Berita Ponorogo
Kang Giri Pastikan 2 Hal yang Mengganjal Reog Ponorogo Masuk Warisan Budaya Takbenda Sudah Clear
Penetapan Reog Ponorogo sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) oleh UNESCO masih terus diperjuangkan oleh pemerintah Indonesia.
Laporan Wartawan TribunJatim.com, Pramita Kusumaningrum
TRIBUNJATIM.COM, PONOROGO - Penetapan Reog Ponorogo sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) oleh UNESCO masih terus diperjuangkan oleh pemerintah Indonesia.
Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengatakan berbagai rintangan telah diselesaikan termasuk persyaratan-persyaratan tersisa yang diminta oleh UNESCO mengenai persoalan yang mengganjal dalam penilaian.
“Penggunaan bulu burung merak dan kulit harimau. 2 hal ini yang mengganjal,” ujar Muhadjir Effendy dalam pres rilis tertulis.
Dia mengatakan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Ponorogo telah memberikan klarifikasi tentang 2 hal yang mengganjal. Bahwa bulu burung Merak yang dipakai merupakan bulu yang telah lepas secara alami dari peternakan burung Merak yang dikelola oleh Pemkab Ponorogo.
Sementara, kulit Kambing menjadi alternatif penggunaan kulit Harimau yang dibentuk sedemikian rupa oleh pengrajin Reog.
“Dua persoalan itu saya pikir sudah clear. Sudah dijelaskan oleh Pemkab Ponorogo kepada UNESCO,” kata Muhadjir.
Muhadjir sendiri telah menyerahkan dokumen pengajuan WBTB Reog Ponorogo secara simbolis dari Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian selaku Ketua Paguyuban Reog Susiwijono Moegiarso kepada Menko PMK yang diteruskan kepada Dirjen Kebudayaan Kemendikbudristek Hilmar Farid dan akan diserahkan kepada UNESCO untuk disidangkan pada bulan Desember 2024 mendatang.
“Dosier sudah kami serahkan. 2 hal yang menjegal Reog Ponorogo masuk WBTB telah kami rinci dan jawab di dosier,” kata Bupati Ponorogo, Sugiri Sancoko, Senin (28/8/2023).
Dia menjelaskan memang dahulu harimau dianggap disembelih kemudian dipakai caplokan.
Namun saat ini Reog Ponorogo buatan baru sudah tidak lagi menggunakan kulit harimau.
“Sudah mempunyai beberapa inovasi. Melukis kulit sapi dan kambing untuk dijadikan mirip harimau atau bahkan lebih garang dengan harimau,” jelas Kang Giri—sapaan akrab—Sugiri Sancoko,
Perihal bulu merak, Kang Giri menjawab bahwa merak itu adalah unggas.
Dimana secara biologis, setahun sekali bulu akan lepas.
“Entah itu ayam, mentok, merak. Di Surabaya namanya ngurak. Di Ponorogo namanya bobol bulu . Itu alami, limbah rontoknya bulu itu kemudian dijadikan dadak merak,” tegasnya.
Reog Ponorogo
Warisan Budaya Tak Benda (WBTB)
UNESCO
Pemerintah Indonesia
Tribun Jatim
TribunJatim.com
Muhadjir Effendy
Bupati Ponorogo
Sugiri Sancoko
Sosok Kepala SMK 2 PGRI Ponorogo yang Rugikan Negara hingga Rp 25 M, 11 Bus dan Pajero Sport Disita |
![]() |
---|
Dukung Swasembada Pangan, Polres Ponorogo Sediakan Lahan 31 Hektar Untuk Tanam Jagung |
![]() |
---|
Wawancara Eksklusif Dirut RSUD dr Harjono Ponorogo :Bangun IGD Terpadu Hingga Rumah Sakit Rasa Hotel |
![]() |
---|
Wabah PMK di Ponorogo Masih Belum Landai, Penutupan Pasar Hewan Diperpanjang |
![]() |
---|
Pengangguran yang Kecanduan Karaoke bersama LC di Ponorogo, Tak Kapok 4 kali Dipenjara Demi Nyanyi |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.