Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

10 Hari Ngeluh Perutnya Kembung, Wanita Tak Sadar Hamil 23 Minggu, Janin Bukan Tumbuh di Rahim

Kisah wanita ngeluh perut kembung ternyata hamil viral di media sosial. Yang mengejutkan, janin bukan di rahim melainkan dekat ususnya.

FREEPIK/GONCALA COSTA via KOMPAS.com
Ilustrasi wanita mengeluh perut kembung. Kisah wanita ngeluh perut kembung ternyata hamil viral di media sosial. Yang mengejutkan, janin bukan di rahim melainkan dekat ususnya. 

TRIBUNJATIM.COM - Kisah wanita ngeluh perut kembung ternyata hamil viral di media sosial.

Yang mengejutkan, janin yang dikandung wanita tersebut bukannya tumbuh di rahim melainkan dekat ususnya.

Si wanita curhat sempat mengeluh perut kembung selama 10 hari.

Namun saat dilakukan pemeriksaan, ternyata wanita berusia 37 tahun tersebut tengah mengandung.

Usianya pun menginjak 23 minggu dengan janinnya tumbuh di dekat ususnya.

Kondisi yang menimpa wanita ini terungkap dalam jurnal New England Journal of Medicine.

Baca juga: KISAH Suami Selingkuhi Istri Hamil, Kecelakaan Mobil saat Kabur hingga Bangkrut, Sang Pelakor Kabur

Disebutkan bahwa ada janin yang tumbuh secara normal, namun tidak berada dalam rahim.

Ia pun terbang ke dokter di Perancis dari rumahnya di Reunion Island, salah satu wilayah Perancis yang berada di dekat Madagaskar dan Mauritius di Samudera Hindia.

Menderita kehamilan abdominal

Rupanya, ia mengalami kondisi medis langka yang didiagnosis sebagai kehamilan abdominal, sejenis kehamilan ektopik atau kehamilan di luar rahim, dikutip dari Daily Mail, via Kompas.com pada Rabu (13/12/2023).

Bayi tersebut diketahui berada di rongga antara organ usus dan perut atau tepatnya di rongga peritoneum, dengan plasenta menempel di bagian atas panggul.

Dokter kemudian meminta wanita itu menunggu hingga usia kehamilan 29 minggu untuk bisa melahirkan bayi yang ada di perutnya itu.

Baca juga: Nasib Bocah 12 Tahun Dijual Rp 140 Ribu ke Pria Dewasa, Dijajakan Nenek Demi Jagung, Kini Hamil Muda

Dalam proses persalinan, dokter membuat sayatan di perut sebelum memindahkannya ke unit perawatan intensif neonatal.

Meski sudah melahirkan, sang ibu masih harus menjalani operasi terpisah 12 hari setelah persalinan.

Hal itu dilakukan untuk mengeluarkan plasenta yang masih tersisa di dalam perut.

Baik ibu dan bayi, keduanya diizinkan pulang hampir 3 bulan setelah kelahiran.

Ilustrasi wanita hamil.
Ilustrasi wanita hamil. (SHUTTERSTOCK)

Tentang kehamilan abdominal

Sebagai informasi, kehamilan abdominal atau ektopik kemungkinan terjadi jika janin sudah mulai tumbuh di saluran tuba.

Adapun saluran tuba adalah saluran yang membawa sel telur dari ovarium ke rahim. Normalnya, janin baru akan tumbuh di rahim.

Seiring waktu, saluran tuba tersebut bisa pecah, sehingga menyebabkan janin keluar dari saluran reproduksi wanita dan menuju ke rongga tubuh lainnya.

Untuk kasus kehamilan abdominal, janin akan menempel dan berkembang menjadi bayi di bagian rongga perut.

Kemungkinan kematian janin pada kondisi kehamilan ektopik mencapai 90 persen.

Tak hanya itu, seperlima bayi yang selamat akan mengalami cacat lahir atau kerusakan otak.

Baca juga: Hamil Diam-diam, Gadis Tahan Mengejan saat Kontraksi hingga Bayi Tewas, Dokter Cium Bau Busuk: Kuat

Dilansir dari Everyday Health, kehamilan abdominal juga dapat membahayakan bagi sang ibu.

Pasalnya, sang ibu berpotensi mengalami pendarahan internal hebat, jika plasenta terlepas dari organ perut atau jaringan tempat menempelnya.

Terdapat sejumlah tanda-tanda jika seorang wanita mengalami kondisi kehamilan abdominal, yaitu:

- Haid yang melewati jadwal seharusnya

- Mual dan muntah sesekali

- Nyeri payudara

- Kelelahan

- Sakit perut

- Pendarahan vagina

Informasi lengkap dan menarik lainnya hanya di Googlenews TribunJatim.com

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved