Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

Sumpeknya 1 Rumah Ditinggali 46 Orang, Ada 14 Keluarga Berbagi 1 Kamar Mandi: Gak Punya Uang

Satu rumah yang ditinggali 46 orang dan ada 14 KK belakangan ini viral di media sosial.

Penulis: Alga | Editor: Mujib Anwar
Tribun Jabar/Hilman Kamaludin
Rumah viral yang dihuni 46 orang di Kampung Cisurupan, RT 02/RW 07, Kelurahan Citeureup, Kecamatan Cimahi Utara, Kota Cimahi 

TRIBUNJATIM.COM - Satu rumah di Kota Cimahi, Jawa Barat, yang ditinggali 46 orang dan ada 14 KK, belakangan ini viral di media sosial.

Rumah tersebut ada di Kampung Cisurupan, RT 02/07, Kelurahan Citeureup, Kecamatan Cimahi Utara.

Suasana sumpek langsung terasa saat memasuki sebuah rumah tersebut.

Rumah tersebut tambah terasa begitu sesak karena kondisinya sangat berdempetan dengan rumah lain.

Akses dari jalan raya menuju rumah tersebut hanya berupa gang sempit yang bisa dilalui satu sepeda motor.

Rumah sederhana tersebut memiliki dua pintu masuk, di bagian depan dan samping, tepatnya di sebuah gang yang lebih sempit.

Sedangkan di bagian dalamnya, atap rumah sudah banyak yang lapuk dan dindingnya kusam.

Selain itu terdapat satu kamar tidur yang berada di lantai dua rumah.

Tetapi hanya ada satu kamar mandi yang berada di bagian belakang.

Kamar mandi ini berukuran sekitar 1x1,5 meter beserta kloset kecil serta jerigen penampung air.

"Rumah ini sudah ada sejak tahun 1982, ditempati sama adik, anak, dan cucu saya," ujar salah satu penghuni rumah, Sri Aminah (64), saat ditemui pada Senin (8/7/2024).

Berdasarkan data Kelurahan Citeureup, dari total 18 KK atau 64 jiwa, kini rumah tersebut ditempati oleh 14 KK atau 36 jiwa termasuk anak-anak kecil.

Sedangkan 4 KK sisanya mengontrak di dekat lingkungan tersebut.

Dengan ditempati 36 jiwa, kata dia, tentu rumah yang hanya berukuran 5,5 tumbak atau sekitar 70,7 meter persegi tersebut harus dibagi-bagi dengan cara disekat.

Baca juga: Sosok YouTuber Bangun Rumah Klasik di Dalam Mal, Awalnya Ditantang Followers usai Beli Penthouse

Sementara untuk satu sekatnya bisa ditempati oleh 4-5 anggota keluarga.

Sri Aminah pun pasrah tinggal di rumah tersebut karena sudah dari dulu kondisinya seperti itu.

"Sudah sejak dulu tinggal di sini, kondisinya memang begini. Jadi, ada yang tinggal di atas dan kamar. Kalau saya tidur cuma ngampar di ruang tengah," katanya, melansir Tribun Jabar.

Dengan kondisi itu, tentu banyak keterbatasan yang dirasakan oleh masing keluarga.

Seperti harus tidur berdempetan hingga ke kamar mandi bergantian.

Namun mereka tetap bertahan karena keterbatasan ekonomi.

Petugas KPU Kota Cimahi saat melakukan coklit di rumah yang ditempati 18 KK atau 46 jiwa di Kampung Cisurupan, Kelurahan Citeureup, Kota Cimahi
Petugas KPU Kota Cimahi saat melakukan coklit di rumah yang ditempati 18 KK atau 46 jiwa di Kampung Cisurupan, Kelurahan Citeureup, Kota Cimahi (Dok KPU Kota Cimah)

Masing-masing kepala keluarga yang tinggal di rumah ini hanya bekerja serabutan.

Sehingga mereka tak mampu untuk merenovasi karena pendapatan pun hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja.

"Rumah ini sudah tua, kadang bocor, ingin direnovasi, tapi enggak punya uang," ucap Sri.

Bahkan kebutuhan air bersih untuk mandi dan minum pun, kata dia, selama ini hanya mengandalkan sumber air bersih yang disediakan pihak RW.

Dan itu pun lokasinya cukup jauh dari rumah tersebut.

Sri mengatakan, untuk mengangkut air tersebut hanya menggunakan jerigen dan galon bekas.

Lantaran selama ini ia dan kepala keluarga yang lain tak mampu membeli pipa atau membuat bak mandi.

"Mending angkut pakai galon karena enggak ada uang untuk beli pipa," katanya.

Suasana sumpek langsung terasa saat memasuki sebuah rumah viral yang dihuni 18 KK sebanyak 46 jiwa di Kampung Cisurupan, RT 02/07, Kelurahan Citeureup, Kecamatan Cimahi Utara, Kota Cimahi, Senin (8/7/2024).
Suasana sumpek langsung terasa saat memasuki sebuah rumah viral yang dihuni 18 KK sebanyak 46 jiwa di Kampung Cisurupan, RT 02/07, Kelurahan Citeureup, Kecamatan Cimahi Utara, Kota Cimahi, Senin (8/7/2024). (Tribun Jabar/Hilman Kamaludin)

Serupa dengan Sri Aminah, kisah satu keluarga sudah lima tahun tinggal di toilet umum di Sulawesi Tenggara juga membuat miris.

Udin bersama istri dan anak-anaknya tinggal di toilet umum di Desa Kancinaa, Kecamatan Pasarwajo, Kabupaten Buton. 

Bagaimana kisah miris Udin selengkapnnya?

Udin mengungkap alasan mau tinggal di toilet umum bersama keluarganya.

Ia mengaku tidak memiliki biaya untuk menyewa rumah layak. 

Selain itu Udin juga mengaku tidak mendapatkan bantuan dari keluarga untuk memenuhi kebutuhan tempat tinggal. 

Sehingga dia mengambil alternatif untuk tinggal di bangunan pemerintah. 

"Tinggal di sini karena tidak ada rumah, tinggal sama orang tua juga susah.

Jadi ingin mandiri saja tinggal di sini," kata Udin saat ditemui di tempat tinggalnya, Selasa (4/6/2024). 

Udin pun tampak sudah menata toilet tersebut sedemikian rupa sebagai tempat tinggal istri dan anaknya. 

Jika dilihat sepintas dari luar, toilet umum yang dibangun pada sekitar tahun 2014 tersebut terlihat masih seperti bangunan yang dibangun pertama kali.

Dalam toilet tersebut terdapat tiga ruangan.

Namun saat masuk ke dalam ruangan, dua ruang di toilet diubah.

Dindingnya dijebol dijadikan satu sehingga menjadi kamar.

Baca juga: Gegara Review Bulu Mata, Gadis ABG Dianiaya sampai Nyaris Dilucuti 5 Pelaku, Ayah Sakit Hati

Ukuran kamarnya pun sangat kecil dengan panjang 3 meter dan lebar hanya 1,5 meter, tanpa jendela.

Kemudian di bagian atas pembatas toilet ditutup dengan tripleks sehingga dijadikan ruang utama.

"Anak-anak tidurnya di ruang utama ini. Kalau saya dan istri di dalam kamar," ujar Udin, mengutip Kompas.com.

Udin menjelaskan, sebelumnya, ia bersama anak dan istrinya tinggal di gubuk di tepi laut milik keluarganya.

Namun karena rumahnya sudah mau roboh diterjang angin kencang, Udin yang saban harinya hanya bekerja sebagai buruh bangunan ini akhirnya memilih tinggal di toilet umum.

Seorang pria, Udin, warga Desa Kancinaa, Kecamatan Pasarwajo, Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara, sudah lima tahun tinggal di water closed atau toilet umum bersama anak dan istrinya, ia mengaku memilih tinggal di toilet umum karena tidak memiliki rumah
Seorang pria, Udin, warga Desa Kancinaa, Kecamatan Pasarwajo, Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara, sudah lima tahun tinggal di water closed atau toilet umum bersama anak dan istrinya, ia mengaku memilih tinggal di toilet umum karena tidak memiliki rumah (DEFRIATNO NEKE via Kompas.com)

Apalagi toilet umum tersebut sudah lama tidak digunakan warga.

Lantaran semua warga sudah mempunyai toilet masing-masing dalam rumahnya.

"Jadi saya minta izin sama kepala desa untuk tinggal di sini (toilet), dan diizinkan dan lahan ini juga milik mertua," ucapnya.

Selain sudah tinggal selama lima tahun di toilet umum tersebut, Udin juga mengaku kesulitan karena ruangannya yang sempit.

Udin kini hanya berharap agar pemerintah dapat memberikan bantuan untuk tempat tinggal yang layak.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved