Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Arti Kata

Arti Kata Piting, Istilah Tengah Viral di Medsos, Perintah Panglima TNI untuk Atasi Pendemo Rempang

Panglima TNI memerintahkan prajuritnya untuk memiting pendemo di Rempang. Lantas, apa sebetulnya arti kata piting tersebut?

Editor: Olga Mardianita
Tribunnews.com
Panglima TNI, Laksaman Yudo Margono, memerintahkan para prajuritnya untuk memiting pendemo di Rempang, Batam. Lantas, apa arti kata piting tersebut? 

TRIBUNJATIM.COM - Istilah piting ramai dibicarakan di media sosial usai Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI) memerintahkan prajuritnya untuk melakukan hal itu terhadap pendemo di Rempang.

Lantas, apa maksud dari perintah tersebut?

Apa arti kata piting yang dilontarkan Panglima TNI itu?

Di samping itu semua, publik merasa geram dengan perintah tersebut.

Alhasil, isitlah piting sempat trending di Twitter X pada Senin (18/9/2023).

Baca juga: VIRAL TERPOPULER: Temani sampai Jadi TNI, Nisa Malah Diselingkuhi - Bayi Kembar Dibuang ke Sungai

Informasi berita menarik lainnya di Google News TribunJatim.com

Arti kata piting

Warganet ramai mengunggah video Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI) Laksamana Yudo Margono saat memerintahkan prajuritnya untuk menghadapi aksi demo masyarakat Pulau Rempang, Batam, Kepulauan Riau.

Salah satu pengunggahnya adalah akun @Bee*****, Jumat (15/9/2023).

"Woiii..Pak @Puspen_TNI Bukankah tugas Anda melindungi rakyat..kenapa malah ngajak war? Beneran nanya," tulisnya.

Dalam video berdurasi dua menit itu, Panglima TNI memerintahkan prajuritnya untuk memiting pendemo.

"Umpama masyarakatnya 1.000 ya kita keluarkan (prajurit TNI) 1.000. Satu miting satu itu kan selesai. Enggak usah pakai alat, dipiting saja satu-satu," ujarnya dalam Pengarahan Netralitas Pemilu dan Bimbingan Teknik Tindak Pidana Pemilu 2023 yang disiarkan langsung oleh Mabes TNI, Selasa (12/9).

Berdasarkan penelusuran Kompas.com, video itu kini sudah diprivasi dan tidak ditemukan di halaman pencarian Youtube.

Di sisi lain, Kepala Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah (Jateng), Ganjar Harimansyah menjelaskan arti kata piting dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).

Menurut penuturannya, piting memiliki tiga makna.

Baca juga: Arti Kata Cupu dalam Bahasa Gul yang Ternyata Bermakna Negatif, Ditujukan pada Sifat dan Penampilan

Piting masuk ke dalam trending topic di media sosial Twitter atau X, Senin (18/9/2023).
Piting masuk ke dalam trending topic di media sosial Twitter atau X, Senin (18/9/2023). (Kompas.com)

"Ada piting yang berarti ‘apit atau jepit (dengan kaki atau lengan)," ujarnya saat dihubungi Kompas.com, Senin (18/9/2023).

Dikutip dari KBBI, piting adalah kegiatan apit atau jepit (dengan kaki atau lengan).

Kata piting juga diartikan sebagai tampuk lampu listrik.

Berikutnya, kata piting juga merujuk ke hewan kepiting.

"Kata piting yang berarti apit atau jepit mempunyai kata turunan memiting, piting-memiting, dan pitingan," kata Ganjar.

Menurutnya kata-kata dasar dan turunannya tersebut berkonotasi netral.

"Di dalamnya ada unsur mengapit atau menjepit (orang lain) dengan kaki atau lengan," terang dia.

Kata memiting mengalami abreviasi atau pendekatan bentuk kata sehingga menjadi miting yang digunakan dalam ragam cakapan non-formal.

Kata piting mengalami perluasan makna

Beriringnya zaman, penggunaan kata "piting-memiting" mengalami perluasan makna atau penambahan makna dari yang semula berarti saling memiting.

"Penambahan makna berkonotasi positif dari kata miting seperti makna yang merujuk pada 'merangkul' (satu masyarakat agar terhindar dari bentrokan)," kata Ganjar.

Namun, konotasi positif itu bergantung pada konteks penggunaan kata itu sendiri.

Pada konteks tertentu, kata piting bisa saja berkonotasi negatif.

"Kata memiting dalam kalimat 'Ia membunuh dengan cara memiting batang leher korban' bisa berarti negatif dalam konteks tindakan menghilangkan nyawa orang lain, tetapi bisa berarti biasa sebagaimana adanya jika itu dalam konteks laporan berita acara," terang Ganjar.

Terkait ucapan Panglima TNI Laksamana Yudo Margono, Ganjar mengatakan bahwa kata piting dalam kalimat instruksinya bisa saja memiliki konteks positif. "Kalau (kata piting) yang dimaksud 'merangkul (satu masyarakat agar terhindar dari bentrokan)', bisa dianggap konotasi positif," tandas dia.

Baca juga: Arti Kata Mujahir Menurut Islam, Ramai Dibicarakan di Medsos, Golongan Orang yang Tak Diampuni

Panglima TNI Laksamana Yudo Margono saat acara pengarahan terhadap para panglima komando utama (Pangkotama) terkait netralitas TNI dalam Pemilu 2024 di Aula Gatot Soebroto, Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Selasa (12/9/2023).
Panglima TNI Laksamana Yudo Margono saat acara pengarahan terhadap para panglima komando utama (Pangkotama) terkait netralitas TNI dalam Pemilu 2024 di Aula Gatot Soebroto, Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Selasa (12/9/2023). (Dok. Puspen TNI via Kompas.com)

Piting dalam bahasa prajurit

Sementara itu, Kapuspen TNI Laksda TNI Julius Widjojono menjelaskan arti kata piting yang diucapkan Panglima TNI Laksamana Yudo Margono.

Menurutnya, ada kesalahpahaman masyarakat dalam memaknai pernyataan tersebut, karena konteksnya berbeda.

"Jika dilihat secara utuh dalam video tersebut, Panglima TNI sedang menjelaskan bahwa demo yang terjadi di Rempang sudah mengarah pada tindakan anarkisme yang dapat membahayakan baik aparat maupun masyarakat itu sendiri, sehingga meminta agar masing-masing pihak untuk menahan diri, " ujarnya, saat dikonfirmasi Kompas.com, Senin.

Lebih lanjut, Kapuspen TNI menyampaikan bahwa Panglima TNI menginstruksikan kepada Komandan Satuan untuk melarang prajurit menggunakan alat atau senjata saat mengamankan aksi demo Rempang.

Hal tersebut untuk menghindari korban, sehingga lebih baik menurunkan prajurit lebih banyak dari pada menggunakan peralatan yang bisa mematikan.

Terkait bahasa piting-memiting yang diucapkan, Julius mengatakan bahwa arti kata piting dalam bahasa prajurit adalah merangkul.

"Karena disampaikan di forum prajurit, yang berarti setiap prajurit "merangkul" satu masyarakat agar terhindar dari bentrokan," jelas dia.

Dia menyampaikan bahwa bahasa prajurit terkadang disalahartikan oleh masyarakat lantaran tidak terbiasa dengan gaya bicara para prajurit.

Penyebab Warga Rusak Gedung BP Batam, Aksi Pendemo sempat Dibalas Pakai Gas Air Mata Milik

Kerusuhan di Pulau Rempang, Batam beberapa waktu lalu sempat menjadi sorotan.

Warga dan aparat kepolisian terlibat bentrok.

Kini kerusuhan di Pulau Rempang kembali terjadi.

Ribuan warga Melayu mulai dari Kepulauan Riau (Kepri), Riau, Jambi, Kalimantan Barat, hingga sejumlah daerah lainnya unjuk rasa di depan kantor BP Batam berakhir ricuh.

Kericuhan terjadi diduga karena permintaan pengunjuk rasa yang tidak diakomodasi BP Batam  . 

Bahkan, kericuhan ini pecah tidak lama saat Kepala BP Batam M Rudi meninggalkan para pedemo.

“Para pedemo minta masuk, namun tidak diakomodasi, sehingga terjadi dorong-dorongan dan mengakibatkan bentrok antara massa dan petugas pengamanan yang berjaga,” kata Reza, salah satu pedemo yang mengaku dari luar Kepri, dikutip dari Kompas.com, Senin (11/9/2023).

Reza mengaku kaget karena awalnya unjuk rasa ini berjalan aman dan tertib.

Para pedemo terlihat adem dan fokus mendengarkan apa yang disampaikan orator.

“Padahal, saat kepala BP Batam menemui kami, situasi masih kondusif, namun tidak beberapa lama, begitu kepala BP Batam pergi, aksi ricuh kemudian terjadi,” ungkap Reza.

Reza mengaku keributan ini tidak berlangsung lama.

Saat para pedemo yang berada di gerbang samping Kantor BP Batam berhasil menjembol pintu pagar, saat itulah aksi mencekam langsung terjadi.

Baca juga: Panglima Pajaji Gercep Tanggapi Serius Perintah Aneh Panglima TNI soal Penanganan Warga Rempang

Aksi unjuk rasa atau demo yang dilakukan ribuan warga Melayu, mulai dari Kepulauan Riau (Kepri), Riau, Jambi, Kalimantan Barat maupun sejumlah daerah lainnya yang dilakukan di depan kantor BP Batam berakhir ricuh. Diduga kericuhan ini terjadi dikarenakan permintaan pendemo yang tidak diakomodir oleh pihak BP Batam.
Aksi unjuk rasa atau demo yang dilakukan ribuan warga Melayu, mulai dari Kepulauan Riau (Kepri), Riau, Jambi, Kalimantan Barat maupun sejumlah daerah lainnya yang dilakukan di depan kantor BP Batam berakhir ricuh. Diduga kericuhan ini terjadi dikarenakan permintaan pendemo yang tidak diakomodir oleh pihak BP Batam. (KOMPAS.COM/HADI MAULANA)

“Saat itulah terjadi lemparan batu, kayu balok, hingga botol air mineral, yang kemudian dibalas tembakan gas air mata dan tembakan air dari mobil water cannon milik polisi,” ungkap Reza.

Bahkan, dari pelemparan itu, Gedung Bida Utama ruangan Hak Legalitas atas Lahan, kaca jendelanya hancur terkena lemparan batu dan kayu balok.

Tidak itu saja, dua anggota polisi yakni Brigadir Andika yang bertugas di unit Jatanras Polresta Barelang menjadi korban amukan massa.

Beruntung rekan-rekannya segera menyelamatkan sehingga Andika bisa diselamatkan.

Tidak hanya itu, seorang anggota Provos Polresta Barelang Aiptu Supriadi atau yang akrab disapa Joker juga turut terkena lemparan batu yang dilayangkan massa, hingga membuat darah terus keluar dari kepala Joker.

Sampaikan 5 tuntutan

Dalam aksinya, para pengunjuk rasa menyampaikan 5 tuntutan.

Yakni menolak penggusuran 16 kampung tua yang ada di Pulau Rempang, Galang.

Kemudian mendesak Polri membubarkan posko terpadu yang didirikan di Pulau Rempang, menghentikan intimidasi dan kekerasan terhadap warga.

Selanjutnya, menuntut Presiden Jokowi membatalkan penggusuran 16 kampung tua.

Serta mencopot M Rudi sebagai Kepala BP Batam dan membebaskan masyarakat Pulau Rempang yang ditahan tanpa syarat.

Sementara itu, Kepala BP Batam M Rudi yang sempat menemui pedemo mengatakan, hal ini bukanlah kewenangan dirinya, tetapi pemerintah pusat.

“Pengembangan Pulau Rempang bukanlah kewenangan BP Batam, akan tetapi kewenangan Pemerintah pusat. Dalam hal ini kami hanya perpanjangan tangan pemerintah pusat saja,” ungkap Rudi.

Rudi menjelaskan, pada pertemuan sebelumnya, pihaknya telah menawarkan perwakilan warga untuk ikut bertemu langsung dengan Pemerintah Pusat.

Baca juga: Ayah Teriak Tolong Anak Pingsan saat Warga dan Aparat Batam Bentrok, Istri Panik: Kena Gas Air Mata

Bentrok antara warga dan tim gabungan di Pulau Rempang, Galang, Batam, Kepulauan Riau (Kepri) akhirnya pecah. Ratusan orang yang mengaku masyarakat setempat memblokir jalan karena menolak masuknya tim gabungan yang hendak melakukan pengukuran lahan di Pulau Rempang tersebut.
Bentrok antara warga dan tim gabungan di Pulau Rempang, Galang, Batam, Kepulauan Riau (Kepri) akhirnya pecah. Ratusan orang yang mengaku masyarakat setempat memblokir jalan karena menolak masuknya tim gabungan yang hendak melakukan pengukuran lahan di Pulau Rempang tersebut. (DOK BP BATAM)

Namun, hingga saat ini tawaran tersebut tidak ada jawaban.

“Kami di sini sama sekali tidak memiliki kewenangan, semua kewenangan berada di pemerintah pusat. Jadi kami harap saudara semua bisa memaklumi hal ini,” ungkap Rudi.

Untuk saat ini, suasana di kawasan Batam Centre berangsur kondusif, baik aparat maupun pedemo, saat ini sama-sama menahan diri.

Para pedemo akhirnya membubarkan diri usai berhasil dipukul mundur oleh aparat hingga di sekitar Masjid Raya Batam Centre.

Sebeluumnya, kericuhan yang terjadi di Pulau Rempang, Batam, Kamis (7/9/2023), membuat sejumlah pelajar sekolah dasar (SD) di Pulau Rempang ketakutan.

Arsyid, salah seorang guru di di SD Pulau Rempang, langsung berinisiatif mengumpulkan semua siswa di satu kelas.

Anak didiknya berteriak histeris saat terdengar suara bentrokan di sekitar sekolah mereka.

“Saat itu sedang proses belajar mengajar. Namun, setelah terdengar suara letupan seperti suara pistol, anak yang sebelumnya tenang belajar, seketika berteriak histeris. Makanya, kami para guru langsung berinisiatif mengumpulkan anak-anak di satu ruangan,” kata Arsyid.

Baca juga: Sikap Ustaz Abdul Somad Soal Kisruh di Rempang Tolak Pembangunan Eco City, Bela Warga, Ini Seruannya

Para pelajar kemudian dijemput orangtua mereka.

“Alhamdulillah, para orangtua spontan menjemput anak-anak mereka, karena lokasi gedung sekolah cukup dekat sekali dengan lokasi kericuhan yang terjadi,” papar Arsyid.

“Untuk yang tidak dijemput, kami ungsikan ke rumah warga terdekat, karena sebagian anak-anak ada yang sudah menangis hingga tersedu-sedu,” ungkap Arsyid.

Sebelumnya diberitakan, terjadi bentrok antara warga Pulau Rempang, Batam, Kepulauan Riau, dengan tim gabungan yang terdiri dari TNI, Polri, Direktorat Pengamanan Badan Pengusahaan (BP) Batam, dan Satpol PP di Pulau Rempang, Kamis (7/9/2023).

Bentrokan terjadi karena warga menolak pengembangan kawasan ekonomi Rempang Eco City di lokasi tersebut.

-----

Artikel ini telah ditayangkan Kompas.com

Berita Jatim dan arti kata lainnya.

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved