panen durian di rumah-rumah sejak tahun 2010.
Baca juga: Gunungan Durian Sumberjambe Setinggi 5 Meter Terpajang di Alun-Alun Jember, Ada 2.023 Buah
"Kalau resmi menjadi wisata kampung durian baru 4 maret kemarin tapi sebenarnya kita sudah mulai sejak 2010 lalu," jelasnya saat dikonfirmasi Surya.co.id, Senin (3/4/2023).
Ia mengatakan lahan kebun durian di Desa Duyung milik masyarakat kurang lebih seluas 97 hektare.
Sedangkan, lahan memanfaatkan swakelola Perhutani ditanami kopi dan pohon durian seluas 215 hektare. Panen durian di Desa Duyung mulai Desember hingga April-Mei.
"Penghasil durian paling banyak di Dusun Bantal dan mayoritas masyarakat menjualnya di rumah-rumah sehingga banyak pengunjung yang datang ke Desa Duyung," ungkapnya.
Paling banyak kunjungan wisatawan hingga 700 mobil dalam sehari. Adapun pengunjung didominasi dari Surabaya, Sidoarjo, Lamongan Kota Mojokerto dan sekitarnya. Padahal hanya ada sekitar 20 lapak pedagang durian.
Diketahui jumlah penduduk Desa Duyung sekitar 1.584 orang dan lebih dari 500 KK dengan luas wilayah 232 hektare.
"Hampir semua penduduk yang menjual durian dan meskipun warga yang tidak punya lahan menanam swakelola Perhutani," ucap Juniarto.
Menurut dia, masyarakat mengembangkan durian lokal jenis durian Merica khas Mojokerto. Namun sekarang sudah berkembang menjadi beberapa varietas di antaranya durian musang king.
"Tapi kita tetap utamanya mengembangkan durian lokal kalau varietas lain hanya sekitar lima persen," ujarnya.
Tentunya dampak nyata yang dirasakan setelah adanya wisata kampung durian ini yaitu mendongkrak perekonomian warga.
Setidaknya, masyarakat bisa menjual sekitar 6.000 buah durian dalam satu pekan dan total 24.000 durian dalam satu pekan. Rata-rata harga durian mulai dari Rp.20 ribu hingga 50 ribu.
"Kalau satu bulan perputaran uang di kampung durian dalam satu bulan itu lebih dari Rp.1 miliar bahkan ada yang satu hari warga dapat omzet Rp.9 juta sampai Rp.12 juta saat Weekend," bebernya.
Masih kata Juniarto, ramainya pengunjung kampung durian tak lepas dari strategi marketing dan pelayanan serta keramahan masyarakat Desa Duyung. Apalagi suasana asri dengan Baground panorama Gunung Penanggungan membuat pengunjung betah berlama-lama.
Tak hanya itu penjual durian juga memberikan garansi dan siap mengganti durian yang sudah dibeli konsumen jika tidak sesuai ekspektasi dan kondisinya rusak sesampainya di rumah.
"Durian yang sudah dibeli kalau jelek saat dibuka di rumah foto saja nanti diganti atau durian bagus tapi rasanya kurang manis bisa diganti kalau kembali lagi ke kampung durian. Sehingga nanti pedagang klaim ke petani-nya," katanya.
Dia berharap terutama Desa Duyung dapat menjadi sentra durian terbesar di Jawa Timur seperti di Sumatera Utara. Keberadaan wisata kampung durian dapat bermanfaat mengangkat kesejahteraan masyarakat dan mendorong pemuda bekerja di kampung halaman tidak merantau.
"Inginnya kita bisa menjadi pusat durian terbesar sehingga orang yang datang mau jenis buah durian semuanya ada di kampung durian Desa Duyung," pungkasnya.
Ditambahkannya, pengunjung kampung durian menurun saat Ramadan. Namun pihaknya menyiasati dengan pesan antar durian hingga ke luar daerah.
"Kalau Ramadan ya berkurang pengunjungnya tapi warga menyiasati dengan pesan antar durian sehingga nanti diantar ke pembeli," tandasnya.
Warga sekaligus pedagang durian warung Rahayu Nasi Jagung, Anton (46)
mengaku adanya kampung durian ini sangat bermanfaat bagi masyarakat terutama dapat mendongkrak perekonomian di Desa Duyung.
"Semenjak ada kampung durian banyak pengunjung yang ramai ke desa kami sehingga secara otomatis mengangkat perekonomian dan menyejahterakan warga," tuturnya.
Menurutnya, pohon durian lokal jenis Merica yang banyak tumbuh di Dusun Bantal adalah peninggalan nenek moyang. Masyarakat kini meraih rezeki dari penjualan durian yang melimpah tersebut.
"Karena sudah sejak dulu sudah banyak pohon durian disini kalau Smaaya membantu memasarkan durian lokal Trawas jenis Durian Merica yang paling banyak ada di Dusun Bantal, Desa Duyung," kata Anton.
Ia berharap Pemda dapat mendukung penuh perkembangan kampung durian Desa Duyung.
"Harapannya kalau bisa durian lokal ini tetap pemasarannya disini saja jangan sampai dibawa pedagang lalu dipasarkan ke luar kota sehingga desa kami tetap ramai banyak pengunjung dan berkah dari buah durian," ungkapnya
5 Tahun Lalu Warga Sudah Patungan, Jalan Rusak di Mojokerto Tak Digubris, Pemda: Belum Bisa Akomodir |
![]() |
---|
Sambut Libur Panjang, Ratusan Bus di Terminal Kertajaya Mojokerto Diperiksa |
![]() |
---|
Jadwal Pembelajaran Bulan Ramadan di Mojokerto, Awal Puasa Siswa Belajar di Rumah |
![]() |
---|
Kisah Bripka Muliono, Polisi di Mojokerto yang Nyambi Jadi Petani Setelah Bertugas |
![]() |
---|
Ini Penyebab Program Makan Bergizi Gratis di Kota Mojokerto Ditunda hingga 3 Februari 2025 |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.