Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Pilpres 2024

Muhaimin Iskandar Tanggapi Imbauan Gus Yaqut Soal Tak Pilih Pemimpin Pemecah Belah Umat: Tak Layak

Merespon pernyataan itu, Bacawapres dari Anies Baswedan, Muhaimin Iskandar menyebut pernyataan Gus Yaqut itu tak layak ditaggapi.

Editor: Torik Aqua
Kolase Istimewa
Bacawapres Anies Baswedan, Muhaimin Iskandar tanggapi imbauan Gus Yaqut minta masyarakat tak pilih pemimpin pemecah belah umat 

TRIBUNJATIM.COM - Muhaimin Iskandar tanggapi soal ucapan Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas imbau tak pilih calon pemecah belah umat.

Sebelumnya diketahui Gus Yaqut mengimbau masyarakat agar tak pilih calon pemimpin di Pilpres 2024 yang memecah belah umat.

Selain itu Gus Yaqut juga mengimbau agar masyarakat tak memilih pemimpin yang mainkan politik identitas.

Merespon pernyataan itu, Bacawapres dari Anies Baswedan, Muhaimin Iskandar menyebut pernyataan itu tak layak ditaggapi.

Baca juga: Survei Cawapres Indikator Politik, Elektabilitas Cak Imin di Jawa Timur Kalah Jauh dari Erick Thohir

Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com

Pernyataan dari Yaqut itu ditanggapi oleh Cak Imin sapaan Muhaimin Iskandar dengan santai.

“Tidak layak ditanggapi,” kata Muhaimin sembari melempar senyum saat berkunjung di Kudus, Senin (2/10/2023).

Sebelumnya Yaqut Cholil Qoumas mengimbau agar tidak memilih pemimpin yang tidak memainkan politik identitas.

Dalam hal ini yakni menggunakan agama demi kepentingan politiknya yang disampaikan beberapa waktu lalu saat di Hotel Alila Solo, Jawa Tengah.

Bagi Yaqut, agama tidak dijadikan alat untuk merebut kekuasaan.

Terlebih sebentar lagi akan ada Pilpres yang hanya tinggal beberapa bulan lagi.

Di sisi lain, lanjut Muhaimin, Partai Kebangkitan Bangsa siap jika dalam Pilpres nanti terdapat dua poros atau tiga poros sekali pun.

“PKB dua poros atau tiga poros kita siap,” katanya.

PBNU sebut seruan Menag positif

Sebelumnya, dilansir Tribunnews.com, Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas mengimbau masyarakat agar tidak memilih calon pemimpin yang memecah belah umat di Pemilu 2024.

Yaqut Cholil juga meminta masyarakat untuk mengecek betul calon pemimpin yang akan dipilih.

"Harus dicek betul. Pernah nggak calon pemimpin kita, calon presiden kita ini, memecah-belah umat. Kalau pernah, jangan dipilih," ujar Menag Yaqut di Garut, Minggu (3/9/2023).

Menteri Agama, Yaqut Cholil Qoumas saat Koordinasi Persiapan Layanan Pasca Armuzna di Makkah, Minggu (2/7/2023) malam.
Menteri Agama, Yaqut Cholil Qoumas saat Koordinasi Persiapan Layanan Pasca Armuzna di Makkah, Minggu (2/7/2023) malam. (Tribun Jatim Network/Galih Lintartika)

Ia juga meminta masyarakat tak memilih calon yang membawa nama agama hanya untuk kepentingan pemilu. 

"Agama seharusnya dapat melindungi kepentingan seluruh umat, masyarakat."

"Umat Islam diajarkan agar menebarkan Islam sebagai rahmat, rahmatan lil 'alamin, rahmat untuk semesta alam. Bukan rahmatan lil islami, tok," kata Gus Men panggilan akrabnya.

Karenanya, pemimpin yang ideal, menurut Menag Yaqut, harus mampu menjadi rahmat bagi semua golongan.

"Kita lihat calon pemimpin kita ini pernah menggunakan agama sebagai alat untuk memenangkan kepentingannya atau tidak. Kalau pernah, jangan dipilih," tegasnya.

Seruan ini direspons Juru Bicara Anies Baswedan, Angga Putra dan Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf. 

Angga Putra Fidrian Jubir Anies Baswedan mengaku sependapat dengan Menag Yaqut.

Ia mengatakan, Anies tidak memiliki rekam jejak sebagai pemecah belah umat.

"(Tak memiliki kriteria pemecah belah bangsa) sesuai dengan kriteria Pak Anies Baswedan," ujar Angga dikutip dari YouTube Kompas TV, Rabu (6/9/2023). 

Angga pun memberikan contoh saat Anies masih menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta. 

Menurutnya, Anies memiliki rekam jejak menyatukan umat-umat beragama saat menjabat itu. 

"Bisa menjaga kondisi, selama 5 tahun tidak ada namanya gerebek-gerebek, atau menghancurkan kafe dan lain-lain."

 "Warga Kristen bisa membangun gereja di tengah-tengah komunitas muslim, warga muslim juga bisa membangun Masjid di tengah-tengah komunitas Gereja," ungkapnya.

Pihaknya juga menyebut Anies memiliki kriteria menggabungkan dan menjaga keutuhan umat beragama khususnya di Jakarta.

Ketua Umum PBNU, Yahya Cholil Staquf juga merespons pernyataan Yaqut soal memilih capres.

Yahya Cholil atau Gus Yahya mengatakan seruan Menag Yaqut tersebut merupakan hal yang positif.

Menurutnya, hal itu diserukan supaya masyarakat kita tidak lagi terjebak dalam situasi yang berpotensi perpecahan.

"Ya kalau buat saya sih itu postitif, supaya masyarakat kita tidak lagi terjebak dalam situasi yang berpotensi perpecahan seperti itu

"Tapi selebihny abisa tanya langsung ke menterinya lah," ujarnya, dikutip dari youTube KompasTV, Rabu (6/9/2023). 

Lebih lanjut, saat ditanya apakah PBNU memiliki imbauan serupa kepada warga NU, Gus Yahya menilai sejauh ini keadaan masih aman-aman saja.

"Sejauh ini sih kita lihat keadaaan masih aman-aman saja, kita belum tahu perkembangannya nanti ya," tuturnya. 

Pengamat: menyasar ke Anies Baswedan

Pengamat Politik Burhanuddin Muhtadi membaca sosok pemimpin pemecah belah umat yang dimaksud Menag Yaqut adalah Anies Baswedan

Namun menurut Burhanuddin, jika melihat pernyataan Yaqut dari sisi normatif  bermakna imbauan secara umum.

Tetapi secara politik, menurut Burhanuddin, pernyataan Yaqut itu menyasar ke satu sosok yaitu Anies Baswedan.

"Tetapi kalau dibaca secara politik, memang pernyataan Gus Men Yaqut ini tidak bisa dilepaskan dari sasaran tembak yang ingin diarahkan ke capres tertentu."

"Nah saya membaca capres tertentu yang jadi sasaran atau target dari pernyataan tersebut adalah Anies Baswedan," kata Burhanuddin, dalam program Kompas Petang, Senin (6/9/2023). 

Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia itu beralasan, pernyataan Yaqut tidak terlepas dari Pilkada DKI Jakarta yang pernah diikuti Anies pada 2017 silam.

"Pertama memang pernyataan tersebut tidak bisa dilepaskan dari Pilkada DKI Jakarta," ujarnya.

Selain itu, Burhanuddin juga melihat alasan Yaqut menyasar Anies karena Gubernur DKI Jakarta 2017-2022 itu bukan berasal dari lingkaran istana.

"Kemudian kalau dikaitkan dengan, dikaitkan dengan capres ya, Anies, capres Anies ini kan kira-kira kan dianggap bukan dari kelompok president's men."

"Jadi sasaran itu diarahkan ke capres Anies karena mungkin karena Anies bukan dari lingkaran kekuasaan. Sehingga disebut, pernyatan tersebut dalam rangka untuk, kira-kira ya, mengingatkan kepada pemilih untuk tidak memilih Anies," jelasnya.  (goz)

Artikel ini telah tayang di Tribunmuria.com 

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved