Sosok Anak Petani Brebes Diterima di 13 Kampus Top Luar Negeri, Dulu Dibully Kini Justru ke Kanada
Inilah sosok anak petani Brebes yang diterima di 13 kampus top luar negeri, dulu di-bully kini malah ke Kanada.
Penulis: Alga | Editor: Mujib Anwar
TRIBUNJATIM.COM - Kisah seorang anak petani Brebes, Jawa Tengah, diterima di 13 kampus top luar negeri jadi sorotan.
Kisah ini datang dari anak petani bernama M Khaidar Khamzah (17) asal Brebes, Jawa Tengah
Khaidar viral setelah berhasil menembus 13 universitas bergengsi luar negeri.
Ternyata Khaidar ingin membuktikan dirinya setelah dulu di-bully.
Baca juga: Siswi SMA 3 Jam Ngisi Formulir Beasiswa Rp19 M, Kerja Keras 4 Bulan Terbayar, Diterima di 54 Kampus
Diketahui 13 kampus tersebut beberapa di antaranya masuk dalam daftar perguruan tinggi peringkat 100 terbaik di dunia.
Melansir Tribun Jabar, awalnya Khaidar hanya mendaftar pada delapan universitas.
Kemudian ia memperluas jangkauan pendaftarannya hingga total terdapat 14 perguruan tinggi yang menerimanya.
Ada 13 universitas bergengsi luar negeri serta satu perguruan tinggi dalam negeri yang menerimanya.
Ke-13 universitas tersebut antara lain ada yang berlokasi di Amerika Serikat, seperti Johns Hopkins University dan New York University (NYU).
Kemudian ada yang berlokasi di Kanada seperti University of British Columbia, University of Toronto Mississauga, University of Toronto St George Campus, McMaster University, dan University of Toronto Scarborough.
Berikutnya ada beberapa perguruan tinggi di Australia seperti Monash University, University Australia, University of Western Australia, dan juga Curtin University Australia.
Selanjutnya perguruan tinggi di Asia yang menerima Khadiar ada Nanyang Technology University (NTU) Singapura.
Di Inggris, ia diterima di University of Sussex.
Khaidar juga diterima di salah satu kampus terbaik dalam negeri yaitu President University Indonesia.
Selain itu Khaidar juga sedang menanti kabar dari tiga perguruan tinggi lainnya di Amerika Serikat, seperti Columbia University, Cornell University, dan Babson College.
Dari sekian banyak universitas bergengsi yang menerimanya, Khaidar memilih berlabuh di University of Toronto di Kanada.
"Universitas yang saya pilih, insyaallah di University of Toronto jurusan ekonomi," kata M Khaidar Khamzah, dikutip dari Tribun Jateng pada Senin (22/5/2023).
"Namun tidak menutup kemungkinan ketika saya diterima di Columbia University dan Cornell University, saya akan mengajukan pindah ke universitas tersebut," katanya kepada Tribun Jateng, Jumat (5/5/2023).
Adapun Khaidar akan menjalani pendidikannya dengan beasiswa penuh dari program Beasiswa Indonesia Maju (BIM) milik Kemendikbud Ristek.
Baca juga: SOSOK Siswa SMA Dapat Beasiswa Rp132 Miliar dari 125 Kampus, Ambil 2 Jurusan, Pecahkan Rekor Dunia
Khaidar merupakan anak ke-7 dari 8 bersaudara dari pasangan suami istri Sepudin (64) dan Khotimah (53).
Orang tua Khadiar merupakan petani cabai dan padi dari Desa Jatimakmur, Kecamatan Songgom, Kabupaten Brebes.
Dia merupakan siswa di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Brebes.
Khaidar mengaku bahwa keluarganya termasuk berpenghasilan menengah ke bawah.
"Sebenarnya orang tua saya sudah tidak bekerja, hanya mengurus pertanian."
"Karena mereka sudah lansia," ungkap Khaidar.

Khaidar mengatakan, pendorong semangat lainnya karena ia pernah menjadi korban cyberbullying hingga sempat down.
Hal itu membuatnya termotivasi untuk membuktikan prestasi kepada teman-temannya.
Sebab, teman-temannya sempat meragukannya saat ia mendapatkan top 5 dalam sebuah pelajaran.
"Itu menjadi motivasi saya untuk membuktikan kepada teman-teman yang membuli saya."
"Bahwa saya bisa bangkit dan saya tidak seburuk yang mereka bayangkan," ungkapnya.
Khaidar berharap, ia bisa berkontribusi dan membawa nama harum Indonesia, khususnya Kabupaten Brebes.
Ia juga akan aktif mengikuti berbagai perlombaan dan kompetisi saat sudah kuliah di luar negeri.
Sementara ia sendiri bercita-cita ingin menjadi seorang ekonom.
"Saya ingin berkontribusi di bidang pembangunan ekonomi Indonesia."
"Karena saya lihat Indonesia masih menjadi negara berkembang," katanya.
Baca juga: SOSOK Anak Penjual Sayur Ditolak 2 PTN Malah Jadi Rebutan 3 Kampus Luar Negeri, Kegagalan Terbayar
Belakangan ini siswa Indonesia menjadi rebutan kampus ternama di luar negeri menjadi sorotan.
Namun hal ini justru kebalikan dengan sosok Mai.
Mai dulunya penerima beasiswa kampus ternama, namun kini ia harus berjualan minuman demi membiayai hidupnya.
Mai yang berusia 31 tahun ini mengungkapkan sebuah cerita menarik di tengah perbincangan soal mudik.
Pedagang minuman di sekitar kawasan Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur, ini mengaku, sempat menerima beasiswa di salah satu universitas ternama di Jawa Barat.
"Dulu waktu 2011, saya pernah kuliah di Universitas Padjadjaran jurusan akuntansi."
"Itu saya dapat beasiswa," kata Mai di sekitar kawasan TMII, Jakarta Timur, Minggu (23/4/2023), dikutip dari Kompas.com.
Akan tetapi, karena alasan pribadi, Mai terpaksa berhenti saat menginjak semester 6.
Meski mendapat tawaran untuk melanjutkan kegiatan perkuliahan, Mai terpaksa menolak dan memutuskan untuk berhenti.
"Saya enggak pengin jurusan akuntansi sebenarnya, penginnya matematika. Cuma karena pas SMA saya dari jurusan IPS, waktu itu enggak bisa," tutur dia.

Mai mengatakan, masih tertarik untuk melanjutkan kuliah di jurusan yang dahulu diinginkan.
Namun ia harus mengurungkan niat karena masalah ekonomi.
Saat ini, Mai pun sibuk mengurus anaknya yang berusia tujuh tahun di sela-sela pekerjaannya sebagai pedagang minuman.
Mai lahir di Jakarta.
Orang tuanya pun sudah puluhan tahun tinggal di Jakarta.
Namun masih banyak saudara dan teman Mai yang tinggal di Medan.
Beberapa tahun usai berhenti kuliah, tepatnya pada 2014, Mai sempat kembali ke Medan untuk urusan keluarga.
Ia tinggal di sana hingga 2019.
Selama berada di Medan, Mai mencoba peruntungan dengan membantu keluarganya berdagang sayur di pasar.
Mai mulai bersiap-siap pukul 24.00 WIB untuk mengambil dagangan di pasar induk.
Ia mulai berjualan pukul 04.00 WIB-12.00 WIB.
Ragam sayuran yang Mai jual antara lain cabai dan tomat.
"Waktu jualan di pasar dulu, sehari bisa raup ratusan ribu sih, sekitar Rp500.000-an."
"Itu pendapatan bersih kalau tidak ada potongan untuk bayar utang," ungkap Mai.
Baca juga: Sosok Siswi Boyolali Jadi Rebutan 10 Kampus Top Luar Negeri, Ungkap Usahanya, Punya Suara Merdu Juga
Namun karena suatu hal, Mai tidak lagi membantu keluarganya berdagang sayur.
Jika nekat ingin menjual sayur sendiri pun, Mai harus melakukannya di pasar lain.
"Makanya saya pindah lagi ke Jakarta. Di sini enggak jualan sayur karena harus beradaptasi," ucap Mai.
"Pendatang kalau enggak kenal siapa-siapa aja di pasar ya agak sulit buat jualan. Belum lagi tahu ambil barangnya di mana," imbuh dia.
Sejak kembali ke Jakarta pada tahun 2019, Mai membantu menjaga warung milik orang tuanya.
Di sela-sela kesibukannya, Mai berprofesi sebagai pedagang minuman di sekitar TMII.
Mai berdagang setiap hari, mulai sekitar pukul 15.00 WIB-22.00 WIB, pada hari biasa.
Sementara pada akhir pekan dan hari libur Nasional seperti Lebaran, Mai sudah menggelar lapak sejak pukul 08.00 WIB.
"Sebelum pandemi, pendapatan di hari biasa kisaran Rp300.000-Rp500.000.
Kalau hari libur, per hari kisaran Rp1 juta.
"Makanya, lumayan kalau jualan pas hari libur dan momen liburan kayak Lebaran," ujar Mai.
Sementara selama pandemi, yakni sepanjang 2020-2021, ia bertahan dengan mengandalkan pemasukan dari toko kelontong milik orang tuanya.
Mulai tahun 2022, Mai kembali menggelar lapak minuman di sekitar TMII.
Pendapatan hariannya berkurang menjadi Rp100.000-Rp200.000.
Akan tetapi, pendapatan saat akhir pekan dan hari libur nasional tetap berada pada kisaran Rp1 juta.
"Kalau tahun ini, pendapatan hari biasa dan libur nasional balik lagi kayak sebelum pandemi, malah sedikit lebih bertambah," Mai berujar.
"Kalau liburan kayak Lebaran, pembeli paling ramai pagi sampai siang. Sore juga masih ada pembeli."
"Kalau sore menjelang malam, cuma beberapa aja pembelinya," imbuh dia.
anak petani
Brebes
Jawa Tengah
kampus top luar negeri
M Khaidar Khamzah
Amerika Serikat
Kanada
Australia
Singapura
Inggris
University of Toronto
Desa Jatimakmur
Kecamatan Songgom
TribunJatim.com
Tribun Jatim
Penghulu Kaget Tarman Kakek 74 Tahun Nikahi Gadis 24 Tahun dengan Mahar Rp 3 M, Ada Hadiah Mobil |
![]() |
---|
JATIM TERPOPULER: Pernikahan Beda Usia 50 Tahun di Pacitan - Polisi Jember Tewas Tabrak Dump Truk |
![]() |
---|
'Hukuman' untuk Ari Jika Tak Mau Bongkar Jalan Umum yang Ditutupnya, Ketua RW: 9 Tahun Dia Ketua RT |
![]() |
---|
Ketahuan, HP Disembunyikan dalam Bungkusan Makanan Saat Kunjungan di Lapas Tulungagung |
![]() |
---|
Penyebab 20 Anak Tewas karena Minum Sirup Obat Batuk, Terungkap Ada Kandungan Beracun |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.