Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Kabupaten Mojokerto

Menilik Perkebunan Kopi Arabika di Desa Wisata Ketapanrame Trawas Mojokerto Peraih ADWI 2023

Menilik perkebunan kopi arabika di Desa Wisata Ketapanrame Trawas Mojokerto, desa wisata terbaik peraih Anugerah Wisata Desa Indonesia (ADWI 2023).

Penulis: Mohammad Romadoni | Editor: Dwi Prastika
Tribun Jatim Network/Mohammad Romadoni
Kepala Desa Ketapanrame, Zainul Arifin meninjau perkebunan kopi arabika, di Desa Ketapanrame, Trawas, Kabupaten Mojokerto, Minggu (6/10/2024).  

Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Mohammad Romadoni

TRIBUNJATIM.COM, MOJOKERTO - Perkebunan kopi terluas di Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, berada di Desa Ketapanrame, Kecamatan Trawas

Mayoritas jenis kopi yang dikembangkan di wilayah Trawas adalah arabika, dengan ketinggian +1.100 Mdpl (Meter di atas permukaan laut). 

Kepala Desa Ketapanrame, Zainul Arifin mengatakan, perkebunan kopi di desanya berada di kawasan Perhutani dengan total seluas 67 hektare. 

Mayoritas jenis kopi yang ditanam adalah kopi arabika 90 persen dan sisanya robusta.

"Ketinggian kita (Desa Ketapanrame) di atas 800-1.000 Mdpl, sehingga cocoknya memang ditanam kopi jenis arabika," jelasnya, Minggu (6/10/2024). 

Perkebunan kopi  memanfaatkan lahan melalui perjanjian kerja sama (PKS) dengan Perhutani. Jika dikelola secara benar, lahan seluas 67 hektare sekian dapat menghasilkan 100 ton kopi. 

"Ketapanrame bisa menyuplai, memproduksi satu tahun sekitar 100 ton. Kalau itu (kebun kopi) dikelola dengan baik, karena untuk lahan satu hektare bisa menghasilkan kurang lebih 1,1 hingga 1,2 ton," bebernya. 

Menurutnya, lokasi lahan perkebunan kopi berada cukup jauh dari permukiman warga, sehingga perawatannya belum maksimal. 

Baca juga: Sensasi Hunian Berkonsep Farmstay di Dekat Kota Banyuwangi, Sajikan Suasana Perkebunan yang Asri

"Karena itu, lokasi yang kita tanam itu di lereng Gunung Welirang, dengan permukiman agak jauh sehingga perawatan belum intens dan hasilnya kurang maksimal," cetusnya. 

Hasil panen kopi arabika sekitar 50 ton per tahun.

Produk kopi Ketapanrame dipasarkan di sejumlah wilayah, seperti Surabaya, Sidoarjo, Pasuruan, Solo, Yogyakarta dan Jakarta. 

Harga kopi Ketapanrame di pasar lokal (eceran) lebih bagus, ketimbang dijual di pasar luar negeri yang melalui sistem borongan di atas 20 ton. 

Kisaran harga green bean atau biji kopi mentah produk Ketapanrame, untuk jenis robusta di angka 90-100 ribu per kilogram dan arabika sekitar 120-130 ribu/per kilogram. 

"Harga pasar lokal lebih bagus, dari pada kita jual ke luar negeri. Karena ada juga permintaan di atas 20 ton, tapi harganya lebih murah dibandingkan kalau kita jual eceran di pasar lokal," ujar Zainul Arifin. 

Sumber: Tribun Jatim
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved