Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Nasib Akhir Hotel yang Buat Warga Bekasi Pulang Lewat Got karena Tembok, Kosong, Pemerintah Panggil

Terungkap nasib akhir hotel yang temboknya membuat akses rumah warga Bekasi miris. Ngadenin (63), adalah satu di antara warga itu.

Penulis: Ani Susanti | Editor: Mujib Anwar
KOMPAS.com/FIRDA JANATI
Seperti Apa Nasib Akhir Hotel yang Buat Warga Bekasi Pulang Lewat Got karena Tembok? 

TRIBUNJATIM.COM - Terungkap nasib akhir hotel yang temboknya membuat akses rumah warga Bekasi miris.

Diketahui nasib warga Bekasi yang akses rumahnya ditutupi tembok hotel hingga harus pulang lewati got tengah disorot.

Ngadenin (63), adalah satu di antara warga yang akses jalan rumahnya ditutup tembok hotel.

Rumah Ngadenin berada di bilangan Jatiwaringin, Kecamatan Pondok Gede, Kota Bekasi.

Penampakan hotel yang menutupi akses ke rumah Ngadenin ternyata masih kosong dan belum beroperasi.

Melansir dari Kompas.com ( grup TribunJatim.com ), Senin (10/7/2023), pagar hotel yang berada di pinggir Jalan Raya Jatiwaringin itu tampak masih ditutup rapat.

Bangunan hotel didominasi berwarna putih dengan gaya vintage.

Tiang yang menopang bangunan juga terlihat megah.

Baca juga: Warga Senang Masalah Pria Ponorogo Bangun Tembok Viral, Sikap Tak Berubah? Lurah Bahas Bongkar Paksa

Lokasi hotel terbilang cukup strategis.

Samping kanan hotel, terdapat mini market.

Kedai makanan hingga minuman di sekitaran hotel pun lengkap.

Dari depan, masyarakat sekitar tidak akan menyadari adanya dua rumah di belakang hotel yang aksesnya sudah ditutup.

Salah satu rumah yang "dikurung" adalah milik sepasang lansia Ngadenin (63) dan Nur Hidayati (55) yang kini sudah tak dihuni lagi.

Baca juga: Nasib Ngadenin Rumahnya Terkurung Tembok Hotel, Sakit Hati Tanya Jalan Malah Disuruh Beli Helikopter

Ngadenin sudah 10 tahun tinggal di rumah tersebut, sementara penutupan akses jalan oleh pihak hotel sudah berlangsung selama tiga tahun belakangan.

Namun selama tiga tahun itu, Ngadenin belum mendapat kejelasan dari pihak hotel yang menutup akses keluar-masuk rumahnya.

"Tidak ada titik terangnya sampai sekarang, enggak ada solusi sama sekali," kata Ngadenin.

Setiap kali Ngadenin bertanya mengenai nasib rumahnya, pihak manajemen hotel selalu menjawabnya dengan kata-kata yang menyakitkan hati.

Pernah suatu ketika Ngadenin bertanya kepada manajemen hotel soal bagaimana cara dirinya pulang ke rumah apabila aksesnya ditutup tembok hotel.

"Saya pernah nanya, bagaimana, 'Pak Haji, kalau saya pulang ke rumah?' Dijawabnya, 'Ya harus beli helikopter dulu'. Sakit (hati) saya digituin sebenarnya," tuturnya. Pihak hotel sendiri belum memberikan klarifikasi atas persoalan ini.

Kini, pemerintah bakal memanggil pihak hotel yang menutup akses jalan ke rumah Ngadenin.

Dalam pemanggilannya itu, Camat Pondok Gede Zaenal Abidin akan mengecek soal perizinan hotel yang terletak di Jalan Raya Jatiwaringin tersebut.

"Kami sudah berkoordinasi dengan Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Pengawasan bangunan, saat ini sedang di cek lagi di Dinas Tata Ruang apakah sudah masuk perizinannya," kata Zaenal, Selasa (11/7/2023).

Zaenal juga akan menjembatani komunikasi antara Ngadenin dan pihak hotel yang menutup akses jalan sejak tiga tahun lalu. 

"Iya otomatis akan kami panggil untuk menjelaskan kapan beroperasi kemudian sudah sejauh mana perizinannya," kata dia.

Baca juga: Bupati sampai Turun Tangan, Solusi Tembok Pria Ponorogo Sebenarnya Ada di 13 KK? Lurah: Ya Susah

Namun, Zaenal belum bisa memberikan informasi secara detail mengenail pemanggilan pemilik hotel karena harus melalui proses dengan pihak terkait.

"Kami akan bikin surat dulu, surat undangan koordinasi," ujar dia.

Sejauh ini, Zaenal hanya mengetahui pemilik hotel telah meninggal dunia dan kini digantikan oleh istri dan anak-anaknya.

Sebagai informasi, semula ada tiga rumah yang terdampak penutupan akses.

Satu lainnya milik Marno telah dijual ke pihak hotel.

Baca juga: Syarat agar Pria Ponorogo Bongkar Tembok yang Tutup Jalan Warga, Lurah Singgung Soal Sopan Santun

Dua rumah lainnya mikik Ngadenin dan Peni memilih bertahan karena belum ada kesepakatan harga dalam proses pembebasan lahan hingga berujung penutupan akses jalan.

Sudah tiga tahun akses jalan ditutup pihak hotel.

Ngadenin akhirnya memilih tidur di warung sate karena kelelahan keluar masuk rumah melalui selokan.

"Kurang lebih sudah tiga tahun. Tidak ada (komunikasi) pokoknya langsung dibangun gitu saja," ujar Ngadenin.

Selokan yang penuh lumpur dan limbah lainnya menjadi satu-satunya akses jalan menuju rumah Ngadenin dan Peni.

"Sudah kelelahan kalau mau pulang. Got ini kalau menurut saya kan rawan, ada paku, dan beling, kawat nonjol begitu. Akhirnya saya memutuskan untuk tidur (tinggal) di warung," kata Ngadenin.

Ngadenin mengaku sudah tinggal di daerah Pondok Gede sejak 1999 atau 24 tahun lalu. Semula, dia tinggal tepat di pinggir jalan raya.

Tetangga Ngadenin yang berjualan ayam bakar menjual lahannya ke pengusaha hotel.

Ngadenin lalu dipaksa dengan ancaman apabila tidak menjual lahan kepada pengusaha hotel.

Tak punya kuasa, Ngadenin akhirnya menyerah.

"Saya ditakut-takuti kalau enggak mau jual ke dia (pemilik hotel), nanti saya ditakut-takuti akan dikurung, ditutup (akses jalan) akhirnya saya nyerah," tutur Ngadenin.

Baca juga: Nasib Akhir Warga Bekasi yang Jalan Rumahnya Ditutup Tembok Hotel, Lewat Got Penuh Beling, Nyerah

Karena dibeli dengan harga yang tidak sebanding, Ngadenin akhirnya terpaksa pindah dan membeli tanah dan rumah yang tidak jauh dari lokasi rumah pertamanya.

Rumah baru Ngadenin inilah yang kemudian dikurung bangunan hotel.

Para pemilik lahan sekitar rumah Ngadenin telah menjual lahan ke pihak hotel.

Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved