Tak Dapat Ganti Rugi, Supriyono Cemas Lapak Angkringan Selama 33 Tahun Tergusur Proyek Underpass
Supriyono tak dapat ganti rugi proyek underpass, cemas kehilangan tempat jualan angkringan selama 33 tahun.
Penulis: Alga | Editor: Mujib Anwar
TRIBUNJATIM.COM - Supriyono (48) kebingungan lapak tempatnya berjualan angkringan selama 33 tahun terancam digusur.
Kini Supriyono khawatir tergusur imbas proyek underpass Joglo Solo yang diperkirakan sepanjang 1,2 km.
Supriyono mengaku lapak tersebut sudah ada di Jalan Ki Mangun Sarkoro sejak tahun 1990-an.
Tempatnya mengais rezeki saat ini masuk dalam wilayah proyek underpass Joglo Solo.
Baca juga: Dapat Ganti Rugi Rp10,7 M, Sentot Kaya Mendadak Imbas Proyek Underpass, Bingung Cari Rumah: Ndlongop
Rasa was-was Supriyono bakal digusur itu pun semakin kuat.
Bahkan saat sejumlah warga yang tinggal di sana telah mendapatkan ganti rugi imbas proyek underpass Joglo Solo.
Ia mengaku cemas apabila angkringan tempat usahanya tersebut diminta untuk pindah, meski sampai sekarang belum ada pemberitahuan terkait hal itu.
"Saya berdagang sejak sebelum jalan ini ramai, masih sepi. Sekitar tahun 90-an," kisah Supriyono mengingat pertama kali ia datang ke Solo untuk mengadu nasib.
Sampai saat ini, Supriyono masih harap-harap cemas apakah lapak angkringannya juga ikut diminta pindah.
"Kalau saya belum, secara langsung belum. Sudah dengar, pasti," sambung Supriyono saat ditemui Tribun Solo pada Selasa (26/9/2023) sore lalu.
Bukan tanpa alasan, Supriyono menerangkan, dirinya kini menjadi tulang punggung keluarga dan harus menghidupi empat orang anak.
Sementara itu usaha angkringan yang ia teruskan dari sang paman dan sepupunya sejak tahun 1980-an ini menjadi satu-satunya tempat ia mencari uang.
Supriyono juga mengaku tak dapat ganti rugi.
"Ya masalahnya ini menghidupi empat keluarga, tidak ada kompensasi ganti rugi," katanya.
Ia pun kini mengaku pasrah meski harus dengan terpaksa pindah tempat berdagang bila diminta oleh pihak yang berwenang.
"Ya memang kalau pemerintah minta suruh pindah ya mau gimana lagi, wong tidak bisa ngapa-ngapain."
"Padahal tegal-sawah e (ladang mencari nafkahnya) di sini, ya udah enggak tahu nanti gimana," kata Supriyono pasrah.
Baca juga: Aset Terdampak Tol Kediri-Tulungagung Tak Dapat Ganti Rugi, Pemkab Tulungagung Ajukan Keberatan
Supriyono juga menceritakan, angkringan yang buka setiap hari dari pukul 14.00-03.00 WIB tersebut, selalu ramai.
Namun sejak beberapa bulan terakhir, angkringannya mulai ditinggalkan para pelanggan.
Hal itu terjadi setelah palang perlintasan kereta api Joglo ditutup karena ada proyek pengerjaan rel layang.
"Sehari-hari (ramai). Sebelum perlintasan rel ditutup, angkringan ramai terus. Kan dulu truk-truk itu 24 jam enggak pernah berhenti."
"Sekarang sudah sepi, terus kalau ini nanti disuruh pindah, ya enggak tahu lagi mau gimana," pungkasnya.
Supriyono pun kini hanya bisa menunggu akankah angkringan tempat usahanya ikut direlokasi.
Yakni seperti rumah-rumah dan tempat usaha milik warga di sepanjang jalan tersebut yang terdampak proyek pembangunan underpass Palang Joglo.

Seperti Supriyono, nasib sejumlah pedagang kaki lima (PKL) yang berada di sepanjang Jalan Ki Mangun Sarkoro dan Jalan Sumpah Pemuda, Banjarsari, Solo, kini terkatung-katung.
Hal itu karena jelang proyek pembangunan Underpass Palang Joglo yang akan dimulai pada pertengahan bulan Oktober 2023 mendatang.
Selain warga sekitar proyek, pedagang kaki lima di sekitar lokasi proyek Underpass Palang Joglo pun mengaku terdampak.
Sementara itu Asisten Lahan Satker PJN III Jawa Tengah, Agus Mulyanto membenarkan bahwa sekitar lokasi proyek pembangunan Underpass Palang Joglo harus steril saat pengerjaan dimulai.
"Iya benar," ujar Agus saat dihubungi oleh Tribun Solo.
Lebih lanjut Agus menerangkan bahwa sebelum pelaksanaan pengerjaan proyek, kawasan tersebut telah steril.
"Diharapkan sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai mungkin sudah mengosongkan atau menyesuaikan di lapangan," sambungnya.
Baca juga: Dapat Ganti Rugi Rp19,5 M, Mbah Taryo Kaya Mendadak Imbas Proyek Jalan Tol, Bangun Rumah Mewah
Agus menambahkan, pemberitahuan tersebut biasanya melalui surat edaran yang dikirim ke kantor Kelurahan setempat yang kemudian akan diteruskan kepada para PKL.
"Kalau surat pemberitahuan ada, dan biasanya undangan nantinya disampaikan lewat Kelurahan setempat," pungkasnya.
Sementara itu Agus tidak menjelaskan secara pasti kapan surat pemberitahuan tersebut disampaikan ke pihak berwenang.
Sedangkan dari pantauan Tribun Solo, setidaknya ada sekitar 17 PKL yang berada di sepanjang proyek pembangunan Underpass Palang Joglo.
Belasan PKL tersebut terdiri dari berbagai macam usaha seperti angkringan, warung makan, warung kelontong, dan pengusaha tambal ban.
Supriyono
angkringan
proyek underpass Joglo Solo
Jalan Ki Mangun Sarkoro
Solo
Jalan Sumpah Pemuda
Banjarsari
TribunJatim.com
Tribun Jatim
Mimpi Besar Bupati Kang Giri untuk Reaktivasi Jalur Kereta Api Ponorogo, Ini Jawaban Daop 7 Madiun |
![]() |
---|
Akhirnya Bocah yang Hilang di Madiun Ditemukan Tak Bernyawa, Tangis Orang Tua Pecah hingga Pingsan |
![]() |
---|
Sejumlah Pemain masih dalam Pemulihan Cedera, Persebaya Belum 100 Persen saat Jamu PSIM Yogyakarta |
![]() |
---|
1 Masalah Bikin Dahlia Poland Gugat Cerai Fandy Christian setelah 10 Tahun Menikah, Bukan Selingkuh |
![]() |
---|
Kronologi Bocah PAUD di Madiun yang Hilang Misterius Sepulang Sekolah, Padahal Sudah Ditunggu Ortu |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.