Suami Ditinggal Mati Istri & Jabang Bayi Saat Melahirkan Kini Maafkan Dokter, Sempat Tuding RS Lalai
Awalnya Ardiansyah Apandi tak terima dengan kematian istrinya dan menuding adanya kelalaian dari tim medis.
Penulis: Alga | Editor: Mujib Anwar
TRIBUNJATIM.COM - Ardiansyah Apandi (30) yang kehilangan istri dan calon anaknya sekaligus saat persalinan di RSUD Sumedang, kini memaafkan sang dokter.
Istrinya yang merupakan guru Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Sumedang meninggal bersama bayi yang dikandungnya saat persalinan.
Awalnya Ardiansyah Apandi tak terima dengan kematian istrinya dan menuding adanya kelalaian dari tim medis.
Ia mengaku, badan istrinya sangat lemah, namun tim medis tak segera melakukan tindakan caesar.
Baca juga: Detik-detik Wanita Kerasukan Jelang Melahirkan, Disetel Tadarus Melotot, Bidan Disuruh Tutup Pintu
Peristiwa ini terjadi saat istrinya, Mamay Maida (27), menjalani persalinan di RSUD Sumedang.
Wanita warga Dusun Cipeureu RT 03/RW 01, Desa Buanamekar, Kecamatan Cibugel, Kabupaten Sumedang, meninggal dunia saat melahirkan anak kedua.
Anak pertamanya, Azura Khaza Marzia Afandi, lahir lima tahun lalu.
Ardiansyah mengatakan, istrinya terus dicekoki dengan obat induksi meski kondisinya sudah lemah.
"Istri saya meninggal dunia pada hari Minggu, 1 Oktober lalu pukul 13.14 di RSUD Sumedang."
"Kondisinya lemah tapi terus dimasukkan ke tubuhnya cairan induksi," kata Ardiansyah, Rabu (4/10/2023).
Ardiansyah mengatakan, berdasarkan pemeriksaan dr Giandra di RS Harapan Keluarga, Cipacing, Jatinangor, perkiraan hari kelahiran anaknya adalah pada 27 September 2023.
Pada 28 September 2023, karena sang Istri berada di Kecamatan Cibugel, maka keduanya pergi ke bidan terdekat.
Bidan Eti di Kecamatan Cibugel menyebutkan, persalinan yang melebihi masa hari perkiraan lahir (HPL) sehingga harus diberi tindakan medis.
Maka, pada Sabtu, 30 September 2023, Ardiansyah membawa Mamay ke dokter kandungan di daerah Dano, Sumedang Utara, tetapi klinik tersebut penuh.
Mereka pun lantas kembali berkeliling mencari klinik, hingga akhirnya sampai ke klinik di Kecamatan Ganeas dan menemui dr Dani.
Kepada dr Dani, Ardiansyah mengatakan, Mamay pernah diberi tindakan vakum saat melahirkan anak pertama di RS AMC Cileunyi.
Namun setelah melihat kondisi istrinya, kata Ardiansyah, dr Dani memastikan bahwa bayi dan istrinya sehat.
Akan tetapi untuk persalinan, lebih cepat tindakan lebih baik.
"Karena itu meski ada waktu hingga empat hari lagi. Saya pilih segera. Dokter memberi rujukan ke RSUD Sumedang," katanya.
Di RSUD Sumedang, dengan menggunakan BPJS Kelas 1, Mamay diterima pada pukul 19.30.
Baca juga: Melahirkan di Toilet Kantor, Ibu Lalu Simpan Jasad Bayinya di Jok Motor setelah Alami Pendarahan
Setelah pemeriksaan, Mamay diharuskan mendapatkan induksi.
Berkaca pada pengalaman lima tahun lalu, Ardiansyah lalu meminta bidan untuk berhati-hati dengan induksi.
"Saya katakan itu. Tolong dicatat bidan, istri saya pernah susah melahirkan waktu anak pertama, bahkan harus pakai vakum," katanya.
Ardiansyah menirukan jawaban bidan, "Insyaallah Pak, kita berusaha maksimal, kita bismillah, bismillah."
Namun kondisi istrinya sudah lemah karena kehabisan tenaga.
Akan tetapi, tim medis justru akan menginduksinya sekali lagi dan meminta tanda tangan persetujuan Ardiansyah.
"Saya memberikan masukan sekaligus menolak tanda tangan induksi via infusan. Saya minta segera ada caesar, minta vakum," kata Ardiansyah.
Namun bidan tak mengabulkannya.
"Tenang Pak, ini sesuai SOP, lagipula istrinya masih bisa menjerit-jerit," ujar bidan, seperti ditirukan Ardiansyah.
Pukul 00.00 WIB, ketika badan Mamay sudah betul-betul tak bergerak, barulah dimasukkan ruang operasi, namun terlambat.
Mamay dan bayinya meninggal dunia, tanpa sempat bayinya dikeluarkan terlebih dahulu.

Plt Direktur RSUD Kabupaten Sumedang, dr Enceng mengatakan, pihaknya sudah dan terus berkomunikasi dengan keluarga ibu dan bayi yang meninggal dunia saat persalinan.
Dia mengatakan, RSUD Sumedang telah menyampaikan ucapan belasungkawa serta menyatakan kemungkinan yang menyebabkan Mamay dan bayinya meninggal dunia.
"Sudah saya sampaikan bahwa SOP sudah dijalankan, masukan dari keluarga akan kami tindak lanjuti, kami masih berkomunikasi terus," kata Enceng saat dihubungi, Rabu (4/10/2023).
Enceng mengatakan, dugaan Mamay Maida dan bayinya meninggal saat persalinan karena kelalaian RSUD dan memakai BPJS, hanyalah dugaan.
"Ya, itu dugaan saja. Pelayanan tidak dipengaruhi jaminan. Prosedurnya begitu," katanya.
Setelah dilakukan audit medis, Enceng menyebutkan tidak ada unsur kelalaian.
"Penyebabnya, sesuai literatur yang ada adalah emboli air ketuban," katanya.
Baca juga: Keberadaan Fitri Si Pengantin Hilang Terkuak? Suami Curhat Belum Malam Pertama: yang Dapetin Untung
Kini Ardiansyah akhirnya memutuskan untuk damai dan memaafkan dokter yang menangani persalinan istrinya.
Ardiansyah sebelumnya akan membawa kasus meninggalnya istri dan anaknya akibat kelalaian tersebut ke ranah hukum.
Namun sebelumnya ia mendatangi gurunya di Pesantren Cikalama, Kecamatan Cimanggung, Sumedang.
Ardiansyah memilih memaafkan setelah melakukan shalat istikarah dan menemui guru pesantrennya.
Oleh gurunya, Ardiansyah diminta salat istikharah dan diberi wejangan bahwa jika kasusnya berlanjut, akan ada autopsi.
Gurunya menyampaikan bahwa dia tidak rela, jenazah Mamay digali untuk lalu diautopsi.
Dia lalu istrikharah. Hasilnya adalah Ardiasnyah harus berani memaafkan.
"Dalam impian, datang istri, dia katakan biar Allah yang membalas," katanya.
Ardiansyah memang tidak terpuaskan dengan jawaban-jawaban dokter atas diagnosa dan tindakan yang dilakukan kepada istrinya.
Namun ketidakpuasan tersebut cukup ditelan sebagai kenyataan pahit.
"Saya memaafkan. Harapannya supaya tidak terjadi Mamay-Mamay berikutnya, biar saya saja yang sakit hati," katanya.
Ardiansyah memaafkan sang dokter setelah dokter tersebut datang menemuinya.
Pertemuan dilakukan di Balai Desa Buana Mekar, Kecamatan Cibugel, Kabupaten Sumedang, tempat tinggal keluarga Mamay.
Dalam pertemuan, Rabu (4/10/2023) malam, Ardiansyah mengatakan bahwa dokter yang bersangkutan telah mengakui lalai.
"Dokter menyampaikan bela sungkawa. Dokter juga mengakui ada kelalaian. Dan saat itu saya tidak bawa bab pidana," katanya pada Kamis (5/10/2023).
Sementara itu dr Enceng juga membenarkan pihaknya telah menyelesaikan permasalahan tersebut secara kekeluargaan.
Namun saat disinggung soal pemberian sanksi terhadap dokter yang telah mengakui kelalaian tersebut, dr Enceng tak menjawab secara detail.
"Akan dibuat program peningkatan hospitality," kata Enceng saat dihubungi Tribun Jabar, Kamis siang.
Polisi Tetapkan 51 Tersangka pada Kasus Kerusuhan di Kediri, 16 Berkas Perkara Dilimpahkan ke Jaksa |
![]() |
---|
Festival Film dan Musik di Peringatan 100 Tahun Gontor, Hadirkan Bibit Insan Film serta Musisi Dunia |
![]() |
---|
Gelar Khitanan di Gang, Kades Buat Acara Mewah hingga Pakai Layar LED, Ada Karangan Bunga dari KDM |
![]() |
---|
Donald Trump Puji Gestur Presiden RI Prabowo saat Pidato di Majelis Umum PBB |
![]() |
---|
Dorong Pansus Evaluasi BUMD, DPRD Jatim: Bubarkan atau Merger yang Tidak Produktif |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.