Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Haji 2024

32 Ribu Jemaah Ikuti Skema Murur, Jemaah yang Tak Masuk Kriteria juga Bisa Mendaftar

Skema Murur, hanya melintas di Musdalifah, pada puncak haji mulai diterapkan tahun ini.

Penulis: M Taufik | Editor: Samsul Arifin
TribunJatim.com/M Taufik
Petugas membantu mendorong kursi roda jemaah lansia yang melakukan towaf di Masjidil Haram 

Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, M Taufik

TRIBUNJATIM.COM, MAKKAH - Skema Murur, hanya melintas di Musdalifah, pada puncak haji mulai diterapkan tahun ini.

Dari target 55.000 orang jemaah yang bakal mengikutinya, sekarang sudah ada sekira 32.000 jemaah yang mendaftar atau mengisi kuota tersebut. 

Dalam skema untuk mengatasi padatnya Muzdalifah itu, jamaah haji yang ikut murur tidak mabit di Muzdalifah. Mereka hanya melintas dengan naik bus. Rombongan kemudian langsung ke Mina untuk melontar jumrah. 

"Sudah ada 32.554 yang daftar. Jika diprosentase, dari target sudah mencapai semira 60 persen dari kuota," ujar Direktur Layanan Haji Luar Negeri Kementerian Agama Subhan Cholid, Minggu (9/6/2024). 

Tidak semua jamaah haji bisa mengikuti murur. Ada empat kriteria yang sudah ditetapkan oleh PPIH. Pertama, jamaah yang memiliki risiko tinggi (risti) secara medis. Kedua, jamaah lansia. Ketiga, jamaah disabilitas. Dan keempat, pendamping tiga kriteria jamaah di atas. 

Baca juga: 79 Orang Jemaah Haji Jalani Perawatan di Makkah, 21 Diantaranya dari Embarkasi Surabaya

Menurut Subhan, jika kuotanya masih ada,  jamaah yang tidak termasuk kuota tersebut juga bisa mendaftar. Caranya, jemaah mendaftar melalui ke ketua kloter. Ketua kloter nantinya akan menyampaikan ke ketua sektor. 

Kebijakan murur ini baru pertama kali diterapkan. Apalagi tahun ini suhu udara saat puncak haji diperkirakan mencapai 50 derajat Celsius. "Hari ini saja kita sudah mencapai 44 bahkan 45 derajat," jelas Subhan. 

Selain itu, pemerintah Arab Saudi tidak menyiapkan sarana dan prasarana di untuk jamaah menetap lebih lama di Muzdalifah. Jamaah hanya akan mabit pada tengah malam dan harus sudah berada di Mina pagi harinya. 

Area Muzdalifah juga sangat sempit. Tahun lalu sebagian jamaah Indonesia ditaruh di kawasan Mina Jadid. Tahun ini, area Mina Jadid tidak dipergunakan lagi. Semua akan ke Muzdalifah. Ada 27 ribu jamaah haji yang tahun lalu berada di Mina Jadid.

Padahal tahun ini jumlah jamaah haji reguler bertambah 10 ribu orang. Belum lagi di Muzdalifah telah didirikan ratusan toilet baru yang memakan area sampai 2 hektare. Murur ini diperlukan untuk mengurangi kepadatan di Muzdalifah. 

Murur, kata Subhan, untuk menjaga keamanan dan keselamatan jamaah Indonesia. "Beberapa kali kita sudah berdiskusi dengan berbagai pihak di Arab Saudi untuk melakukan simulasi skema murur yang paling tepat untuk mengantisipasi situasi itu," kata Subhan. 

Seluruh jamaah yang berangkat dari Makkah ke Arafah, akan mengikuti skema normal. Pada 9 Dzulhijah (15 Juni 2024), setelah wukuf, ketika terbenam matahari di Arafah, jamaah mulai digerakkan menuju Muzdalifah dan juga ke Mina.

Jamaah akan bergerak dari Arafah ke Muzdalifah pada pukul 19.00 Waktu Arab Saudi (WAS). Mereka sudah harus berada di Mina paling lambat pukul 08.30 WAS. 

"Kemarin kita sampai pada kesepakatan bahwa pergerakannya akan dilakukan secara bersamaan mulai pukul 19.00 malam. Jadi terbenam matahari, baik yang murur maupun yang normal itu akan diberangkatkan secara bersama-sama," ujarnya.

Sumber: Tribun Jatim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved