Berita Viral
Dokter Keluhkan 2 Pasiennya Meninggal karena Kehabisan Obat, Pihak RS Klarifikasi: Sudah Dipesan
Dua pasien meninggal dunia akibat tidak adanya obat di rumah sakit di Medan tersebut.
Penulis: Alga | Editor: Mujib Anwar
TRIBUNJATIM.COM - Keluhan diduga seorang dokter di RSUD Pirngadi soal dua pasiennya yang meninggal dunia, viral di media sosial.
Pasalnya dua pasien tersebut meninggal akibat tidak adanya obat di rumah sakit di Medan tersebut, Minggu (1/9/2029).
Hal itu diketahui lewat postingan akun Instagram resmi @medancyber_official.
Baca juga: Diminta RS Buka Hijab saat Bekerja, Dokter Spesialis Bedah Resign, Kecewa soal Aturan Berpakaian
"Innalillahi wa inna ilaihi rojiun, ada pasien aku exit (meninggal dunia). Tahu kenapa kelen?
Karena enggak ada obat. Aku kadang-kadang pusing juga lihat rumah sakit ini," kata seorang laki-laki dalam video tersebut.
Atas kejadian ini, ia pun meminta agar Wali Kota Medan memperhatikan Rumah Sakit Pemerintah Kota Medan tersebut.
"Tolonglah Pak Bobby, sebab bapak ini masih sebelum bapak maju. Tolonglah beresi rumah sakit ini.
Pening kali kepalaku coba. Sudah dua pasienku exit. Kan bikin malu aja," ujarnya.
Ia pun mengeluhkan bahwa rumah sakit di tempatnya bekerja tidak memiliki obat.
"Ini rumah sakit masak enggak ada obat. Aduh, sampai kami, aku sama koas beli obat tahu.
Jadi pasien ini meninggal, insyaallah dosanya bukan aku yang tanggung," ucapnya.
Hal itu karena dirinya merupakan seorang karyawan yang sudah DPJP.
"Nanti kalau enggak kena delik aku sama malaikat. Untung aja. Karena ada niat beli obat.
Insyaallah enggak kena delik sama malaikat. Yang kena delik nanti tahu, manajemen," jelasnya.

Ia pun berharap keluhannya ini didengar oleh Pemerintah Kota Medan, terutama Wali Kota Bobby Nasution.
"Tolonglah, sudah pusing ini, kejadian ini sudah banyak kali, pasien-pasien aku selalu WA, 'Dok mau kemoterapi', tapi obatnya habis.
Jadi kelen maunya apa. Tolong ya diberesin ya. Obat-obat itu dipesan ya. Jadi duit itu kemana," jelasnya.
Menanggapi hal itu, Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Medan, Surya S Pulungan, mengaku belum mengetahui informasi tersebut.
"Belum tahu. Baru dengan informasi tersebut. Infonya dari mana itu," jelasnya saat dikonfirmasi Tribun Medan, Minggu (1/9/2024).
Dikatakan Surya, untuk informasi kekosongan obat, sebaiknya dikonfirmasi ke rumah sakit yang bersangkutan.
"Kalau kekosongan obat pasien meninggal belum ada info. Sebaiknya langsung tanya ke Rumah sakitnya," ucapnya.
Baca juga: Anak SD Hampir Meninggal karena Digigit Kutu, Ibu Menyesal Malas Bawa ke RS, Nangis Diamuk Dokter
Disinggung apa tindakan Dinkes Medan terhadap permasalahan ini, Surya mengaku akan mengeceknya.
"Akan tetapi, ini kami cek lah, tentunya kita akan konfirmasi dan klarifikasi atas berita yang viral ini.
Untuk teknis kenapa terjadi kekosongannya, biar pihak rumah sakit yang menjawab," jelasnya.
Namun, menurut Surya, untuk permasalahan obat sudah diurus secara terpisah oleh RSUD Pirngadi.
"Kalau terkait obat itu, RSUD Pirngadi sudah sistem berdiri sendiri ya. Karena mereka sudah Badan Layanan Umum Daerah (BLUD). Mereka yang paham terkait teknis pengisian obat," jelasnya.
Untuk itu, kata Surya ini pihaknya akan melakukan pengecekan ke RSUD Pirngadi.
"Ini masih akan kita cek terlebih dahulu," jelasnya.

Sementara itu, Kepala Tim Hukum dan Humas RSUD Pirngadi Medan, Gibson Girsang, merespons soal dua pasien meninggal akibat kehabisan obat yang viral di sosial media.
Dikatakan Gibson, pihaknya telah mengetahui adanya informasi yang viral di sosmed tersebut.
Gibson mengatakan, sebenarnya obat-obatan yang dibutuhkan sudah dipesan.
Hanya saja, obat tersebut butuh waktu untuk didistribusikan.
"Obatnya sudah dipesan, hanya butuh waktu untuk distribusi," ujar Gibson, Senin (2/9/2024).
Namun saat dimintai keterangan lebih lanjut mengenai tanggal pemesanan, estimasi, dan obat saja yang habis, Gibson belum memberikan jawabannya.
Baca juga: Orang Tua Mau Pingsan Lihat Anak Kencing Darah Seminggu, Dokter Tak Habis Pikir Lihat Hasil USG
Sementara itu, kasus kematian dokter Aulia Risma Lestari kini membuka fakta baru.
Kementerian Kesehatan mengungkapkan fakta baru bahwa ada pungutan liar yang dialami oleh dokter Aulia.
Tak tanggung-tanggung, dokter Aulia ternyata diperas seniornya Rp40 juta per bulan.
Hal itu disampaikan juru bicara Kemenkes RI, Mohammad Syahril.
Dalam proses investigasi, ditemukan adanya dugaan permintaan tidak biasa yang diterima oleh almarhumah dokter Aulia Risma Lestari dari seniornya.
Dokter muda tersebut seolah dipaksa untuk memenuhi permintaan dana sebesar Rp20-40 juta per bulan untuk seniornya.
"Berdasarkan kesaksian, permintaan ini berlangsung sejak almarhumah masih di semester 1 pendidikan atau di sekitar Juli hingga November 2022," kata Syahril kepada wartawan, Minggu (1/9/2024).
Syahril mengatakan, permintaan uang tersebut di luar biaya pendidikan resmi yang dilakukan oleh oknum-oknum dalam program.
Dikatakan Syahril, korban ditunjuk sebagai bendahara angkatan yang bertugas menerima pungutan dari teman seangkatannya.
Dokter Aulia juga menyalurkan uang tersebut untuk kebutuhan-kebutuhan non-akademik.
Seperti membiayai penulis lepas untuk membuat naskah akademik senior, menggaji office boy (OB), dan berbagai kebutuhan lainnya.

Masih dalam proses investigasi, permintaan itulah yang diduga menjadi pemicu awal korban mengalami tekanan luar biasa dalam proses pembelajaran.
Tak ayal korban dan keluarga sangat keberatan dengan permintaan senior tersebut.
"Pungutan ini sangat memberatkan almarhumah dan keluarga. Faktor ini diduga menjadi pemicu awal almarhumah mengalami tekanan dalam pembelajaran karena tidak menduga akan adanya pungutan-pungutan tersebut dengan nilai sebesar itu," kata Syahril.
Adapun bukti dan kesaksian atas permintaan uang di luar biaya pendidikan ini sudah diserahkan ke pihak kepolisian untuk dapat diproses lebih lanjut.
Investigasi terkait dugaan bullying saat ini masih berproses oleh Kemenkes bersama pihak kepolisian.
Terkait dengan penghentian sementara PPDS anastesi UNDIP berpraktek di RS Kariadi sejak 14 Agustus 2024, Kemenkes mengambil kebijakan ini.
Yakni antara lain karena adanya dugaan upaya perintangan dari individu-individu tertentu terhadap proses investigasi oleh Kemenkes.
Mimpi Alfatih Selama 3 Hari Tertimbun Puing Ponpes Al Khoziny Bikin Khofifah Takjub: Pakai Pickup |
![]() |
---|
Tangis Orang Tua Anaknya Jadi Korban Keracunan MBG, Siap Tempuh Jalur Hukum: Tunggu Tanggal Mainnya! |
![]() |
---|
Sosok Sahara, Bos Rental Mobil yang Bikin Yai Mim Diusir dari Perumahan, Awal Konflik Soal Parkiran |
![]() |
---|
Pejabat E Ngaku Selingkuh tapi Masih Bekerja di Pemkab, Kini Ragukan Kehamilan Kekasih Gelapnya |
![]() |
---|
Kuras Uang Rp 6,4 Juta Terduga Pelaku yang Ditangkapnya, Polisi Bobol ATM Setelah Mengetahui PIN |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.