Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

Isak Tangis Setia, Siswi SMP Jadi Yatim Piatu, Sebatang Kara usai Ayah, Ibu dan 5 Kakaknya Tewas

Nasib malang Setia Manullang (14), siswi SMP yang menangis saat melihat jenazah ibunya, Herawaty Manurung (51) terbujur di ruang tengah rumahnya

Editor: Torik Aqua
TRIBUN MEDAN/INDRA GUNAWAN
Isak tangis Setia Manullang yang seketika menjadi yatim piatu dan sebatang kara setelah keluarganya tewas karena kecelakaan mobil yang tertabrak kereta api 

TRIBUNJATIM.COM - Nasib malang Setia Manullang (14), siswi SMP yang menangis saat melihat jenazah ibunya, Herawaty Manurung (51) terbujur di ruang tengah rumahnya, Jumat (2/8/2024).

Diketahui, Herawaty merupakan korban terakhir yang akhirnya meninggal dunia.

Ia meninggal dalam kecelakaan mobil Toyota Rush yang tertabrak kereta api di perlintasan kereta api tanpa palang pintu.

Peristiwa nahas itu tepatnya terjadi di Desa Pagar Jati Kecamatan Lubuk Pakam dengan Desa Sumberjo Kecamatan Pagar Merbau Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, Minggu (21/7/2024) lalu.

Baca juga: Sosok Alda, Yatim Piatu yang Harus Cuci Darah Seumur Hidup, Nangis Selalu Pulang Sendirian dari RS

Isak tangis Setia terdengar di sisi jenazah ibunya.

Sebab, hanya ibunya yang Setia punya setelah ayah dan 6 kakaknya meninggal terlebih dahulu dua pekan lalu.

 
Jenazah ibunya sudah tiba di rumah duka Kamis sore sekitar pukul 16.00 WIB dari Rumah Sakit Adam Malik Medan. 

"Kenapa kalian pergi semua mak. Tiap pagi mamak bangunin aku (untuk) sekolah. Sama siapa lagi aku mak,"ucap Setia Manullang sambil memegangi wajah ibunya. 

Saat itu keluarganya yang perempuan pun sempat berusaha untuk menenangkannya.

Karena baru sampai dari Jambi, Setia Manullang pun sempat disuruh untuk beristirahat lebih dahulu.

Keluarga yang melihatnya juga tidak bisa menyembunyikan kesedihan. 

"Banyaknya nanti yang ngurus mu. Istirahat dululah kau ya," ucap seorang perempuan sambil mengelus-elus punggungnya. 

Marise Manurung yang merupakan adik kandung korban mengatakan mereka berangkat dari Jambi Kamis (1/8/2024) sekira pukul 09.00 WIB.

Setelah mendapat kabar dari Medan, Herawaty Manurung meninggal sekitar pukul 07.00 mereka pun langsung bergegas.

Menurutnya kakaknya ini adalah orang yang paling baik. 

"Abang sama kakak ku ini baik kali orangnya. Mamak kandungku dulu pun meninggal di sininya.

Kakakku anak ke 6 dan aku anak ke 8. Kalau si Setia tinggal sama kami di Jambi,"ucap Marise Manurung.

Marise menyampaikan setelah tau bapak dan 5 orang saudaranya meninggal, Setia meminta untuk ikut tinggal di Jambi bersamanya.

Karena itu ia pun kemudian mengurus surat pindah sekolah Setia dari SMP Negeri 1 Lubuk Pakam.

Ke depan Setia pun akan tetap tinggal di Jambi. 

"Sudah sempat sekolah satu hari si Setia di Jambi.

Dapat kabar seperti ini datang lagi lah kami. Selama ini yang jaga kakak di rumah sakit ya ganti-gantian lah keluarga.

Sebenarnya kemarin itu (awal pertama kali kejadian) sadarnya kakak ini cuma 4 hari terakhir menurun kondisinya,"kata Marise. 

Sementara itu Manatar Manullang menyebut mereka akan memakamkan kakak iparnya ini di kampung mereka di Dolok Sanggul, Kabupaten Humbang Hasundutan Sabtu (3/8/2024).

Jenazah akan dimakamkan di dekat suami dan 5 anaknya.

Dengan meninggalnya Herawaty Manurung membuat korban kecelakaan tertabrak kereta api menjadi 7 orang.

Mereka semuanya satu keluarga terdiri dari ayah, ibu dan 5 orang anaknya.

Setia Manulang menjadi satu-satunya anak korban yang tersisa.

Ia bisa selamat lantaran tidak ikut dalam rombongan dan memilih tidur di dalam rumah dan tinggal bersama bibik dan dua sepupunya.

Saat kejadian ayah dan 5 abang dan kakaknya yang lebih dahulu meninggal.

Mereka bernama  Ramses Manulang (52), Gabriela Manulang (28), Sarah Manulang (26), Yohanes Manulang (24), David Manulang (22) dan Niko Manulang (20).

Diberitakan sebelumnya, tetangga korban, yakni Edward Manik mengatakan Herawaty meninggal pada Kamis pukul 06:30 WIB tadi setelah mendapat perawatan selama 11 hari usai kejadian.

"Iya, meninggal sekitar 06:30 WIB pagi tadi. Jenazah masih di jalan. Dia mengalami luka parah," kata Edward Manik, Kamis (1/8/2024).

Edward menjelaskan, jenazah Herawati akan disemayamkan dulu ke rumah duka, lalu akan dimakamkan di Desa Huta Gurgur Kecamatan Dolok Sanggul Kabupaten Humbang Hasundutan.

"Jenazah dibawa ke rumah duka, setelah itu baru dibawa atau dimakamkan di Humbang Hasundutan."

Herawaty Manurung (51) dirujuk ke RSUP Adam Malik, Medan Senin, (22/7/2024).

Setelah tragedi kecelakaan terjadi ia sempat dilarikan warga dan polisi ke rumah sakit Sari Mutiara Lubuk Pakam.

Ia dirujuk lantaran dalam status sekarat.

"Tadi pagi kami bawa ke rumah sakit Adam Malik. Masih sekarat dia, sebenarnya mulai dari tadi malam mau dibawa cuma belum ada ruangan ini baru tadi pagi dapat ruangan makanya dibawa ke sana," ujar P Manurung keluarga korban.

P Manurung ini merupakan polisi yang bertugas di Polresta Deli Serdang. Pria berpangkat IPTU ini mengaku saudara dengan korban dari kakek dan nenek mereka.

Kini, sang ibu, Herawaty Manullang (51) ikut menyusul.

Setia Manullang, yang masih siswi SMP dengan menyedihkan tinggal sebatang kara.

Berikut daftar nama korban yang tewas 

1. Ramses Manulang (52)  

2. Herawati Manurung (51) (sempat dirawat kini meninggal dunia). 

3. Gabriela Manulang (28). 

4. Sarah Manulang (26). 

5. Yohanes Manulang (24). 

6. David Manulang (22). 

7. Niko Manulang (20)

Si Raja Oloan Akan Tuntut PT KAI

Kasus kecelakaan yang terjadi di jalan perlintasan kereta api tanpa palang pintu di perbatasan Desa Pagar Jati Kecamatan Lubuk Pakam dengan Desa Sumberjo Kecamatan Pagar Merbau Kabupaten Deli Serdang dan menewaskan satu keluarga akan dibawa ke ranah hukum.

Pihak keluarga mengancam akan mengguggat secara perdata dan pidana PT Kereta Api Indonesia (KAI).

Hal ini disampaikan oleh Ketua Umum Siraja Oloan Sumut, Sanggam Bakara ketika ditemui di rumah duka.

Siraja Oloan merupakan komunitas dari marga-marga yang didalam ada marga Simanullang sama dengan marga para korban.

"Kita sudah sepakat akan membawa kasus ini ke perdata dan pidana. Kita akan gugat PT KAI nanti ke pengadilan dan pidananya karena ada unsur kelalaian yang kita lihat ini. Di lokasi kejadian itu kita lihat tidak ada rambu-rambu palang pintu," ujar Sanggam Bakkara yang ditemui di rumah duka, Senin (22/7/2024).

Sanggam menilai lokasi sekitar dianggap cukup ramai dan padat penduduk.

Intensitas kendaraan yang lalu lalang juga cukup tinggi.

Dianggap langkah hukum ini diambil bukan karena mereka punya kepedulian terhadap para korban saja tapi masyarakat lainnya.

"Kita minta supaya Kepala PT KAI itu dicopot saja. Yang kita lihat ini, sudah mengabaikan keselamatan masyarakat. PT KAI juga kita lihat sampai sekarang belum ada datang, sampaikan lah ucapan duka cita. Ini tidak ada, dan kita lihat nggak peduli," kata Sanggam.

Mereka dari pihak keluarga merasa menyesalkan mengapa jalan yang lebar di Desa Sumberjo sampai Pagar Jati tidak punya palang pintu.

Sementara itu Edward Manik warga Desa Sumberjo mengatakan sudah banyak kecelakaan yang terjadi di lokasi.

Mantan Kepala Desa dua periode ini berharap agar pihak terkait bisa memberikan perhatian lebih kedepannya.

"Ya terus terang saja sudah banyak kali kejadian kecelakaan dan ini bisa dibilang yang paling parah karena ada 6 orang dalam satu keluarga meninggal. Selain itu juga ada yang luka-luka. Harapan kami ya kalau bisa dipasang palang pintu lah. Dulu kami sudah pernah sampaikan sama pihak kereta api tapi nggak ada juga (tidak ada tindaklanjut)," kata Edward Manik.

Edward menyampaikan saat ini warga juga mengeluh dengan penempatan bantalan rel beton yang bertumpuk di sekitar lokasi.

Karena penumpukan itu dianggap bisa mengganggu pandangan kanan dan kiri.

Hal ini dianggap juga bisa membahayakan pengendara lainnya.

Artikel ini telah tayang di Tribun-Medan.com 

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved