Breaking News
Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Jatim

SD Negeri di Bangkalan Ditutup, Buku-buku Pelajaran Masih Tertahan, Terungkap Nasib Para Siswanya

Penutupan gedung SD Negeri 1 Lerpak, Kecamatan Geger, Bangkalan ternyata bukan hanya berimbas terhadap pemindahan kegiatan belajar mengajar

Penulis: Ahmad Faisol | Editor: Januar
TribunJatim.com/ Ahmad Faisol
Kepala SD Negeri 1 Lerpak, Kecamatan Geger, Joko Santoso (kiri) ketika menjelaskan permasalah terkait penutupan gedung sekolah setelah pihak mantan kades setempat meminta kembali lahan sekolah, Rabu (20/9/2023) 

Laporan wartawan Tribun Jatim Network, Ahmad Faisol

TRIBUNJATIM.COM, BANGKALANPenutupan gedung SD Negeri 1 Lerpak, Kecamatan Geger, Bangkalan ternyata bukan hanya berimbas terhadap pemindahan kegiatan belajar mengajar 128 siswa di halaman balai desa setempat dan gubuk mushola semata.

Tetapi hingga hari ketiga pasca penutupan, Rabu (20/9/2023), semua aset sekolah termasuk buku pelajaran siswa masih tertahan di gedung.

Hal itu disampaikan Kepala SD Negeri 1 Lerpak, Joko Santoso ketika ditemui di sela menghadiri panggilan Dewan Pendidikan Kabupaten Bangkalan di komplek kantor dinas pendidikan setempat.

“Saat ini waktunya belum pas seandainya (buku-buku pelajaran) saya tarik ke balai desa. Atas saran dan petunjuk Muspika Geger, sementara biarkan dulu sambil menunggu suasana lebih kondusif.

Insyaallah setelah kondusif, aset-aset akan kami ambil,” ungkap Joko di hadapan awak jurnalis.

Seperti diketahui, penutupan gedung sekolah yang dibangun di awal tahun 2000 an itu berawal sekitar 10 hari yang lalu. Ketika kegiatan pengukuran ulang atas luas lahan sekolah dilakukan untuk penyelesaian proses penerbitan sertifikat. Lahan sekolah itu berstatus hibah dari orang tua mantan kades setempat.

Baca juga: Kasus Pembangunan Gedung Pemkab, 14 ASN Lamongan Diperiksa Sebagai Saksi, KPK: Sudah Ada Tersangka

Namun tiba-tiba, mantan kades memanggil Kepala SD Negeri 1 Lerpak, Joko Santoso dan memintanya untuk menghentikan sementara kegiatan belajar mengajar dalam waktu seminggu.

Permintaan itu direspon pihak sekolah dengan meliburkan siswa selama seminggu, sembari menunggu hasil mediasi.

Ternyata hasilnya tidak berpihak kepada keberlangsungan pendidikan anak-anak desa setempat. Pihak ahli waris, dalam hal ini mantan kades tetap kukuh pada pendiriannya, yakni menggugurkan kesepakatan atas lahan yang dulu dihibahkan oleh orang tuanya.

Sehingga, lima ruang kelas, satu ruang guru, buku-buku siswa, hingga sejumlah aset sekolah hingga kini terpaksa ditinggalkan.

Di hadapan para anggota Dewan Pendidikan Kabupaten Bangkalan, Joko menjelaskan bahwa lahan SD Negeri 1 Lerpak berlokasi di dalam komplek pekarangan mantan kades setempat.

Sehingga tercipta suasana tidak nyaman hingga merasa tertekan karena setiap siswa maupun para guru ketika hendak masuk ke area sekolah, melewati depan rumah mantan kades tersebut.

Sementara dunia dan karakter dari 128 siswa yang masih berusia bocah itu memang senang berteriak, tidak jarang bermain bola, dan dinamis karena anak-anak sangat merdeka sekali dari sisi perilaku.

“Untuk kondisi siswa saat ini alhamdulilah tetap enjoy, ‘bisa lepas’. Merdeka belajar untuk siswanya, gurunya juga merdeka mengajar di alam yang bebas,” jelas Joko.

Karena kurikulum Merdeka Belajar itu, lanjutnya, tidak sebatas bisa diperoleh dari buku, namun bisa didapat dari sumber yang lain seperti dari internet atau dari siapapun yang bisa mengarahkan siswa maupun guru menjadi insan yang bermanfaat bagi masyarakat lain.

“Termasuk kita bisa belajar dari alam, lingkungan alam sekitar di mana anak-anak hidup dan dibesarkan,” tutur Joko sambil menghela nafas.

Namun yang menjadi pemikiran Joko dan para guru saat ini, para siswa terutama siswa kelas V pada Oktober 2023 mendatang akan dihadapkan dengan agenda nasional yakni Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK). Program kemendikbud itu untuk menilai secara keseluruhan baik dari sisi kognitif maupun non kognitif siswa.

Sekedar diketahui, kognitif merupakan istilah yang digunakan oleh para psikologi untuk menjelaskan segala aktifitas mental yang saling berhubungan antara persepsi, pikiran, ingatan, dan pengolahan informasi.

“Jadi kalau sampai ANBK terhambat, ini suatu hambatan besar bagi anak-anak didik kami. Terutama mereka yang duduk di bangku kelas V, karena ANBK itu menjadi basis data raport pendidikan di masing-masing lembaga,” pungkasnya.


Sementara Ketua Dewan Pendidikan Kabupaten Bangkalan, Abdullah mengungkapkan, solusi terbaik atas permasalahan di SD Negeri 1 Lerpak memang perlu segera dirumuskan. Dengan harapan, memberikan kenyaman belajar bagi siswa dan para guru serta mewujudkan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan program yang ada di kemendikbud.


“Perlu dipikirkan bersama psikologis para siswa, jadi perlu secepatnya ada relokasi karena lahan berdekatan dengan rumah mantan kades. Kami berkoordinasi dengan dinas pendidikan dan masyarakat Desa Lerpak untuk mencari lahan baru,” ungkap Abdullah.

Ia berharap, terpenting lahan baru untuk SD Negeri 1 Lerpak, Kecamatan Geger mempunyai akses jalan dan bisa terealisasi di tahun 2024 mendatang.
“Senin kemarin, kami juga menerima para pemuda dari Desa Lerpak untuk bersama mencari solusi,” pungkasnya.

Kisah serupa juga pernah terjadi di tempat lain, beberapa waktu lalu.

Nasib miris dialami SDN Jalen di Ponorogo karena tak ada siswa baru di hari pertama sekolah.

Sekolah yang berada di Desa Jalen, Kecamatan Balong, Kabupaten Ponorogo, ini tidak menerima siswa sama sekali.

Padahal guru sudah imingi-imingi bayar LKS dan urunan transportasi untuk murid yang daftar di SDN Jalen.

Namun tetap saja tidak ada murid yang mendaftar hingga hari pertama sekolah.

Ya, pihak sekolah padahal mengaku sudah iming-iming seperangkat fasilitas disediakan oleh guru.

Pantauan di lokasi, ruang kelas 1 tampak kosong melompong, Senin (17/7/2023).

Guru-guru SDN Jalen pun menata kursi dan meja yang bakal kosong dalam setahun ini lantaran tidak ada siswa.

"Banyak yang kami (guru) lakukan. Kami sudah ke rumah calon wali murid," ujar Kepala SDN Jalen, Dedy Ady Nugroho, ditemui Senin siang.

"Memberikan seragam gratis, tabungan sebesar Rp 100 ribu untuk beli LKS, buku pendamping," imbuhnya.

Juga, kata dia, siap memberikan bantuan transportasi sebesar Rp150 ribu ke anak tiap bulan yang untuk sekolah di sini.

Uang transportasi dan tabungan tersebut bahkan diambil dari uang pribadi guru-guru SDN Jalen Ponorogo.

Namun iming-iming tersebut tak mempan, dan tidak ada yang mau sekolah di SDN Jalen Ponorogo.

"Tetapi ya tetap tidak mempan. Tidak ada yang mau untuk sekolah di sini (SDN Jalen)," kata mantan guru olahraga SDN 1 Mangkujayan ini.

Menurutnya, bahwa PPDB 2023/2024 awalnya ada yang datang untuk mendaftar, saat itu ada dua orang.

"Kelanjutannya tanya, kalau ada temannya misalnya lima, mereka baru mau masuk. Kalau cuma dua mereka tidak mau."

"Dengan berat hati saya suruh mencari sekolah lain," tegasnya.

Kondisi tahun 2023 ini, kata dia, tidak jauh berbeda saat PPDB 2022 lalu.

Saat itu, SDN Jalen hanya mendapatkan satu siswa.

"Banyak faktor, di salah satu kelurahan ada MI, semakin lama semakin menurun. Siswa masuk ke sini lima tahun terakhir turun," urainya.

Dia menegaskan, kondisi saat ini di SDN Jalen total 24 siswa.

Rinciannya kelas 1 kosong, kelas 2 ada 1 siswa, kelas 3 ada 3 kelas, kelas 4 ada 5 siswa, kelas 5 ada 5 siswa, dan kelas 6 ada 10 siswa.

Untuk tenaga pendidikan, guru kelas ada 4, guru mata pelajaran agama ada 1, dan guru pendidikan jasmani (penjas) ada 1 guru.

"Keinginan dari sekolah, dengan fasilitas seperti ini, guru bersertifikasi tentunya kami tidak ingin sekolah ini ditutup karena satu-satunya sekolah yang ada di Jalen," pungkasnya.

 


Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribuJatim.com

Sumber: Tribun Jatim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved