Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Lebaran 2023

Hukum Zakat Fitrah Diberikan ke Guru Ngaji dan Kiai, Boleh atau Tidak? ini Penjelasannya

Adapun 8 golongan yang berhak menerima zakat. Lalu bolehkah zakat fitrah diberikan guru ngaji dan kiai? Ini penjelasan hukumnya.

Shutterstock/Gatot Adri via Kompas.com
Ada 8 golongan yang berhak menerima zakat. Lalu bagaimana hukum zakat fitrah yang diberikan guru ngaji dan kiai? 

TRIBUNJATIM.COM - Umat Muslim diwajibkan membayar zakat fitrah di penghujung Ramadan sebelum Hari Raya Idul Fitri tiba.

Adapun zakat fitrah diberikan dalam bentuk makanan pokok atau uang sejumlah tertentu yang nilainya dihitung berdasarkan kadar beras atau bahan makanan pokok lainnya yang lazim dikonsumsi di masyarakat setempat.

Zakat fitrah diberikan kepada saudara-saudara sesama muslim yang dianggap tidak mampu atau disebut fakir miskin.

Setidaknya terdapat delapan golongan yang berhak menerima zakat, sebagaimana tercantum dalam QS. At-Taubah ayat 60, yang artinya:

"Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang miskin, amil zakat, yang dilunakkan hatinya (mualaf), untuk (memerdekakan) hamba sahaya, untuk (membebaskan) orang yang berutang, untuk jalan Allah dan untuk orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai kewajiban dari Allah."

Adapun 8 golongan yang berhak menerima zakat ialah fakir, miskin, petugas zakat, muallaf, budak, orang yang terlilit utang, fi sabilillah atau orang yang sedang dalam jalan Allah dan orang yang sedang dalam perjalanan jauh yang bukan maksiat.

Baca juga: Kilas Balik Tragedi Idul Fitri 2011, Lebaran Mundur Hilal Tak Terlihat, Warga Telanjur Masak Ketupat

Lalu bolehkah zakat fitrah diberikan guru ngaji dan kiai?

Dikutip dari Serambi News, Selasa (18/4/2023), menurut sebagian ulama, seperti Imam Al-Qaffal dari kalangan ulama Syafiiyah, mengatakan memberikan zakat fitrah kepada para pelajar, penyampai kebenaran, seperti kiai dan guru ngaji, hukumnya adalah boleh meskipun mereka kaya.

Hal ini karena mereka adalah orang-orang yang berjuang untuk kebaikan sehingga mereka termasuk ‘sabilillah’ yang berhak menerima zakat.

Guru dalam asnaf zakat, masuk dalam kategori golongan fi sabilillah.

Pasalnya, arti fi sabilillah tergolong luas, tidak hanya orang yang berperang di jalan Allah.

Penjelasan ini termaktub dalam kitab Jawahir Al-Bukhari berikut:

وَالسَّابِعُ سَبِيْلُ اللهِ تعالى وَهُوَ غَازٍ ذَكَرٌ مُتَطَوِّعٌ بِالْجِهَادِ فَيُعْطَى وَلَوْ غَنِيًّا إِعَانَةً لَهُ عَلىَ الْغَزْوِ. أَهْلُ سَبِيْلِ اللهِ الغُزَاةُ المُتَطَوِّعُوْنَ بِالْجِهَادِ وَاِنْ كَانُوْا أَغْنِيَاءَ. وَيَدْخُلُ فِي ذَلِكَ طَلَبَةُ الْعِلْمِ الشَّرْعِيِّ وَرُوَّادُ الْحَقِّ وَطُلَّابُ الْعَدْل وَمُقِيْمُوا الاِنْصَافِ وَالْوَعْظِ وَالْاِرْشَادِ وَنَاصِرُ الدِّيْنِ الحنيفِ

“Ketujuh adalah orang yang berjuang di jalan Allah. Ia adalah laki-laki yang berperang dengan suka rela untuk berjihad. Maka ia diberi (zakat) meskipun ia kaya sebagai bantuan padanya atas perang. Sabilillah adalah orang-orang yang berperang dengan suka rela untuk berjihad meskipun mereka kaya."

Dan masuk dalam kategori sabilillah adalah para pencari ilmu syar’i, pembela kebenaran, pencari keadilan, penegak kebenaran, penasehat, pengajar, penyebar agama yang lurus.

Baca juga: Tata Cara Mandi Sunnah Hari Raya Idul Fitri 1444 H/2023, Disertai Amalan Lainnya Sebelum Salat Id

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved