Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

Nenek 80 Tahun Rawat 10 Anak ODGJ, Tinggal di Rumah Penuh Sampah hingga Hidup dari Uang Tunjangan

Inilah kisah nenek 80 tahun rawat 10 anaknya yang ODGJ atau Orang Dalam Gangguan Jiwa. Nenek itu itu tinggal di rumah penuh sampah.

|
Penulis: Ani Susanti | Editor: Mujib Anwar
EVA.VN
Nenek 80 Tahun Rawat 10 Anak 0DGJ, Tinggal di Rumah Penuh Sampah hingga Hidup dari Uang Tunjangan 

Sebelumnya juga viral nasib pilu yang dialami satu keluarga di Banten, tepatnya di Kabupaten Lebak.

Pasalnya, satu keluarga di Banten ini buta mendadak.

Dari sembilan anggota keluarga, enam di antaranya mengalami kebutaan mata.

Mereka adalah Rusmani (70), Rohimi (50), Hindun (40), Maesaroh (35), Junaedi (34) dan Kokom (27).

Rusmani yang merupakan kepala keluarga ini, adalah yang pertama kali mengalami buta mata.

Menurutnya, penglihatannya mulai menghilang pada awal 2000.

“Dulu masih bisa melihat normal, seingat saya sekitar 20 tahun lalu hilang penglihatan,” kata Rusmani ditemui di kediamannya Kampung Cipasung, Desa Sukarendah, Kecamatan Warunggunung, Rabu (25/10/2023).

Baca juga: Pria ODGJ yang Hendak Mesum di Alun-alun Ambulu Jember Kabur, Ancam Pegawai Liposos sampai Ketakutan

Rusmani mengatakan gejala awal yang dirasakan adalah pusing atau sakit kepala berkepanjangan, yang kemudian diikuti dengan mata berair dan pandangan kabur.

“Mata perih dan sakit kepala terus-terusan setelah itu mata tidak bisa melihat,” kata Rusmani, melansir dari Kompas.com ( grup TribunJatim.com ).

Gejala serupa juga dialami oleh empat anak Rusmani yang mengalami buta permanen.

Hanya saja waktu kejadiannya brebeda.

Setelah Rusmani, yang mengalami kebutaan adalah Rohimi pada 2012 lalu, kemudian Hindun dan Maesaroh pada 2014 dan 2015, lalu Kokom pada 2018 dan terakhir Junaedi pada 2020.

Baca juga: Awal Mula Nurhasanah yang Disebut ODGJ Cantik Alami Sakit, Dirawat Ibu yang Renta, ‘Dia Frustasi’

Dari keenam orang anggota keluarga yang mengalami kebutaan, seluruhnya tidak mengetahui penyebabnya.

Mereka sudah pernah mencoba berobat, tapi tidak mendapat jawaban dari dokter.

“Dibilangnya tidak bisa diobati saja karena sudah buta, kami tidak bisa terus menerus berobat juga karena tidak ada biaya,” kata Kokom.

Kecuali Rohimi dan Maesaroh, seluruh anggota keluarga ini tinggal satu rumah yang sama di Kampung Cipasung.

Untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari mereka mengandalkan hasil buruh tani dari Winah, istri Rusmani yang tidak mengalami kebutaan.

Sementara untuk memasak dan menyiapkan keperluan rumah dilakukan oleh Romlah anak terakhir Rusmani.

"Kadang juga ada panggilan pijat, ya sebisa-bisa saja bertahan hidup,” kata Rusmani.

Selain itu keluarga ini juga mengandalkan bantuan pemerintah melalui Program Keluarga Harapan (PKH).

Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved