Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Langkah Jokowi Setelah Bobby Nasution Gabung Gerindra, Pengamat Kuak Partai yang Paling Potensial

Langkah Presiden Jokowi saat ini menjadi sorotan menarik. Sebab, saat ini Presiden Joko Widodo (Jokowi) sudah tak dianggap oleh PDIP.

Editor: Torik Aqua
Sekretariat Presiden dan Tribun Medan
Langkah Presiden Jokowi setelah menantunya, Bobby Nasution masuk ke Partai Gerindra 

TRIBUNJATIM.COM - Langkah Presiden Jokowi saat ini menjadi sorotan menarik.

Sebab, saat ini Presiden Joko Widodo (Jokowi) sudah tak dianggap oleh PDIP.

Terbaru, menantunya, Bobby Nasution kini sudah bergabung dengan Partai Gerindra.

Namun menurut Pengamat Politik Ujang Komarudin, ia menilai jika keputusan yang dilakukan menantunya itu belum tentu diikuti oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan putra sulungnya, Gibran Rakabuming Raka usai tidak dianggap oleh PDI-P.

Baca juga: Kala Presiden Jokowi Jadi Fotografer Dadakan di Tahura Bali, Delegasi Minta Foto Berlatar Mangrove

Menurut Ujang, mantan Wali Kota Solo tersebut akan menggunakan instingnya untuk tidak menaruh "semua telur dalam satu keranjang", untuk menghindari perpecahan.

Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) ini lantas mengatakan, partai yang berpotensi menjadi tempat berlabuh Jokowi adalah Golkar.

"Bisa juga ada yang di Gerindra, ada yang di Golkar, ada yang di PSI (Partai Solidaritas Indonesia). Karena dalam politik itu ada istilah don’t put all your eggs in one basket, kenapa? Karena kalau satu pecah, keranjangnya pecah semua telurnya," kata Ujang kepada Kompas.com, Selasa (21/5/2024).

Ujang menyampaikan, Jokowi juga berpotensi diberi jabatan tinggi di partai, selain Ketua Umum (Ketum).

Di Partai Golkar misalnya, Jokowi disebut bisa diberikan jabatan seperti Dewan Penasehat, Dewan Pakar, maupun Dewan Kehormatan.

Namun, untuk posisi Ketua Umum tetap diambil oleh kader lama agar tidak melanggar Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) partai.

"Peluang menjadi kader partai lain di luar Gerindra ya banyak peluang. Tapi, kalau untuk Golkar, jadi Ketum ya enggak bisa. Itu sama saja menghancurkan Golkar," ujarnya.

"Kalau Golkar ya jadi anggota, mungkin jadi Dewan Penasehat, Dewan Pakar, Dewan Kehormatan. Kita lihat saja di situ, posisi-posisi selain Ketum. Kalau Ketum enggak bisa karena dilarang oleh AD/ART," kata Ujang lagi.

Kendati begitu, Ujang menyebut, langkah Jokowi akan bergantung pada dirinya sendiri.

Terlebih, dinamika politik di dalam negeri masih terus berubah secara cepat.

"Kita tunggu saja karena ini kan politik, dinamika terlalu cepat dan pilihannya juga ada pada Jokowi. Apakah nanti masuk partai, apakah punya posisi diberikan Prabowo secara khusus, apakah mendapatkan tugas khusus dari Prabowo. Kita tunggu saja," ujarnya.

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved