Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Nasib Keluarga Penyumbang 28 Kg Emas Monas, Si Pengusaha Dipenjara dan Aset Disita, Terlunta-lunta

Nasib penyumbang 28 Kg emas di Monas atau Monumen Nasional ternyata merupakan aktivis pengusaha yang hidupnya tragis karena dipenjara.

Penulis: Ignatia | Editor: Mujib Anwar
Tribun-Medan.com
Nasib keluarga penyumbang emas monas sebesar 28 Kg ternyata terlunta-lunta 

TRIBUNJATIM.COM - Beginilah nasib penyumbang emas 28 Kg untuk monas yang ternyata hidupnya malah dipenjara dan tragis.

Sosok penyumbang emas 28 Kg untuk monas itu adalah seorang pengusaha.

Siapa sangka, pengusaha yang dulunya dekat dengan Presiden Soekarno itu berakhir menyedihkan hingga akhir hayat.

Rela menyumbangkan emas 28 Kg untuk monas, kini kondisi keluarganya juga ikut menyedihkan.

Keluarga terlunta-lunta saat pengusaha tersebut dijebloskan ke penjara.

Teuku Markam, itulah sosok penyumbang emas 28 Kg untuk monas.

Seorang pengusaha dari Aceh, yang memberikan sekitar 28 kilogram dari total 38 kilogram emas yang dipasang di puncak tugu.

Dikutip TribunJatim.com dari Kompas.com , Teuku Markam merupakan keturunan Uleebalang yang lahir tahun 1925 di Seuneudon dan Alue Capli, Panton Labu Aceh Utara dan dinamai Teuku Marhaban.

Teuku Markam sendiri sudah lama dikenal sebagai pengusaha yang dekat dengan Soekarno.

Dia pernah berdinasi di militer sebelum kemudian banting setir menjadi saudagar karena merasa tak cocok dengan dinas militer.

Baca juga: Ribuan Santri Gontor akan Tajamuk dan Jalan Sehat di Monas Peringati 100 Tahun Gontor

Dalam perjalanannya sebagai pengusaha kaya raya di awal kelahiran Republik, Teuku Markam banyak terlibat dalam proyek pembangunan infrastruktur di Aceh dan Jawa.

Dia mendirikan perusahaan perdagangan bernama PT Markam.

Namun karena kedetakannya dengan Soekarno pula, yang membuat nasibnya berubah drastis di era Presiden Soeharto.

Tahun 1966, dirinya pernah dipenjara oleh rezim Orde Baru tanpa proses pengadilan.

Ilustrasi Polusi Udara di Jakarta. | Monumen Nasional (Monas) terlihat dalam kabut asap akibat polusi udara di Jakarta pada 16 Agustus 2023. (Photo by Yasuyoshi CHIBA / AFP) | Pengamat Kebijakan Publik, Trubus Rahadiansyah menilai kebijakan WFH yang diambil Pemprov DKI jakarta masih belum cukup mengatasi masalah polusi udara.
Ilustrasi Polusi Udara di Jakarta. | Monumen Nasional (Monas) terlihat dalam kabut asap akibat polusi udara di Jakarta pada 16 Agustus 2023. (Photo by Yasuyoshi CHIBA / AFP) | Pengamat Kebijakan Publik, Trubus Rahadiansyah menilai kebijakan WFH yang diambil Pemprov DKI jakarta masih belum cukup mengatasi masalah polusi udara. (AFP/YASUYOSHI CHIBA)

Teuku Markam begitu berpengaruh ketika Presiden Soekarno memimpin Indonesia.

Halaman 1 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved