Berita Viral
Kisah Penjual Balon Rela Dibayar Seikhlasnya, Malu Usahanya Bangkrut, Tak Ada Keluarga yang Tahu
Sebelum menjadi badut cepot penjual balon, ia mengaku sempat dagang martabak keliling, tapi bangkrut.
Penulis: Alga | Editor: Mujib Anwar
TRIBUNJATIM.COM - Bripka Rizky Hikmat Setiawan seorang polisi yang viral karena sering membantu orang sekitarnya, kembali mengungkap kisah haru.
Kali ini, Bripka Rizky Hikmat Setiawan bertemu dengan seorang penjual balon keliling saat ia tengah patroli di Cimahi, Jawa Barat.
Dalam video yang diunggahnya di akun IG @bangrizky_goww, terlihat penjual balon tidak mematok dagangannya.
Baca juga: 35 Tahun Jualan Koran, Djajam Mampu Sekolahkan Anaknya sampai Jadi TNI, Kini Punya 8 Anak Buah
Terlihat penjual balon tersebut mengenakan kostum badut cepot.
Ia menuliskan 'jual balon seikhlasnya' dalam sebuah wadah yang digantungnya dan di kertas yang ditempelkan di tas.
Suasana saat badut cepot jualan balon tersebut sudah malam hari.
Ia masih berjalan kaki keliling agar dagangannya bisa habis terjual.
Kemudian, Bripka Rizky yang bertugas di Unit Patwal Sat Lantas Polres Cimahi menyapa penjual balon tersebut dan mengajaknya makan.
Ia pun langsung menyetujui ajakan dari Bripka Rizky tersebut.
Pria penjual balon ini mengaku berjualan balon dengan berjalan kaki.
"Mas tuh jalan kaki gini dari mana?" tanya Bripka Rizky, dikutip Tribunjabar.id, Rabu (2/10/2024).
"Dari Pemkot sampai ke rumah, di Tanimulya," kata penjual balon tersebut.
Namun saat pergi ke tempat ia biasa berjualan keliling, penjual balon tersebut naik kendaraan umum.
"Kadang jam 15.00 WIB (berangkat dari rumah) sampai seberesanya," katanya.

Ia tidak mematok jadwal kerjanya, dan baru kembali ke rumah sambil berjalan kaki menjajakan dagangannya.
Sebelum menjadi badut cepot penjual balon, ia mengaku sempat jualan keliling juga.
"Kerja jualan keliling, jualan martabak telur, habis modalnya," ujarnya.
Ia mengatakan sudah berpisah dengan istrinya dan juga mempunyai satu anak.
Meski sang anak ikut dengan mantan istrinya, ia tetap bertanggung jawab sebagai ayah.
"Sekarang mah ikut ibunya, tapi ibunya udah nikah lagi, sekarang aku suka kasih lah," terangnya.
Baca juga: Tinggal di Rumah Ambruk Tanpa Atap, Pasangan Lansia Umar Miris Pemerintah Tak Bisa Kasih Bantuan
Beralih pekerjaan, keluarganya tidak ada yang tahu kalau sekarang dirinya menjadi badut sambil berjualan.
Ia mengaku malu karena jualan balon pakai kostum badut cepot.
"Semuanya enggak tahu pak, saya malu pak," katanya.
Mendengar hal itu, Bripka Rizky pun sedikit memberikan petuah agar tidak malu melakoni pekerjannya tersebut.
"Padahal mah enggak usah malu, kan kerjanya juga halal, dapetin uangnya dari cari halal," kata Bripka Rizky.
Penjual balon itu pun langsung mengangguk saat diberi nasihat.
Lebih lanjut, Bripka Rizky menjelaskan alasan ia mem-blur wajah penjual badut tersebut.
"Maaf saya blur ya muka bapak badut nya, atas permintaan bapak nya sendiri, saya hargai mudah mudahan kita semua sehat selalu, lancar rejeki nya aamiin," jelasnya.
Unggahan itu pun langsung menuai beragam reaksi dari netizen.
@wid***: ya Allah aku Minggu kmren ktmu badut ini ..daerah gerlong klo g salah ..sehat2 mas badut
@scf***: Sehat selalu mas nya, smg panjang umur, jangan pernah menyerah karna gengsi yg penting halal, byk anak muda nganggur karna gengsi sehat selalu, panjang umur, byk rezeky buat pakpol juga
@tes***: Pak,, sebesar itu tanggung jawabmu walau sudah berpisah. Jadi apapun kau jalani. Salute.. sehat selalu pak.. sehat selalu pak polisi.baik hati.. semoga berkah barokah selalu usaha bapak badut dan pekerjaan pak pol.. aamiin yra
Kisah lain datang dari Djajam (73) yang 35 tahun masih setia menjajakan surat kabar untuk masyarakat di Indonesia.
Dari pekerjaannya jualan koran, Djajam juga mampu menyekolahkan anak-anaknya hingga ke berbagai tingkatan.
Bahkan salah satu anak Djajam ada yang saat ini berprofesi sebagai tentara.
Djajam menyebut jika dari koran lah berbagai kenangan baik didapatkannya.
Pasalnya selain bisa untuk menafkahi anak dan istri yang sudah meninggal dunia tifa tahun lalu, Djajam juga mampu menyekolahkan anak-anaknya hingga ke berbagai tingkatan.
Namun diakui Djajam, pembaca koran sudah tak seramai dahulu.
"Dulu kan yang belinya banyak, bisa buat nyekolahin anak," ungkap Djajam saat ditemui di kawasan Kota Tua, Tamansari, Jakarta Barat, Sabtu (28/9/2024) lalu.
"Alhamdulillah untuk anak saya sudah pada kerja semua. Cuma ada 1, dia tentara," imbuh dia.
Menurutnya, masa perjuangannya menyekolahkan tiga anaknya tersebut adalah saat dirinya menjadi loper koran.
Kala itu, ia menjajakan surat kabar dari satu rumah ke rumah lainnya.

Saat ini, taktala usianya memasuki senja, Djajam memilih melibatkan anak buahnya untuk menjadi loper koran.
"Saya ada anak buah delapan orang, kalau enggak gitu saya mungkin enggak dagang kali, kalau anak buah enggak ada, langganan enggak ada," jelas Djajam.
Ya, Djajam mengaku ia tak bisa sendirian untuk menjual surat kabar.
Pasalnya saat ini, peminat koran sudah tidak sebanyak dulu.
Bahkan, lanjut Djajam, beberapa perusahaan media telah tutup dan tak lagi memproduksi koran.
"Mungkin udah banyak saingannya, karena online juga. Sekarang jenisnya jadi tinggal sedikit," tutur Djajam.
"Zaman dulu tahu sendiri ada di lampu merah, di terminal-terminal banyak, sekarang mah jarang," lanjutnya.
Kini ia mengaku berjualan koran hanya untuk kehidupannya sehari-hari.
Pasalnya sejak sang istri meninggal dunia, Djajam berjuang untuk menafkahi dirinya sendiri.
Sembari sesekali, ia memberi uang jajan untuk cucu-cucunya tatkala sedang mendapat rezeki lebih.
"Ya buat nafkahin diri sendiri, buat jajan cucu aja," katanya sedikit terkekeh.

Lebih lanjut Djajam bercerita bahwa tak semua koran yang distoknya di hari tersebut habis terjual.
Menurutnya, setiap hari ada saja koran yang tak laku terjual.
Sehingga harus ia kumpulkan dan putar otak agar barang tersebut tetap bisa menjadi uang.
Alhasil, Djajam banyak menjual murah untuk berbagai koran yang sudah lewat edisi.
Biasanya, ia melepas koran-koran tersebut kepada orang-orang yang memerlukannya untuk mengecat atau alas pakaian.
"Kalau sekarang saya enggak kiloin kalau enggak laku. Tali, yang lama-lama udah lewat bulannya, saya jual murah," kata Djajam.
"Saya jual Rp2.000 untuk koran Kompas dan Rp1.000 untuk Warta Kota dan Pos Kota," imbuhnya.
Sementara untuk majalah, Djajam menyebut jika jumlah peminatnya sekarang sangatlah sedikit.
Oleh karena itu, ia jarang menyetok majalah untuk dipasarkan kepada publik.
Beberapa koleksi majalahnya saja nampak sudah usang dan merupakan edisi lama.
"Karena mikir lah orang beli, daripada keluar Rp50 ribu (buat majalah)."
"Mending koran kan Rp5.000 bisa dapat 10 tiap hari-hari beli," ucap Djajam.
"Dulu pas masih murah majalah Tempo Rp15.000, Rp20.000, masih banyak yang beli, sekarang enggak," pungkasnya.
Gerobak Dagangan Penjual Cilok sampai Pecah, Korban Mengaku Dianiaya Preman |
![]() |
---|
Kronologi Ribuan Mahasiswa Kompak Balik Badan saat Wagub Pidato, Kampus Sengaja Undang Pejabat |
![]() |
---|
Tukang Becak Pasrah Rumahnya Rata Tanah yang Ditinggali Selama 51 Tahun, Semua Harta Lenyap |
![]() |
---|
Rombongan 14 Moge Viral Terobos Jalur TransJakarta, Polisi Tegas Beri Tilang ETLE: Tidak Ada Bedanya |
![]() |
---|
Sindiran Ustaz Dasad Latif usai Rekening Isi Dana Masjid Diblokir PPATK: Apa Gunanya Kalian Sekolah |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.