Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Tulungagung

Cerita Ruangan di Kantor Desa Disulap Jadi Museum Mini Tulungagung, Ada Fosil Rusa hingga Gigi Gajah

Sebuah ruangan kecil di Kantor Desa Tenggarejo, Kecamatan Tanggunggunung diubah menjadi museum.

Penulis: David Yohanes | Editor: Sudarma Adi
TRIBUNJATIM.COM/DAVID YOHANES
Sejumlah fosil yang disimpan di Tenggarejo Prehistoric Museum 

Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, David Yohanes

 

TRIBUNJATIM.COM, TULUNGAGUNG
Sebuah ruangan kecil di Kantor Desa Tenggarejo, Kecamatan Tanggunggunung diubah menjadi museum.

Ini adalah satu-satunya kantor desa yang mempunyai museum purbakala.

Meski sempit, museum mini ini kerap menjadi jujugan mahasiswa dari sejumlah perguruan tinggi di Indonesia.

Ada banyak fragmen fosil yang disimpan di dalam museum ini, mulai dari banteng, kerbau, rusa dan gigi gajah.

"Yang menghebohkan adalah penemuan fosil gigi gajah itu. Binatang ini ternyata dulunya ada di sini," terang Arif Darmawan, seorang perangkat  desa sekaligus pengelola museum ini.

Baca juga: Jembatan Baru Ngujang 1 Tulungagung Resmi Dibuka, Ada Rekayasa Lalu Lintas Antisipasi Libur Panjang

Meseum mini ini diberi nama Tenggarejo Prehistoric Museum.

Seluruh koleksinya berasal dari Goa Tenggar yang ada di desa ini.

Aris berkisah, awalnya d tahun 2019 banyak fosil di dalam Goa Tenggar yang berjatuhan.

"Saat itu banyak fosil yang saya bawa ke rumah untuk disimpan," ucapnya. 

Lalu datang sejumlah mahasiswa melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Tenggarejo.

Para siswa ini membantu Arif membuat sebuah museum untuk tempat penyimpanan fosil yang banyak ditemukan.

Niat ini lalu disampaikan ke kepala desa dan disetujui.

"Kami diberi ruangan bekas PAUD ini. Akhirnya kami sulap menjadi museum mini," tambah Arif.

Baca juga: Diduga Jatuh ke Laut Lepas, Nelayan di Tulungagung Hilang saat Perjalanan Pulang Menangkap Ikan

Sebelumnya sudah ada penelitian di tahun 2018, pada koleksi fosil yang ditemukan.

Hasilnya Goa Tenggar diyakini sebagai hunian lintas generasi.

Keberadaannya sudah ada 20.000 tahun sebelum masehi.

"Goa ini juga masih dipakai saat sudah di era kerajaan. Hal ini dibuktikan dengan temuan serpihan tembikar di dalamnya," ungkap Arif.

Menurutnya, serpihan tembikar itu saat ini masih diteliti oleh Universitas Airlangga Surabaya.

Meski pun kecil namun  pecahan tembikar itu penting untuk mengungkap sejarah.

Sedangkan untuk fosil hewan, ada 9 spesies yang sudah teridentifikasi.

"Tempatnya memang kecil, tapi yang datang ke sini ada yang dari Unair, UGM sama UPN," ujarnya.

Arif berharap, tidak hanya para mahasiswa yang bisa memanfaatkan koleksi Tenggarejo Prehistoric Museum ini.

Namun juga masyarakat umum dan para pelajar dari Kabupaten Tulungagung.

Apalagi ada lokasi Goa Tenggar yang juga bisa dijadikan lokasi pembelajaran langsung.

"Bisa belajar langsung ke alam di Goa Tenggar sana. Atau koleksi yang sudah ada di museum ini," pungkasnya.

Goa Tenggar saat ini belum diketahui pasti kedalamannya.

Arif dan kawan-kawan sudah pernah memasuki lorongnya di kedalaman sekitar 500 meter.

Kepala Desa Tenggarejo, Mudjito, berharap Goa Tenggar bisa berkembang menjadi pusat pembelajaran.

Saat ini ada kendala akses yang cukup sulit, terutama di saat musim hujan.

Jalanan yang belum dikeraskan menjadi jalan berlumpur karena guyuran hujan.

Pihak desa juga sedang merintis penanaman berbagai pohon buah di sekitar goa.

"Harapannya ke depan di sekitar goa bisa hijau dan menghasilkan buah-buahan," ucapnya. 

Sumber: Tribun Jatim
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved