Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Banyuwangi

Kisah Haru Remaja Autis di Banyuwangi Baring di Sebelah Jasad Ibunya Berhari-hari: Menangis

Kisah Haru Remaja Autis di Banyuwangi Berbaring di Sebelah Jasad Ibu Selama Berhari-hari

|
Penulis: Aflahul Abidin | Editor: Ndaru Wijayanto
tribunjatim.com/Aflahul Abidin
Suasana saat petugas datangi rumah kontrakan warga yang meninggal di Kelurahan Singoturunan, Kecamatan/Kabupaten Banyuwangi, Minggu (24/3/2024). Korban selama berhari-hari dijaga oleh seorang anak 

Budiati diduga sudah meninggal dunia sejak Selasa (13/6/2023).

"Suami korban mengakui melakukan pemukulan pada istrinya pada Jumat sepekan sebelumnya.

Tapi sebelum itu juga pernah melakukan penganiayaan karena sifatnya temperamental," ujar dia.

Menurut Onkoseno, Mashuri mengaku marah pada istrinya dan melakukan penganiayaan karena dipicu rasa cemburu. 

"Dia bilang, saat mau melihat HP (ponsel) istrinya, dia dilarang.

Hal ini membuat pelaku mencurigai istrinya punya selingkuhan," kata dia.

Ayah Budiati, Gunadi (61), mengatakan bahwa putrinya dipukuli oleh Mashuri pada Jumat (9/6/2023) lalu.

"Sabtu (10/6/2023) itu saya mengunjungi cucu-cucu saya untuk memberi uang jajan.

Saat itu anak saya menangis sambil matanya melirik suaminya.

Dia menangis sambil tangannya menekan bagian tubuhnya yang sakit.

Ternyata dia dipukuli pada hari Jumat," kata Gunadi saat ditemui di kediamannya, Desa Karangrejo, Kecamatan Juwana.

Gunadi mengatakan, sebelum diketahui Budiati telah meninggal, cucu-cucunya tidak mengetahui bahwa ibunya sudah tiada dan tak sadar hidup dengan jasad.

"Jadi selama hampir dua hari dua malam mereka terlantar.

Makan apa saja yang ada di kulkas. Begitu makanan di kulkas habis ya sudah," kata dia.

Menurut Gunadi, orang yang kali pertama mengetahui bahwa Budiati telah meninggal bukanlah Mashuri, melainkan Ketua RT setempat.

"Ketahuannya itu karena anak yang bayi nangis lama tidak diberi susu. Akhirnya Pak RT mendobrak pintu dan melihat anak saya sudah meninggal," katanya.

"Setelah Pak RT datang, baru suami anak saya pura-pura datang dan bertanya-tanya apa yang terjadi dan teriak minta tolong. Dia juga takut waktu ada yang lapor polisi. Berarti kan dia punya kesalahan," jelas Gunadi.

Saat itu, menurut Gunadi, Mashuri tampak gelisah.

Dia merokok satu-dua hisapan lalu rokoknya dibuang sebelum habis.

Seperti itu berulang kali. Mashuri juga terus memegangi kepalanya.

Dari situlah Gunadi menaruh curiga.

Selama ini Gunadi tidak pernah mengikhlaskan anaknya dinikahi oleh Mashuri.

Menurut Gunadi, Mashuri adalah menantu tidak sah sebab, putrinya hanya dinikahi secara sirri.

"Anak saya itu sebelumnya punya suami sah waktu masih kerja di Jakarta. Belum pernah cerai tapi saat pulang ke Pati, kenal Mashuri, dia selalu didesak untuk menceraikan suaminya," ucap dia.

Gunadi menyebut, tanpa seizin dirinya, Mashuri membawa kabur Budiati.

"Begitu dapat surat merah (akta cerai) langsung dinikahi secara tidak resmi. Nikah srri. Saya dibohongi katanya harus setuju karena anak saya sudah mengandung anak dari Mashuri," ungkap dia.

Menurut Gunadi, dia tidak merestui hubungan anaknya dengan Mashuri karena selama ini ia melihat Mashuri berwatak keras dan mudah marah.

 

Sumber: Tribun Jatim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved