Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Pemprov Jatim

Alasan Gubernur Khofifah Ingin Buat Regulasi Pembiasaan Bahasa Daerah untuk SMA Sederajat di Jatim

Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa secara khusus membuat regulasi pembiasaan bahasa daerah untuk SMA SMK dan SLB di Jatim

Penulis: Fatimatuz Zahroh | Editor: Ndaru Wijayanto
TRIBUNJATIM.COM/Fatimatuz Zahroh
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menggelar workshop peningkatan kompetensi Guru Bahasa Daerah jenjang SMA Se-Jatim, Selasa (11/7/2023). 

TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa secara khusus meminta Kepala Dinas Pendidikan Jatim untuk membuat regulasi pembiasaan bahasa daerah untuk SMA SMK dan SLB di Jatim setiap seminggu sekali.

Hal ini sebagai penguatan bahasa daerah sebagai ujung tombak pembangunan karakter dan pelestarian budaya daerah. Pesan itu disampaikan Khofifah usai Pemprov Jatim melakukan workshop peningkatan kompetensi Guru Bahasa Daerah jenjang SMA Se-Jatim.

Sebab dikatakan Gubernur Khofifah, guru bahasa harus bisa mengajarkan karakter  penuh kearifan di tengah gencarnya arus digital teknologi yang bisa menggerus berbagai kearifan lokal.  

Seperti cara berbicara atau menyampaikan pesan dengan sosok yang lebih tua, seumuran, dan yang lebih muda. Ada tata krama yang harus dijaga.

"Guru bahasa tidak sekedar transfer of knowledge tapi harus bisa transfer of attitude, juga  transfer of value," ungkapnya, Selasa (11/7/2023). 

Khofifah pun menekankan, bahwa transfer of attitude ini adalah ruh dari semua keilmuan. Karena tingginya ilmu tanpa diikuti perilaku dan sikap yang baik akan menurunkan derajat keilmuan itu sendiri.  

Pelajaran bahasa daerah memang kategori  muatan lokal. Tetapi bahasa daerah mengajarkan nilai, norma kehidupan sosial, sampai norma kehidupan kebangsaan dan tata krama nasional.

Ditambahkan, tuntutan bersikap sopan santun, tata krama, unggah ungguh, ada pada akar budaya dan terekspresikan melalui pelajaran bahasa  dan budaya daerah.

Salah satu hal yang menjadi fokus saat ini adalah komunikasi antara guru dan murid yang  dibangun setara tetapi harus tetap menjaga sopan santun. 

"Guru harusnya menjadi panutan dan teladan  dan memberikan contoh karakter yang baik. Guru harus menjadi sosok yang siap untuk digugu dan ditiru," tegasnya. 

Untuk itu, Khofifah meminta ada satu hari dalam seminggu untuk berpakaian dan berbahasa Daerah. Sebab bahasa dan budaya adalah dua unsur interaksi sosial yang harus dijaga kelestariannya. Dicontohkan, bisa dalam sehari memakai baju daerah dan berbahasa Madura misalnya.

Di akhir, Khofifah berharap para guru selain mendidik anak-anak untuk cakap berbahasa daerah, juga mampu membuat mereka memahami akar budaya dan nilai-nilai sosial budaya serta kearifan  masing-masing daerah. 

"Dari peningkatan kompetensi ini mari kita didik anak-anak untuk bercakap Bahasa Daerah dan memahami akar budaya daerahnya. Terlebih, tiap daerah di Jatim memiliki budaya masing-masing. Madura  beda, Banyuwangi beda, Mataraman beda, Arek beda dan pantura beda  juga," tukasnya.

"Mari kita fahami  semua produk budayanya. Terutama tatakrama dan unggah ungguh yang menjadi bagian penting sebagai representasi budaya Jawa Timur," pungkas Khofifah.

Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Prov. Jatim Aries Agung Paewai mengatakan, kegiatan ini bertujuan agar para guru bisa menguasai Bahasa Daerah serta mengajarkan nilai, sikap dan perilaku. Sekaligus untuk mengembangkan kompetensi guru yang lebih profesional.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jatim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved