Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Ramadan 2023

Hikmah Ramadan: Wakaf Produktif Utsman bin Affan

Wakaf produktif Utsman bin Affan, sang pemilik dua cahaya karena menikahi dua putri Rasulullah.

Editor: Dwi Prastika
Istimewa/TribunJatim.com
Ketua MUI Jawa Timur, Nur Cholis Huda menceritakan kisah Utsman bin Affan, 2023. 

Oleh: Nur Cholis Huda (Ketua MUI Jawa Timur)

TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Madinah dilanda panas yang sangat. Kemarau itu menyebabkan sumur-sumur kering tidak berair. Hanya satu sumur yang ada airnya. Milik orang Yahudi. Nama sumur itu Raumah, dekat Masjid Qiblatain sekarang. Orang antre membeli air di sumur Yahudi itu. Harganya dimahalkan karena dia tahu banyak yang membutuhkan.

Rasulullah tidak tega melihat keadaan itu. Maka beliau besabda: Siapa yang bisa membeli sumur lalu diwakafkan untuk kepentingan orang banyak, maka Allah akan memberinya balasan surga.”

Mendengar sabda Nabi, Utsman bin Affan bergegas menemui Yahudi itu. Dia menyatakan akan membeli sumurnya. Yahudi menolak. Yahudi tidak bermaksud menjualnya.

“Kalau ku jual sumur ini, maka hilang penghasilan rutin saya yang baik ini,” kata Yahudi.

Utsman bin Affan tidak putus asa.

“Bagaimana kalau ku beli separuhnya?” kata Utsman bin Affan.

 “Separuh? Apa maksudmu?” tanya Yahudi.

“Sumur itu sehari untukmu dan kamu bisa menjual airnya seperti biasa. Dan sehari milikku. Aku bisa menggunakan sumur pada hari itu,” kata Utsman bin Affan.

Yahudi itu tertarik dengan tawaran Utsman bin Affan. Dia berpikir tidak kehilangan sumurnya, tetap bisa menjual airnya dan dapat uang penjualan sumur dari Utsman bin Affan. Jumlahnya tidak sedikit, 12. 000 dirham.

Sejak saat itu, penjualan air sehari untuk Yahudi dan sehari untuk Utsman bin Affan. Ketika giliran hari untuk Utsman bin Affan, air itu digratiskan. Semua orang boleh mengambil air sebanyak mungkin dengan gratis. Maka penduduk mengambil air untuk dua hari. Besok waktu giliran Yahudi menjual air, orang tidak ada yang beli. Mereka masih punya air. Besoknya ketika giliran milik Utsman bin Affan, penduduk mengambil untuk kebutuhan dua hari. Besok tidak perlu ambil air lagi.

Demikian terus berlanjut. Akhirnya Yahudi itu kehilangan penghasilnnya. Tidak ada yang beli air pada waktu sumur giliran punya Yahudi. Yahudi bingung. Akhirnya dia minta Utsman bin Affan membeli sekalian sumur yang seperuhnya. Maka sejak itu sumur sepenuhnya milik Utsman bin Affan. Dan tetap digratiskan. Diwakafkan untuk umat. Semua orang bisa mengambil airnya, termasuk Yahudi mantan pemilik sumur.

Baca juga: Hikmah Ramadan: Penentuan 1 Syawal 1444 H/2023 M di Indonesia

Di sekitar sumur itu tumbuh kurma. Makin lama makin banyak. Hingga saat ini berjumlah tidak kurang 1.550 pohon. Buah kurma itu dijual. Sebagian hasilnya untuk anak yatim dan fakir miskin. Sebagian lagi disimpan dengan rekening atas nama Utsman bin Affan. Dari penguasa satu generasi ke generasi berikutnya menjaga dengan baik wakaf Utsman bin Affan itu sampai sekarang di bawah pemerintah Arab Saudi.

Rekenig atas nama Utsman bin Affan itu terus bertambah. Maka supaya lebih produktif uang dari rekening Utsman bin Affan itu sebagian digunakan untuk membeli tanah di Markaziyah, wilayah elit dekat Masjid Nabawi. Lalu di tanah itu dibangun hotel bintang lima, Hotel Utsman. Pengelolaannya diserahkan ke Sheraton. Semua penghasilan dari wakaf produktif itu sebagian tetap dibagikan untuk fakir miskin dan anak yatim, sedangkan sebagian tetap disimpan atas nama rekening Utsman bin Affan.

Hotel Utsman yang bertaraf internasional itu terdiri atas 15 lantai. Juga dilengkapi restoran besar dan pusat perbelanjaan. Uang rekening Utsman bin Affan akan terus bertambah. Hampir satu setengah abad Utsman bin Affan memberikan wakaf sebuah sumur dan sampai sekarang masih terus mengalirkan manfaat. Wakaf yang lagendaris. Hasilnya terus mengalir tiada henti. Contoh nyata dan indah bagi kita.

Pemilik Dua Cahaya

Utsman bin Affan dari keluarga bangsawan terpandang, kaya raya dan dermawan. Orang sangat hormat kepada Utsman bin Affan. Dia termasuk rombongan hijrah pertama. Ketika Rasulullah menyuruh kaum muslimin hijrah ke Habasyah untuk menghindari tekanan kafir Quraisy, Utsman bin Affan bersama istrinya Ruqayyah, putri Rasulullah, termasuk dalam rombongan hijrah ini. Kaum muslimin kemudian pulang dari Habasyah karena keadaan di Makkah dianggap kondusif. Ternyata tidak seperti diberitakan itu. Maka sebagian kaum muslimin hijrah lagi ke Habasyah. Termasuk Utsman bin Affan dan istrinya. Dalam hijrah ke Habasyah ini, yang pertama maupun kedua Rasulullah tidak ikut serta.

Ruqayyah tidak bisa mendamipingi Utsman bin Affan seterusnya karena Ruqayyah meninggal. Kemudian Rasulullah menjodohkan Utsman bin Affan dengan putrinya yang lain lagi yaitu Ummu Kulsum, adik dari almarhumah Ruqayyah. Maka Utsman bin Affan adalah menantu Rasulullah yang mengawini dua putri beliau. Maka Utsman bin Affan disebut Dzu an Nurain, pemilik dua cahaya.

Empat sahabat Rasulullah, yaitu para Khulafaur Rasyidin memang terikat pernikahan dengan Rasulullah. Abu Bakar adalah mertua Rasulullah karena beliau menikahi Aisyah. Umar Bin Khattab juga mertua Rasulullah karena beliau menikahi anak Umar yaitu Hafshah. Ali bin Abu Thalib adalah menantu Rasulullah karena Ali menikah dengan Fatimah, putri Rasulullah. Sedangkan Utsman bin Affan menikah dengan dua putri Rasulullah, Ruqayyah dan Ummu Kulsum.

Baca juga: Cara Rasulullah Memperingati Nuzul Quran, Jumat 7 April 2023 Malam Nuzulul Quran 17 Ramadan 1444 H

Rasulullah sangat menyayangi Utsman bin Affan sebagai menantunya. Karena itu, ketika Ruqayyah meninggal, segera dikawinkan dengan putrinya yang lain yaitu Ummu Kulsum. Tetapi Ummu Kulsum juga tidak berumur panjang. Dia meninggal. Rasulullah sangat sedih.

Beliau berkata “Sayang saya tidak punya anak perempuan lagi yang belum menikah. Kalau masih ada pasti aku nikahkan lagi dengan Utsman bin Affan.”

Memang Rasulullah punya putri satu lagi yaitu Fatimah. Tetapi Fatimah sudah menjadi istri Ali bin Abu Thalib.

Utsman bin Affan selain sangat dermawan dan dari keluarga terpandang, dia memiliki perasaan yang lembut. Dia orangnya sangat perasa bahkan sedikit pemalu. Suatu hari Rasulullah tiduran di kamar Aisyah. Jubahnya sedikit tersingkap sehingga betisnya kelihatan. Abu Bakar minta izin menemui Rasulullah. Lalu diberi izin. Setelah berbincang dan pergi, kemudian menyusul Umar minta izin menemui beliau. Umar dizinkan. Setelah Umar selesai urusannya dia pergi. Kemudian Utsman bin Affan minta bertemu Rasulullah. Sebelum Rasulullah menerima Utsman bin Affan, beliau duduk lalu membetulkan  dan merapikan pakaiannya. Baru kemudian beliau menerima Utsman bin Affan.

Setelah Utsman bin Affan pergi, Aisyah bertanya: Ya Rasulullah, ketika Abu Bakar dan Umar datang Rasulullah biasa saja. Namun ketika Utsman bin Affan yang akan datang Rasulullah duduk dan merapikan pakaian. Mengapa itu Rasulullah lakukan? Nabi menjawab: Utsman itu punya perasaan amat peka. Kalau aku menerima Utsman dengan keadaan seperti sebelumnya, pasti dia kembali dan mengurungkan menemui aku. Berarti apa yang akan dikemukakan kepadaku tidak tersampaikan.

Demikianlah Utsman bin Affan. Perasaannya peka. Dia tidak ingin orang lain terganggu dengan kehadirannya. Dia tidak mau mempermalukan orang lain. Dan rasa malunya itu terutama ditujukan kepada Allah. Dia malu kalau sampai melanggar larangan Allah. Suatu hari Rasul bersabda: “Yang paling pengasih di antara umatku adalah Abu Bakar. Yang paling tegas dan keras dalam agama Allah adalah Umar dan yang paling perasa adalah Utsman.”

Penghuni Surga

Ada beberapa sahabat yang menurut Rasulullah menjadi calon penghuni surga. Salah seorang yang masuk dalam kelompok calon penghuni surga adalah Utsman bin Affan. Suatu hari Rasuullah bersabda: “Setiap Nabi mempunyai teman karib di dalam surga. Dan teman karib saya di dalam surga adalah Utsman bin Affan.”

Bukan hanya sekali Rasulullah menyatakan Utsman sebagai calon penghuni surga. Dalam beberapa kesempatan hal itu sering disampaikan. Utsman selain sangat dermawan juga sangat tekun dalam beribadah. Siang harinya sering dihabiskan dengan berpuasa. Malam harinya digunakan untuk ibadah salat malam. Maka pantas jika dia calon penghuni surga.

Bukan hanya sekali Utsman mengatasi masalah dengan sifat dermawannya seperti membeli sumur Yahudi. Pada kali lain ketika Rasulullah membutuhkan bekal untuk pasukan dalam Jaisul Usra, perang melawan kisar Romawi, Rasulullah menyerukan untuk memberi sumbangan. Para Wanita menyerahkan perhiasan. Orang lain juga menyumbangkan sesuai kemampuannya. Tetapi sumbangan itu jauh dari mencukupi. Maka Utsman menanggung seluruh keperluan pasukan itu. Utsman menyerahkan 940 ekor unta. Ditambah 60 ekor kuda supaya genap 1.000. Masih ditambah lagi 10.000 dinar. Bahkan hal yang kecil-kecil seperti tali kekang kuda juga disiapkan, sehingga orang tidak perlu mencari lagi.

Empat Balasan

Orang gemar bersedekah akan mendapat empat macam balasan dari Allah. Dalam Alquran dinyatakan: “Sesungguhnya orang-orang  yang menginfakkan hartanya di waktu malam atau siang, dengan diam-diam atau terang-terangan maka baginya pahala di sisi Tuhannya dan tidak ada rasa cemas dan tidak ada rasa sedih bagi mereka.” (Al Baqarah 274)

Pada surat Saba ayat 39 Allah berfirman: Katakanlah (Muhammad) Sesungguhnya Tuhanku mampu melapangkan rezeki bagi orang yang dikehendaki dari hambanya dan mampu menyempitkannya. Dan apapun yang kamu infakkan dari hartamu, maka Allah pasti menggantinya. Dan Dia sebaik-baik zat yang memberi rezeki.” (Saba’ 39) 

Berdasarkan pada dua ayat di atas, maka ada empat jaminan orang yang gemar berinfak

1. Mendapat pahala di sisi Tuhannya.

2. Dihilangkan rasa cemasnya dalam kehidupan ini

3. Dihilangkan rasa sedihnya

4. Harta yang diinfakkan pasti diganti oleh Allah

Orang yang berinfak akan mendapat pahala di sisi Allah. Bahkan dilipatgandakan. Minimal 10 kali balasan pahala sampai 700 kali, bahkan bisa tidak terbatas.

Orang gemar berinfak juga dihilangkan kecemasan hidupnya. Kita sering dibayangi kecemasan dalam kehidupan kita. Mungkin bisnis kita, pekerjaan kita di kantor, cemas dengan anak-anak kita dan macam-macam kecemasan lainnya. Semua kegelisahan itu dihilangkan Allah karena kita gemar bersedekah. Atau jika kita sedang gelisah, kadang gelisah tanpa sebab maka hapuslah kegelisah itu dengan banyak sedekah.

Demikian juga rasa sedih. Allah mencabut rasa sedih bagi orang-orang yang gemar berinfak. Tiap orang pasti pernah merasa sedih. Tapi bagi orang yang gemar berinfak, maka Allah akan menguatkan hatinya sehingga mudah bangkit setelah bersedih. Tidak sedih keterusan. Apalagi putus asa. Allah menjaga jiwa orang-orang yang gemar berinfak.

Apa beda cemas dengan sedih? Cemas itu ketakutan pada sesuatu yang belum terjadi. Misalnya di kantor ada berita akan ada pengurangan tenaga kerja. Kita cemas jangan-jangan kita ikut terkena PHK. Memang PHK belum terjadi. Ketakutan itu yang disebut kecemasan. Sedangkan kesedihan itu sesuatu yang sudah terjadi. Kita sudah kena PHK. Maka kita sedih atas nasib yang sudah menimpa kita. Baik kecemasan atau kesedihan, maka Allah menjaga hati orang-orang yang gemar berinfak. Banyak hal yang membuat kita sedih. Tetapi Allah tidak membiarkan orang gemar infak itu sedih berkepanjangan.

Janji Allah keempat pada orang yang gemar infak adalah harta yang diinfakkan itu akan diganti oleh Allah, bahkan gantinya sering lebih banyak daripada yang dikeluarkan. Karena itu tidak pernah terjadi orang menjadi miskin atau melarat karena gemar infak. Yang sering terjadi orang rezekinya bertambah karena hobi infak. Apalagi jika kita berikan harta itu kepada orang tua. Allah akan membalas dengan segera. Maka jangan ada yang pelit kepada orang tua sendiri. Allah akan membuka rezeki bagi orang-orang yang  sayang kepada orang tua.

Sumber: Tribun Jatim
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved