Hikmah Ramadan
Muhasabah Ramadhan
Hari demi hari telah kita lalui bersama di bulan Ramadhan ini. Tak terasa, bulan yang penuh berkah ini telah berlalu begitu cepat meninggalkan kita.
Oleh: Dr. K.H Ilhamullah Sumarkan, M. Ag, Ketua LDK MUI Jawa Timur
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Hari demi hari telah kita lalui bersama di bulan Ramadhan ini. Tak terasa, bulan yang penuh berkah ini telah berlalu begitu cepat meninggalkan kita.
Saat ini, bulan Ramadhan pun hendak beranjak pergi di hari-hari terakhirnya untuk meninggalkan kita semua dengan segala amalan yang telah kita lakukan.
Berbagai rangakian amal ibadah di bulan Ramadhan telah dilakukan mulai dari puasa, baca al-Qur’an, shalat qiyamul lail, sedekah, dan lain lain. Namun, ada hal lain yang begitu penting untuk dilakukan di bulan Ramadhan yaitu melakukan muhasabah diri.
Secara etimologi, muhasabah bisa dimaknai sebagai upaya seorang muslim untuk menghitung dan mengevaluasi diri, berapa banyak dosa yang telah dia kerjakan dan apa saja kebaikan yang belum dia lakukan.
Namun, dalam istilah sufi, muhasabah bisa dimaknai dengan istilah introspeksi, koreksi diri atau memawas diri dengan cara melihat perbuatan, sikap, kelemahan, kesalahan yang terkait dengan diri sendiri.
Aktivitas muhasabah di akhir Ramadhan ini menjadi sangat penting untuk dilakukan mengingat momentumnya yang begitu Istimewa dalam rangka untuk menggapai Rahmat dan maghfirahNya.
Baca juga: Puasa dan Kebajikan dalam Masyarakat Pluralis
Sesuai dengan petunjuk Nabi SAW bahwa Ramadhan terdiri dari “rahmah, maghfirah, dan ‘itqun minan nar”, maka tingkat keberhasilan seesorang dalam menjalankan ibadah di bulan suci Ramadhan dapat diukur dengan perubahan sikap dan karakternya pasca Ramadhan yang selaras dengan tiga kategori tersebut.
Ibaratnya, Ramadhan merupakan proses pendidikan ruhani yang dengannya seorang muslim dapat berubah menuju ke arah yang lebih bermakna baik dari sisi kualitas, maupun kuantitasnya.
a merupakan salah satu sifat Allah SWT yang harus ada dan melekat dalam pribadi setiap muslim. Terlebih, pasca pelaksanaan ibadah Ramadhan.
Rahman merupakan terjemah dari kata rahman: pengasih, dan rahim: penyayang. Artinya, seorang muslim harus mampu menampilkan sikap yang mencerminkan kasih sayang pada sesama.
Oleh karena itu, ibadah Ramadhan harus berimplikasi pada sikapnya yang harus memandang orang lain dengan mata kasih sayang, bukan dengan mata kebencian. Namun, faktanya justru berbeda, angka kriminalitas masih sangat tinggi di bulan Ramadhan ini.
al-Maghfirah merupakan point kedua yang harus digapai oleh seorang muslim pasca Ramadhan, karena bulan Ramadhan bisa disebut pula sebagai syahrul maghfirah.
Baca juga: Puasa Dalam Tinjauan Neurosains
Sebutan ini disematkan pada bulan Ramadhan karena ampunan Allah SWT melimpah kepada umat-Nya pada bulan ini. Bahkan, salah satu keutamaan bulan Ramadhan menurut ulama adalah terbukanya ampunan Allah SWT yang sangat luas bagi manusia yang bertaubat sebenar-benarnya bertaubat.
Dengan demikian, puasa harus juga memiliki dampak secara signifikan, yaitu perubahan sikap yang menjadi pemaaf kepada sesama, tidak mudah emosional, dan murah senyum.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.