Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Arti Kata

Arti Green Inflation yang Disebut Gibran Rakabuming di Debat Capres, Mahfud MD Menolak Menjawab

Terminologi baru kembali didatangkan oleh Cawapres nomor urut 02, Gibran Rakabuming Raka dalam debat keempat Pilpres 2024.

|
Tribun Jambi/Tribun Jatim
Ilustrasi arti kata green inflation yang diucapkan oleh Gibran Rakabuming Raka dalam debat keempat Pilpres 2024. 

TRIBUNJATIM.COM - Istilah green inflation dibahas oleh Gibran Rakabuming pada debat Calon Wakil Presiden.

Beberapa kali, anak Jokowi kerap menyebut green inflation termasuk dalam visi misinya.

Terminologi baru kembali didatangkan oleh Cawapres nomor urut 02, Gibran Rakabuming Raka dalam debat keempat Pilpres 2024.

Gibran mengenalkan terminologi yang gagal dijelaskan dengan gamblang sehingga Mahfud MD selaku kontestan yang harus memberikan pandangan juga merasa pertanyaan tersebut tidak layak dijawab.

Gibran mengenalkan istilah dalam dunia energi terbarukan yakni ‘green inflation’ lantas, apa yang dimaksud dengan green inflation?

Baca juga: Gibran Singgung LFP Gantikan Nikel, Ternyata Ahok Sudah Pernah Prediksi: Bukan Masa Depan Indonesia

Dilansir dari Euronews, green inflation adalah kenaikan harga barang akibat kebijakan lingkungan yang dibuat demi mengusung transisi ke energi hijau.

Saat melakukan transisi dari energi fosil ke energi terbarukan, maka akan ada peningkatan permintaan pasar sehingga harga akan naik menyesuaikan dengan supply barang yang tersedia.

Secara umum dalam dunia pasar, inflasi hijau (green inflation) yaitu kontribusi kebijakan lingkungan terhadap biaya penyediaan barang dan jasa yang diteruskan melalui rantai pasokan ke harga konsumen.

Saat pemerintah terus menggaungkan perubahan transisi energi ke energi terbarukan, akan ada beberapa komoditi yang mengalami kenaikan harga.

Beberapa komoditi export seperti timah, nikel, bauksit hingga tembaga akan mengalami kenaikan yang signifikan karena permintaan tinggi.

Harga logam seperti timah, aluminum, tembaga, nikel-kobalt telah meningkat hingga 91 persen tahun ini.

Sedangkan, logam-logam ini digunakan dalam teknologi yang merupakan bagian dari transisi energi menuju energi terbarukan.

Hal ini tentu akan meningkatkan biaya produksi sehingga untuk memberikan kompensasi, maka harga jadi dan proses transportasi akan dinaikan.

Kegiatan ini tentu akan mempengaruhi inflasi global yang ditarget mencapai 2 persen per tahun yang merupakan nilai wajar.

Baca juga: Lewat Nobar Debat Cawapres, Relawan Jatim Beragam Makin Solid Menangkan Ganjar-Mahfud

Mahfud MD Menolak Menjawab Pertanyaan Gibran Soal Green Inflation

Halaman
12
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved