Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

Kisah Menarik Penjual Bendera, Ada yang Semula Tukang Parkir hingga Rela Merantau Jauh Garut-Mamuju

Kisah menarik dari para penjual bendera. Ada yang ganti pekerjaan hingga rela merantau jauh demi berjualan. Simak cerita selengkapnya.

Warta Kota/Tribun Sulbar
Wahyudin dan Sholihin penjual bendera 17 Agustus 2024. Simak kisah keduanya di artikel. 

TRIBUNJATIM.COM - Jelang 17 Agustus 2024, terlihat sudah mulai ada penjual bendera di pinggir jalan.

Ada kisah menarik dari penjual bendera yang satu ini.

Dia adalah Wahyudin dan Sholihin.

Wahyudin (44) warga asli Garut, Jawa Barat menjadi pedagang bendera merah putih jelang hari kemerdekaan Indonesia ke-79 pada 17 Agustus mendatang.

Sementara Sholihin (46), pria asal Kabupaten Garut, Jawa Barat rela merantau ke Topoyo Mamuju Tengah, Sulawesi Barat demi sesuap nasi.

Wahyudin berjualan di trotoar Jalan Raya Bogor, Kecamatan Pasar Rebo, Jakarta Timur sejak 23 Juli 2024 lalu.

Wahyudin menjelaskan, ia berjualan di dekat Polsek Pasar Rebo sejak tahun 2018 silam.

Ia mengaku selama sebulan ini ikut dengan bosnya untuk menjuak bendera meraha putih beragam corak.

Dari pantauan Wartakotalive.com di lokasi, bendera yang dijual oleh Wahyudin ada yang pendek maupun panjang menyamping.

Baca juga: Deretan 76 Nama Paskibraka yang akan Mengibarkan Bendera Merah Putih pada HUT ke-79 RI di IKN

Harga bendera itu, kata Wahyudin bervariasi mulai dari Rp 5.000 sampai ratusan ribu tegantung bentuk dan coraknya.

"Ini benderanya punya orang, saya cuma disuruh jual saja," ucap Wahyudin kepada Warta Kota, Senin (29/7/2024).

Menurut Wahyudin, dirinya mau mengambil kerjaan musiman sebagai penjual bendera sekalian liburan di Jakarta.

Ia tinggal di rumah kontrakan di belakang Polsek Pasar Rebo, Jakarta Timur bersama beberapa anggota keluarga yang juga penjual bendera.

"Saya jualan sampai sekelarnya, biasanya tanggal 13 Agustus sudah pada kelar, tapi kalau masih banyak yang beli terus," jelasnya.

Dalam sehari, kata Wahyudin, ia bisa mendapatkan keuntungan paling besar dari jualan bendera merah putih sebesar Rp 300 ribu da paling rendah Rp 100 ribu.

Uang itu ia tabung dan diberikan kepada istrinya untuk kebutuhan hidup sehari-hari serta biaya anak sekolah.

"Anak saya dua, yang pertama kelas 2 SMP dan yang kedua kelas 2 SD," tegasnya.

Baca juga: 20 Ide Kostum Karnaval 17 Agustus, Unik dan Simpel Dipakai saat HUT Ke-79 RI di Sekolah dan Kantor

Tukang parkir

Wahyudin, sehari-hari menjadi tukang parkir di perempatan Jalan Raya Leles, Kedungora Haruman, Kecamatan Leles, Garut, Jawa Barat.

Ia menerima upah dari para pengendara seikhlasnya tanpa mematik harga karena ingin hidup bermanfaat bagi masyarakat.

Dalam sehari, kata dia, dirinya bisa mendapatkan uang parkir dari Rp 100.000 samapai Rp 150.000.

"Kalau abang main di sana, pasti bakalan lihat saya di sana. Setiap hari di situ," terangnya.

Ia bersyukur masih diberikan kesehatan untuk bekerja serabutan demi menyambung biaya hidup sehari-hari.

Ayah dua anak ini hanya bisa menjalani kepercayaan yang diberikan untuk jual bendera di Jakarta, meski terkadang tak ada pembeli.

"Kalau rezeki kan sudah ada yang mengatur," ungkapnya.

Wahyudin menambahkan, ketika Covid-19 2022 lalu, dirinya tetap jualan bendera di sana tanpa ada rasa takut terpapar.

Sebab, katanya, segala sesuatu yang terjadi merupakan kehendak dari tuhan yang maha kuasa bukan karena tertular manusia.

"Waktu Covid saya jualan tetap, pembelinya lebih ramai karena pedagang kan enggak banyak waktu itu, kalau sekarang enggak menentu pembelinya. Sehari 1 atau 2 ada saja tapi pernah kemarin enggak ada yang beli," imbuhnya.

Cerita Bapak Asal Garut Rela Tinggalkan Keluarga Jualan Bendera Merah Putih di Topoyo

Sholihin (46), pria asal Kabupaten Garut, Jawa Barat rela merantau ke Topoyo Mamuju Tengah, Sulawesi Barat demi sesuap nasi.

Sholihin berada di Bumi Lallatassira demi jualan bendera merah putih dan pernah-pernik kemerdekaan.

"Modal pesawat aja mas," bebernya kepada Tribun-Sulbar.com, Senin (29/7/2024).

Di Mamuju Tengah, ia numpang di kos keluarganya untuk sekedar tidur.

Selama dir antau, dirinya menghemat pengeluaran.

"Makan seadanya Mas, untuk hemat biaya," ujarnya.

Ayah dari emapt anak ini mengaku, setiap tahun keluar daerah merantau.

Hal itu dilakukan, lantaran hasil penjualan di rantau lebih menjanjikan ketimbang di daerahnya sendiri.

Ia menyebut banyak pengrajin bendera di Garut sehingga harganya murah.

Olehnya itu, meski penghasilan tak menentu, dirinya lebih memilih merantau berjualan bendera.

Baca juga: Sosok Emil Audero, Kiper Inter Milan yang Disorot karena Pasang Bendera Indonesia di Instagram

Di Mamuju Tengah, ia melapak dagangannya di samping Tugu Benteng Kayu Mangiwang, Tobadak, Kabupaten Mamuju Tengah, Sulawesi Barat.

Sejak seminggu kedatangannya di Mamuju Tengah, ia mengaku pembeli masih sepi.

"Hanya satu dua orang yang datang, paling tidak saat ini bisa menutupi uang makan," akunya.

Menurutnya, pembeli ramai menjelang dua minggu hari Kemerdekaan Republik Indonesia.

Ia berharap, dagangannya laris sehingga dapat membawa pulang uang untuk keperluan anak istrinya. 

Terlihat, Sholihin menjual berbagai macam jenis bendera.

Mulai dari bendera merah putih, umbul-umbul hingga aksesoris bendera dan background merah putih untuk keperluan kantor.

Harganya juga bervariasi, dijual mulai harga Rp10 ribu hingga Rp500 ribu.

Artikel ini telah tayang di WartaKotalive.com dan TribunSulbar.com

Berita Viral dan Berita Jatim lainnya

Informasi lengkap dan menarik lainnya di GoogleNews TribunJatim.com

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved