Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

UNICEF Sebut 90 Negara Terapkan Program Makan Makanan Bergizi di Sekolah

Fortifikasi pangan berskala besar merupakan solusi untuk mengatasi tiga beban masalah gizi (TBM). wasting dan stunting, kelebihan dan kekurangan gizi

|
Editor: Torik Aqua
Istimewa
Arie Rukmantara, Chief of Java Field Office UNICEF menggagas program fortifikasi pangan berskala besar dengan Surabaya sebagai pilot project-nya. 

TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Anak-anak dan ibu hamil penting mengkonsumsi asupan yang sehat. Salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk menghasilkan pangan yang sehat adalah melalui program fortifikasi pangan.

Fortifikasi pangan didefinisikan sebagai upaya meningkatkan nilai gizi suatu jenis pangan atau makanan. Yakni dengan menambahkan satu atau beberapa zat gizi mikro tertentu, melalui penerapan teknologi pengolahan industri pangan

Arie Rukmantara, Chief of Java Field Office UNICEF menyebut Pemerintah Indonesia tengah menggagas perluasan program fortifikasi pangan berskala besar. UNICEF Field Office Java menggandeng Pemerintah Provinsi Jawa Timur untuk mensukseskan program tersebut.

Arie mengatakan, fortifikasi pangan berskala besar merupakan solusi untuk mengatasi tiga beban masalah gizi (TBM). Yakni kekurangan gizi (wasting & stunting), kelebihan gizi, dan kekurangan zat gizi mikro.

"Untuk memperkuat dan mempertahankan kemajuan yang telah dicapai sejauh ini maka perlu memastikan penguatan koordinasi dan kemitraan yang produktif di antara pemangku kepentingan, termasuk kebijakan yang saling melengkapi, complementary," sebut Arie, Selasa (9/7/2034).

Baca juga: Kolaborasi UNICEF dengan Polri Beri Perlindungan untuk Anak, Optimalkan Upaya Pencegahan

Dalam konteks tersebut, program gizi di sekolah, khususnya program pemberian makanan bergizi atau program makan di sekolah (school meals program) merupakan salah satu intervensi yang sudah dikenal dunia.

Pada 2021, kata dia, terdapat lebih dari 80 negara di seluruh dunia menerapkan program makanan sekolah skala besar. Program tersebut menjangkau lebih dari 297 juta anak.
 
“Sejarah pemberian makan di sekolah cukup panjang,” ucapnya.

Lebih lanjut, Badan Persatuan Bangsa-Bangsa untuk Program Pangan Dunia ( World Food Programme /WFP) telah mendukung langkah pemerintahan di berbagai penjuru dunia dalam memastikan bahwa semua anak usia sekolah mempunyai akses terhadap makanan di sekolah.

Program makanan bergizi di sekolah dapat membantu mengatasi tantangan kualitas pembelajaran, dan akhirnya mengurangi angka putus sekolah.

Program pemberian makanan atau makanan sekolah ini tudak hanya ada di negara-negara maju. Namun juga diterapkan di negara berpenghasilan rendah dan menengah.

Kurang lebih ada 90 negara sudah bergabung dalam inisiatif School Meals Coalition untuk memastikan setiap anak di dunia memiliki kesempatan menerima makanan sehat dan bergizi di sekolah pada 2023.

Kegiatan terkait pembiasaan sarapan di sekolah, lanjut Arie, sudah diinisiasi UNICEF dalam kerangka Program Aksi Bergizi di Papua.

Tujuannya adalah untuk peningkatan status gizi. Sedangkan untuk wilayah dengan food security yang lebih baik, akan timbul pembiasaan makan sehat yang rendah gula, garam, dan lemak.

“Kami yakin dalam mendesain program ini pemerintah berikutnya juga akan memprioritaskan bantuan gizi untuk anak-anak U5 tahun dan ibu hamil, selain pemberian makan di sekolah,” ucap Arie.

Namun demikian, lanjut Arie, untuk kelompok tersebut desain programnya sebaiknya berbeda.

Pada dasarnya desain program dari satu kelompok sasaran ke kelompok sasaran lainnya memang harus tepat.

Misalnya, pemberian makan pada bumil dan balita, menyasar terutama kasus Bumil (ibu hamil) dengan status Kekurangan Energi Kronis (KEK) dan balita gizi kurang.

“Tujuannya jelas, perbaikan gizi. Bahkan untuk anak-anak sekolah, penyediaan sarapan sebagai pengganti makan siang juga menghasilkan hasil yang berbeda,” ucapnya.

Kegiatan pemberian makan selalu dibarengi dengan pembiasaan aktivitias fisik serta sesi edukasi gizi singkat.

Dalam rangka penurunan kasus kekurangan gizi mikro, pencegahan anemia pada remaja putri, kegiatan pemberian makan disertai sesi minum Tablet Tambah Darah Bersama.

Sesuai mandat Konvensi Hak Anak, yang sudah diratifikasi Indonesia sejak 1990, UNICEF terus memastikan bahwa makanan yang dikonsumsi setiap anak Indonesia diberikandengan mengikuti standar yang tepat, gizi yang sesuai, memperhatikan zat gizi makro dan zat gizi mikro, yang bisadimasukkan sebagai bahan pangan terfortifikasi.

Pihaknya berharap dampak jangka panjang dari program gizi adalah bahwa anak dan remaja paham dan terbiasa memilih makanan sehat dan bergizi.

Salah satunya makanan rendah gula, garam, dan lemak serta kaya dengan zat mikronutritisi.

Sehingga angka partisipasi sekolah naik dan wajib belajar dapat dituntaskan dan kualitas pembelajaran semakin baik.

"80 juta anak Indonesia berkontribusi pada kemajuan Indonesia sebagai negara berpopulasi terbesar ke-4 di dunia dan kekuatan ekonomi ke-16 di dunia saat ini. Dan tentunya, terhadap perwujudan Indonesia Emas 2045 yang Layak Anak,” tutupnya.

Sumber: Tribun Jatim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved