Berita Viral
Protes Jalan Rusak ke Pemerintah, Warga Ubah Teks Proklamasi di Apel HUT RI: Menjerit dan Tertinggal
Aksi protes jalan rusak dilakukan warga Desa Woloede, Kecamatan Mauponggo, Kabupaten Nagekeo, Nusa Tenggara Timur.
Penulis: Ani Susanti | Editor: Mujib Anwar
TRIBUNJATIM.COM - Aksi protes jalan rusak dilakukan warga Desa Woloede, Kecamatan Mauponggo, Kabupaten Nagekeo, Nusa Tenggara Timur.
Mereka mengubah teks proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia saat menggelar acara 17 Agustus di Kampung Ulunua.
Tokoh adat Desa Woloede, Kecamatan Mauponggo mengungkap alasan di balik aksi mengubah teks proklamasi tersebut.
Rupanya, ini semua buntut kekecewaan terhadap Pemerintah yang tak kunjung memerhatikan jalan menuju daerah itu.
Teks proklamasi yang mereka ubah itu dibacakan saat sambutan tokoh adat.
Teks proklamasi itu dibacakan dengan lantang oleh tokoh adat bernama Yosef Mola.
Warga yang mengikuti upacara langsung menyambut dan berteriak membalas dengan pekikan jalan aspal dan hotmix.
Berikut petikan teks proklamasi kemerdekaan yang mereka ubah.
Proklamasi
"Kami masyarakat Desa Woloede dengan ini menyatakan bahwa: cengkeh, pala, pisang, durian, salak, dan manggis limpah adanya.
Perut kami terisi ubi talas di tanah yang subur ini. Lauk-pauk kami limpah adanya. Air bersih kami mengalir setiap saat.
Tetapi kami masih menjerit dan tertinggal. Dibelenggu oleh akses jalan kabupaten yang buruk, karena kurang diperhatikan oleh Pemerintah.
Kami mohon kepada Negara Republik Indonesia, dengan cara saksama beri kami jalan hotmix yang layak dan seadil-adilnya dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya".
Ulunua, 17 Agustus 2024.
Baca juga: 3 Fakta Viral Bayi Meninggal di Mobil, Telat Dibawa ke RS Gegara Jalan Rusak, Simak Kronologinya
Yosef Mola, mengatakan warga melakukan aksi protes dengan mengubah teks proklamasi itu agar Pemerintah membuka mata dengan kondisi infrastruktur menuju desa yang tak kunjung diperhatikan.
Padahal, kata dia, warga sudah berulangkali menyampaikan kondisi infrastruktur jalan tersebut kepada Pemerintah, tetapi hingga kini tak kunjung diperhatikan.
"Kalau omong merdeka, sesungguhnya kami di sini belum merdeka. Jadi ini upaya kami supaya bisa merdeka," kata Yosef saat dihubungi Minggu (18/8/2034), melansir dari Kompas.com.
Ia berharap Pemerintah segera memerhatikan jalan menuju daerah itu.
Sebab, jalan yang buruk itu berdampak pada perekonomian masyarakat yang tak kunjung naik.
"Harga barang kebutuhan pokok mahal. Nilai jual komoditi pertanian juga sangat rendah karena jalan yang rusak," imbuh dia.
Baca juga: Alasan Dinas PUTR Lumajang Sebut Perbaikan Jalan Rusak Tak Bisa Langsung Diperbaiki Pemkab
Sebelumnya viral aksi warga rela patungan Rp50 ribu demi uruk jalan yang rusak parah.
Kondisi ini terjadi di Jalan Dermaga Ujung 1, Muara Angke, Jakarta Utara.
Meski berada di kota besar, Jalan Dermaga Ujung 1 justru didominasi tanah merah dengan kontur yang tidak merata.
Jalan itu semakin sulit dilalui ketika hujan tiba.
Pasalnya, air akan menggenang di beberapa titik.
Genangan air tersebut membuat Jalan Dermaga Ujung 1 menjadi sangat licin dan becek sehingga sulit untuk dilalui.
Selama ini, warga selalu patungan untuk menguruk jalanan dengan kerikil dan puing bekas agar jalan tersebut bisa dilalui dan tak selalu becek.
Namun, tumpukan kerikil dan puing bekas justru membuat jalan ini semakin tak nyaman ketika dilalui.
Setiap pengendara harus berhati-hati ketika melintas.
Jika tidak, pengendara bisa saja terjatuh karena tergelincir tanah yang sudah bercampur air atau batuan.
Dalam situasi demikian, jalan ini masih sering dilalui mobil bak, becak motor, dan kendaraan lain yang bermuatan berat, sehingga memperparah kondisinya.
Sementara, jika musim panas tiba, jalanan ini menjadi berdebu.
Debu jalanan pun akan berhamburan ketika dilalui kendaraan atau pejalan kaki.
Baca juga: Katno Kecewa Pesanan 2500 Porsi Bakso untuk Upacara di IKN Dibatalkan, Padahal Peralatan Sudah Siap
Kondisi Jalan Dermaga Ujung 1, Muara Angke, Jakarta Utara rusak parah, Senin (5/8/2024). (KOMPAS.com/SHINTA DWI AYU)
Puluhan tahun
Sejumlah warga yang tinggal di sekitar Jalan Dermaga Ujung 1 pun mengeluhkan kondisi ini.
Warga mengatakan, sudah puluhan tahun jalan tersebut rusak parah dan tak beraspal.
"Dari saya kecil belum pernah diaspal sama sekali," kata salah seorang warga bernama Susi (35) saat diwawancarai Kompas.com di lokasi, Senin (5/8/2024).
Susi mengungkapkan, dirinya sudah tinggal di Jalan Dermaga Ujung 1 selama 30 tahun.
Selama itu, kerusakan jalan di depan rumahnya belum pernah diperbaiki pemerintah.
Bukan hanya Susi, warga lain bernama Yanti (35) juga mengeluhkan hal yang sama.
"Sama aja keluhannya seperti itu, ini jalanannya kaya gini mulu (rusak mulu)," ucap Yanti.
Baca juga: Kenakan Baju Osing di Upacara HUT RI ke-79, Pj Gubernur Adhy Ajak Isi Kemerdekaan dengan Hal Positif
Rusaknya Jalan Dermaga Ujung 1 membuat aktivitas warga menjadi terhambat.
Sejumlah warga merasa begitu kesulitan ketika hendak bepergian karena jalan tersebut rusak dan becek.
"Sebenarnya sulit banget ya kalau mau pergi ke mana-mana repot, gujlak-gajluk (bergelombang)," kata Susi.
Agus (60), warga setempat, turut merasakan hal yang sama.
Selama puluhan tahun, warga pun secara sukarela patungan untuk melakukan pengurukan jalan.
Jalan tersebut diuruk menggunakan puing bekas dan kerikil yang dibeli warga dengan harga Rp 120.000 per satu truk.
Agus mengatakan, biasanya ia dimintai patungan sebesar Rp 50.000 untuk setiap pengurukan jalan.
Pengurukan jalan itu bisa dilakukan sebanyak dua kali dalam satu tahun.
Meski tak membuat Jalan Dermaga Ujung 1 menjadi rata, pengurukan setidaknya membuat jalan bisa dilalui dan tak terlalu becek.
Sejumlah warga pun mengaku sudah meminta pemerintah untuk memperbaiki Jalan Dermaga Ujung 1.
Namun, sampai detik ini, permintaan tersebut tak direspons.
"Sudah ada dari RT mengajukan perbaikan, cuma mungkin enggak ada respons atau tindak lanjut," kata Yanti.
Warga setempat lain bernama Warkiman (57) juga mengatakan hal yang sama.
Katanya, pihak RT atau RW sudah berkali-kali mengajukan perbaikan jalan ke Dinas Bina Marga atau Pemerintah Kota (Pemkot) Jakarta Utara, namun belum ditanggapi hingga kini.
"Memang sulit, sudah mengajukan ke mana pun enggak pernah direspons. Ini kan sudah ada status RT dan RW, tapi kita mau mengajukan ke mana pun enggak pernah direspons, enggak ada ujung pangkal atau lanjutannya," ujar dia.
Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com
mengubah teks proklamasi kemerdekaan
protes jalan rusak
Nusa Tenggara Timur
berita viral
TribunJatim.com
Tribun Jatim
Karyanya Raih Medali Emas, Anak Penjual Soto Kuliah Gratis di UGM, Ortu Pesan Tak Menyerah |
![]() |
---|
Intan Rogoh Rp 1,6 Juta Sebulan hanya Untuk Pulang Pergi Kerja di Ibu Kota, Akses Angkutanpun Susah |
![]() |
---|
Apes Ujang, Angkotnya Kebakaran Ketika Beli Bubur, Nekat Korbankan Diri saat Api Berkobar |
![]() |
---|
2 Anaknya Diterima Kuliah di ITB, Santi Tukang Sepuh Emas Nangis Rektor Datangi Tempat Kerjanya |
![]() |
---|
5 ASN Nongkrong Kena Razia Satpol PP, Ngakunya Kordinasi di Warkop saat Jam Kerja |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.