Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Seharian Kerja di Bawah Terik Matahari, Buruh Tani Cuma Kantongi Rp50 Ribu, 'Enggak Dikasih Makan'

Dalam satu hari kerja, mereka mendapat upah yang terbilang sangat kecil, dan tidak dapat makan.

Penulis: Alga | Editor: Mujib Anwar
YouTube/KANG DEDI MULYADI CHANNEL
Buruh tani seharian kerja di bawah sinar terik matahari cuma dapat Rp50 ribu 

TRIBUNJATIM.COM - Seharian kerja di sawah di bawah terik matahari, emak-emak buruh tani cuma diupah Rp50 ribu.

Kehidupan buruh tani yang bekerja di bawah terik matahari ini pun bikin Kang Dedi Mulyadi (KDM) sedih.

Bagaimana tidak, dalam satu hari kerja, mereka mendapat upah yang terbilang sangat kecil.

Hal itu terungkap saat Dedi Mulyadi mengisi waktu menunggu buka puasa atau ngabuburit dengan keliling ke Kabupaten Karawang.

Ia tak sengaja bertemu dengan rombongan emak-emak di area sawah sekitar Telukjambe, Kabupaten Karawang.

Emak-emak tersebut jalan melewati pematang sawah sambil membawa sejumlah peralatan yang biasa digunakan untuk bekerja.

Rupanya mereka baru saja pulang tandur di satu area sawah milik orang lain.

Kemudian seorang buruh tani tersebut mengungkapkan bahwa mereka bekerja dari jam tujuh pagi sampai pukul tiga atau empat sore.

Upah yang mereka dapat terbilang kecil, hanya Rp50 ribu per hari.

Belum lagi saat puasa seperti ini, uang mereka banyak habis di jalan karena tidak sempat memasak.

Sehingga upah yang didapat dibelikan makanan untuk persiapan berbuka puasa.

"Enggak sempat masak, kan seharian kerja di sawah, sekarang baru mau pulang," ucap seorang emak-emak buruh tani.

Dedi Mulyadi pun merasa sedih dengan kondisi buruh tani tersebut.

Sebab nasib buruh tani yang ditemui KDM saat ini tak beda jauh dengan mereka yang profesinya sama di berbagai daerah di Indonesia.

Baca juga: Sekolah Sambil Gendong Adiknya, Bocah SD Ditawari Jadi Anak Angkat Bupati, Ayah Muncul: Pikir-pikir

"Jadi sudah kerja dari pagi sampai sore hanya dapat Rp50 ribu, enggak dikasih makan atau uang makan juga," ujar KDM.

Sebagai seorang petani, KDM pun turut merasakan apa yang dirasakan para emak-emak tersebut.

Sebab menanam padi tak semudah memasak nasi untuk dimakan.

"Sudah susah (menanam padi), belum tentu juga hasil. Bisa gagal panen gara-gara hama atau busuk kebanjiran," ucapnya, melansir Tribun Jabar.

Emak-emak di Karawang seharian kerja di sawah cuma diupah Rp50 ribu, bikin sedih Dedi Mulyadi
Emak-emak di Karawang seharian kerja di sawah cuma diupah Rp50 ribu, bikin sedih Dedi Mulyadi (YouTube)

Pria yang juga mantan Wakil Ketua Komisi IV DPR RI ini lalu memberikan bekal makanan kepada para buruh tani tersebut.

Sehingga mereka tak perlu lagi membeli atau memasak untuk keluarganya di rumah.

"Hari ini tidak perlu masak atau beli untuk buka puasa, ini saya bawa nasi uduk," ujar KDM yang langsung disambut bahagia.

Masing-masing mendapatkan jatah makanan sesuai jumlah orang di rumah.

Bahkan ada satu emak-emak yang mendapatkan belasan kotak.

Karena emak-emak tersebut tinggal bersama suami, anak, menantu hingga cucu, dalam satu rumah.

Kisah lainnya datang dari seorang pemuda difabel yang tak diakui orang tuanya sejak lahir, kini berjuang mencari nafkah jualan gorengan.

Dengan kondisinya yang difabel, sehari-hari ia berjuang mengais rezeki jualan gorengan seorang diri.

Hal itu dilakukan demi menghidupi dirinya dan sang nenek yang sudah renta di kampung.

Pemuda berusia 23 tahun dan seorang penyandang disabilitas tersebut bernama Jodi.

Kisah pilu Jodi tersebut viral dibagikan akun Instagram @undercover.id, Jumat (22/3/2024).

Tampak akun Instagram tersebut membagikan video saat Jodi sedang jualan gorengan.

Dengan kondisinya yang tidak bisa berjalan tidak normal, Jodi menyusuri jalan menawari dagangannya.

Terlihat Jodi memakai pakaian lusuh.

Ada yang menarik, Jodi mengalungkan papan berisi tulisan kepada pembeli agar tidak takut kepadanya.

"Jangan takut, saya cuma jualan gorengan supaya saya bisa terus hidup," isi tulisan di papannya, dikutip dari Tribun Jabar.

Tulisan tersebut dia buat agar pembelinya tak takut kepadanya.

Dalam keterangan unggahan, diceritakan orang tua sudah tak mau merawat Jodi karena kondisinya yang difabel.

Sejak lahir, Jodi pun dirawat oleh neneknya yang kini sudah renta dan sakit-sakitan di kampung.

Jodi pun berjuang sendirian untuk menghidupi dirinya dan sang nenek.

Baca juga: Kisah Suyadi Dulu Utang Modal dari Mertua, Kini Sukses Punya 800 Warteg, Sempat Jualan Asongan

Kini Jodi sudah beranjak dewasa dan merantau ke Kota Jambi untuk mencari rezeki.

Jodi juga berharap, dengan merantau, dirinya bisa mengubah nasibnya menjadi lebih baik.

Namun hingga kini, harapan tersebut belum juga terwujud, bahkan hidupnya justru serba kekurangan.

Pasalnya Jodi hanya bisa bertahan hidup dari berjualan gorengan milik orang lain.

Untuk makan sehari-hari, Jodi hanya makan nasi, gorengan, dan kecap.

Itu saja ia sudah sangat bersyukur karena cukup bisa memanjakan lidahnya.

Kisah Jodi, pemuda difabel tak diakui orang tuanya sejak lahir, cari nafkah jualan gorengan hidupi nenek yang renta
Kisah Jodi, pemuda difabel tak diakui orang tuanya sejak lahir, cari nafkah jualan gorengan hidupi nenek yang renta (Instagram/undercover.id)

Sementara itu, hasil dari jualan gorengan dan jajanan sekitar Rp20.000 sehari, atau sekitar Rp600.000 sebulan.

Itu pun harus ia sisihkan Rp500.000 untuk membayar sewa tempat tinggal Jodi yang seadanya.

Hal yang memprihatinkan lagi, dengan kondisi yang difabel, ternyata pernah suatu waktu Jodi mengalami pengalaman pahit.

Hasil uang jualan gorengannya dirampas saat ia sedang istirahat di sela-sela jualan.

Dengan kondisi fisiknya yang tak mampu melawan, Jodi juga tak mampu berteriak keras.

Ia hanya bisa pasrah dan terpaksa mengganti kerugian tersebut sendirian.

Kini kisah pilu Jodi seorang difabel jualan gorengan demi bertahan hidup pasca tak diakui orang tua tersebut viral.

Kisahnya menarik perhatian netizen yang ikut merasakan simpati dan keprihatinan atas nasib yang dialami Jodi.

Berikut beragam komentar netizen:

"Yg punya kontrakan pun gak mau ngurangin biaya nya...alangkah baik nya kan yg punya kontrakan memberi gratis saja ..hitung2 amalan tambahan"

"Sbnernya yg begini bukan di kasih donasi aja tp butuh fasilitas lebih dr dinas terkait di kota tempat dia tinggal, kasihan harus kerja keras gini."

"Dinas sosial fokus bagi2 sembako. Oke saat nya kembali bekerja sesuai tupoksi "fakir miskin dan anak terlantar di pelihara negara"

"Apakah pasal 34 ayat 1 UUD 1945 yg berbunyi fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara sudah tidak ada"

"Semoga sehat selalu, bagus jalan hidupnya, dikelilingi orang-orang baik, sukses dan kuat terus jodii"

"Ya Tuhan berikan rezeki pada dia Tuhanku lewat semua orang amen."

"Ya Rabbi sehat’ Jodi semoga Allah memudahkan segala urusanmu"

"hatiku kok sakit ya:")" tulis beragam komentar netizen.

Sementara itu, pengunggah video kisah pilu Jodi juga menyertakan adanya yayasan membuka donasi untuk membantu Jodi.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved