Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

Orang Indonesia Kaget Guru di Jepang Tolak Oleh-oleh Darinya, Boleh Beri Teman Anak di Luar Sekolah

Orang Indonesia ini kaget saat guru di Jepang tolak oleh-oleh darinya. Warga Negara Indonesia (WNI) itu memiliki anak yang sekolah di sana.

Penulis: Ani Susanti | Editor: Mujib Anwar
Instagram @zahra.rabbiradlia
Orang Indonesia Kaget Guru di Jepang Tolak Oleh-oleh Darinya, Boleh Beri Teman Anak di Luar Sekolah 

TRIBUNJATIM.COM - Orang Indonesia ini kaget saat guru di Jepang tolak oleh-oleh darinya.

Warga Negara Indonesia (WNI) itu memiliki anak yang sekolah di sana.

Ia membagikan ceritanya melalui akun Instagram pribadinya, Zahra Rabbiradlia.

Alasan di balik penolakan itu membuatnya terkesan.

Ia mengaku membawa oleh-oleh khas Indonesia.

Namun guru anaknya tak bisa menerima.

"Sudah berpikir keras untuk kasih oleh-oleh khas Indonesia untuk sensei di sekolah anak-anak, Namun ternyata, senseitachi: Maaf kami tidak bisa menerimanya karena kami pegawai pemerintah atau PNS," tulis Zahra dalam unggahannya, melansir dari TribunJabar.

Perempuan eks diaspora Jepang itu menerangkan, oleh-oleh itu diberikannya secara khusus untuk guru TK yang mendidik anaknya.

Ketika itu, Zahra menyekolahkan anaknya di Jepang karena mengikuti suaminya yang bekerja di Jepang.

Baca juga: Nasib Guru Sartika Dinonaktifkan saat Masih Mengajar di Sekolah, Kepsek Bingung: Saya Tak Terlibat

Zahra bercerita, ia memang berinisiatif memberikan oleh-oleh makanan khas Indonesia kepada guru TK di Jepang pada musim gugur 2023 setelah mudik ke Indonesia.

Oleh-oleh itu sengaja disiapkan kepada para guru sebagai bentuk terima kasih.

Sebab, di Indonesia, membawa dan memberikan oleh-oleh kepada orang terdekat setelah bepergian memang sudah menjadi tradisi. 

"Setelah mudik, saya berniat memberikan oleh-oleh khas Indonesia ke guru dan kepala sekolah," kata dia saat dihubungi, Senin (7/10/2024), dikutip dari Kompas.com.

Zahra mengatakan, oleh-oleh itu berupa makanan yang bisa disantap bersama-sama oleh seluruh guru dan pegawai di sekolah. 

Ia juga menyiapkan oleh-oleh khas Indonesia untuk teman sekelas anaknya.

Bingkisan itu diberikan pada saat agenda parents meeting 1 on 1. 

Baca juga: Siswa SMP Terancam Cacat usai Dihukum Pelatih Squat Jump 1000 Kali, Keluarga Ogah Diberi Rp 40 Juta

Namun, tidak disangka, oleh-oleh yang dibawa Zahra itu ditolak oleh para guru. 

Bahkan, Zahra tidak bisa memberikan oleh-oleh tersebut ke teman sekelas anaknya, kecuali diberikan di luar pagar sekolah. 

"Guru di sana bilang, 'Mohon maaf kami tidak dapat menerimanya karena kami komuin atau pegawai pemerintah' begitu," kata Zahra.

Oleh-oleh disebut termasuk gratifikasi Zahra mengaku tidak tahu apabila guru dan pegawai pemerintah di Jepang tidak boleh menerima oleh-oleh dari orangtua siswa. 

"Saya pikir ya karena baru pulang dari Indonesia, ingin berbagi kebahagiaan saja. Tidak menyangka kalau itu ternyata gratifikasi juga," kata Zahra.

Sebelumnya, Zahra sempat diperingatkan sang suami bahwa memberikan oleh-oleh kepada guru di Jepang bukan hal yang lumrah dilakukan, termasuk pada momen kenaikan kelas atau kelulusan. 

Menurut suaminya, jika ingin memberi hadiah sebagai tanda terima kasih, biasanya berupa surat, prakarya, atau foto kenangan saja. 

Sementara itu, seorang siswa SMP terancam cacat permanen usai dihukum squat jump 1000 kali.

Peristiwa ini terjadi di China.

Dikutip dari worldofbuzz.com pada Sabtu (5/10/2024) via TribunTrends, remaja tersebut dihukum melakukan squat jump sebanyak 1000 kali usai edapatan berbicara dengan temannya.

Sehingga pelatih memberikan hukuman berat tersebut.

Anak itu dikabarkan tak bisa melanjutkan setelah melakukan squat jump 200 kali.

Bukannya menghentikan aksinya, sang pelatih malah menendang remaja tersebut.

Sang ibu segera datang dan membawa anaknya ke rumah sakit.

Baca juga: Pengakuan Kepala Sekolah Siswa SMP Meninggal Seusai Dihukum Squat Jump 100 Kali, Oknum Guru Terpukul

Remaja tersebut pulang setelah diberi obat dan ditangani luka-lukanya.

Tetapi kondisinya memburuk saat melakukan perawatan di rumah.

Remaja tersebut kabarnya tidak bisa berjalan.

Saat malam, ia pun tak bisa tidur.

Tiga hari kemudian, ibu dan anak itu kembali ke rumah sakit.

Betapa terkejutnya sang ibu, anak remajanya didiagnosis menderita Rhabdomyolysis di kakinya.

Ini adalah kondisi di mana otot rangka yang rusak dan hancur dengan cepat.

Sayangnya, remaja itu juga menderita kerusakan pada ginjal dan hatinya. 

Baca juga: 36 Tahun Nyambi Jadi Pemulung, Guru Alvi Tak Malu Disapa Murid di Jalan, Gaji Tak Cukup untuk Hidup

Sang ibu lantas mengunjungi dokter lain untuk konsultasi lain dan mendapatkan diagnosis yang sama.

“Dokter mengatakan bahwa anak saya mungkin tidak dapat berpartisipasi dalam kegiatan olahraga selama sisa hidupnya, yang berarti dia akan cacat," pilu sang ibu.

Pihak keluarga melaporkan kejadian tersebut ke polisi.

Mereka juga mengajukan gugatan hukum ke pengadilan, mendesak penyelenggara perkemahan musim panas untuk bertanggung jawab.

Kasus tersebut memasuki proses peradilan dan kepala lembaga yang terlibat mengatakan bahwa instruktur tersebut tidak menggunakan hukuman fisik atau pemukulan.

Kasus bisa diselesaikan dengan biaya Rp40 jutaan.

Namun pihak keluarga tidak setuju dengan kompensasi tersebut dan melanjutkan gugatan.

Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved