Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

Miliader Menyesal Suntik Lemak, Ingin Awet Muda Malah Berubah Mengerikan: Seperti di Ambang Kematian

Seorang miliader menyesal suntik lemak karena wajahnya hasilnya jadi mengerikan.

Penulis: Ani Susanti | Editor: Mujib Anwar
Instagram @bryanjohnson_
Miliader Menyesal Suntik Lemak, Ingin Awet Muda Malah Berubah Mengerikan: Seperti di Ambang Kematian 

TRIBUNJATIM.COM - Seorang miliader menyesal suntik lemak karena wajahnya hasilnya jadi mengerikan.

Padahal, miliader Amerika ini suntik lemak karena ingin awet muda.

Miliader itu diketahui bernama Bryan Johnson (47).

Rupanya, Bryan Johnson mengalami alergi setelah menjalani prosedur kecantikan tersebut hingga tak bisa melihat.

Melansir dari TribunTrends, Bryan Johnson mengunggah kisahnya ini di Instagram.

Kali ini ia menjalani prosedur injeksi lemak yang dilakukan pada bagian tubuh.

Rupanya Bryan kekurangan lemak di wajahnya karena melakukan diet rendah lemak dan defisit kalori yang terlalu ekstrem.

Akibatnya wajahnya jadi begitu kurus yang berdampak pada penuaan.

"Saya menjadi sangat kurus dan kehilangan banyak lemak-terutama di wajah.

Saya terlihat kurus kering.

Orang-orang mengira saya berada di ambang kematian," ujarnya seperti dikutip dari People pada Rabu (20/11/2024).

Baca juga: Kenali 13 Risiko Sedot Lemak pada Kesehatan, Pasien Bisa Alami Mati Rasa hingga Kehilangan Darah

Tim Bryan menemukan fakta bahwa lemak di wajah ternyata bisa berdampak pada penampilan lebih muda.

Dengan ide ini, maka dimulailah eksperimen baru yang disebut 'Project Baby Face'.

Tujuan proyek ini adalah mencari tahu apakah ada metode yang bisa mengembalikan volume wajah yang hilang akibat kurang lemak.

Bryan dan tim lantas memilih metode 'fat-derived extracellular'.

Metode ini dilakukan untuk mengembalikan volume dengan merangsang pertumbuhan lemak alami tubuh.

Bryan pun memakai lemak dari donor karena tubuhnya tidak memiliki cukup lemak untuk diekstraksi.

Sayangnya tubuh Bryan menolak donor lemak.

Baca juga: Fakta Dokter yang Tangani Selebgram Tewas usai Sedot Lemak, Tak Punya Izin Praktik, Bukan Spesialis

Tubuhnya pun bereaksi dan menimbulkan alergi parah hingga wajah dan kepalanya bengkak.

"Segera setelah disuntik, wajah saya mulai bengkak.

Kemudian keadaan menjadi semakin buruk, dan semakin buruk, dan semakin buruk hingga saya tidak dapat melihat lagi.

Itu adalah reaksi alergi yang parah," papar Bryan.

Bryan harus menanggung derita karena reaksi alergi ini selama tujuh hari.

Setelah itu wajah Bryan kembali normal.

Rupanya pengalaman ini tak membuat Bryan jera untuk mencari cara agar lemak wajahnya bertambah.

Ia dan timnya pun mencari cara lain yang lebih aman agar wajah sang miliarder tetap muda.

"Kami kembali merumuskan kembali rencana untuk upaya berikutnya.

Membuat produk itu satu hal; menjadi produk adalah hal yang sangat berbeda," ujarnya.

Sebagai informasi, Bryan Johnson viral di awal tahun 2023 dengan memperkenallan 'Project Blueprint' yang diklaim bisa menunda penuaan selama mungkin.

Cita-cita Bryan adalah memiliki tubuh selayaknya pemuda 18 tahun melalui serangkaian prosedur 'modifikasi' menggunakan teknologi canggih.

Bryan memiliki tim yang terdiri dari 30 dokter dan pakar kesehatan untuk membantunya memiliki jantung sesehat manusia berusia 37 tahun, kulit elastis seusia manusia 28 tahun dan paru-paru berkualitas seperti remaja 18 tahun.

Ia ingin menjadikan seluruh organ tubuhnya tak terkecuali otak, hati, ginjal, gigi, kulit, rambut hingga penis yang berfungsi seperti saat dia masih umur belasan tahun.

Baca juga: Cara Mengetahui Suntik Putih yang Aman bagi Kulit, Dosen UM Surabaya Beri Tipsnya

Sebelumnya, seorang wanita tewas usai menjalani prosedur operasi plastik.

Wanita itu diketahui bernama Liu.

Dilansir dari SCMP via TribunTrends, ia berasal dari daerah pedesaan di Guigang, provinsi Guangxi, Tiongkok, mengunjungi sebuah klinik di Nanning dan mengambil pinjaman lebih dari Rp 87 juta untuk membiayai berbagai prosedur kosmetik tersebut pada tanggal 9 Desember 2020.

Operasi pertama yang dilakukannya adalah operasi kelopak mata ganda dan operasi hidung, yang berlangsung selama lima jam.

Setelah itu, Liu melanjutkan dengan prosedur sedot lemak di pahanya, di mana lemak yang diambil disuntikkan ke wajah dan payudaranya keesokan harinya, juga selama lima jam. 

Namun, pada tanggal 11 Desember, saat Liu dipulangkan dan berada di lift klinik, ia tiba-tiba pingsan.

Meskipun staf klinik melakukan upaya darurat, Liu segera dibawa ke Rumah Sakit Rakyat Nanning, dia dinyatakan meninggal pada sore hari.

Baca juga: Nasib Wanita Tewas usai Sehari Oplas 6 Kali, Terlanjur Utang Rp87 Juta, Keluarga Tuntut Ganti Rugi

Laporan otopsi menyebutkan bahwa Liu meninggal akibat gagal napas akut karena emboli paru setelah sedot lemak.

Pada saat kejadian, Liu meninggalkan dua orang anak, putrinya yang berusia delapan tahun dan putranya yang berusia empat tahun.

Keluarga Liu kemudian menggugat klinik di Pengadilan Rakyat Distrik Jiangnan di Kota Nanning, menuntut kompensasi sebesar Rp 2,5 miliar.

Suami Liu menyatakan, "Klinik menawari saya Rp 436 juta sebagai kompensasi, tetapi saya merasa bahwa uang tersebut tidak cukup. Saya menolak tawaran penyelesaian mereka dan memilih untuk membawa perkara ini ke pengadilan."

Investigasi yang dilakukan mengungkapkan bahwa klinik tersebut memiliki dokumen hukum yang diperlukan untuk melaksanakan prosedur kosmetik, dan dua dokter yang terlibat dalam perawatan Liu memiliki lisensi resmi. 

Volume lemak yang dihilangkan juga dinyatakan sesuai dengan standar medis.

Selama proses hukum, pihak klinik berargumen bahwa Liu bertanggung jawab untuk memahami risiko yang terkait dengan prosedur kosmetik, dengan menyatakan bahwa laporan otopsi tidak mendukung klaim malpraktik.

Meskipun demikian, klinik gagal memenuhi permintaan pengadilan untuk menyerahkan standar perawatan mereka.

Pada bulan Mei 2021, pengadilan awalnya memutuskan bahwa klinik bertanggung jawab penuh atas kematian Liu dan memerintahkan pembayaran kompensasi lebih dari Rp 2,1 miliar.

Namun, klinik mengajukan banding, dan pada bulan Agustus tahun lalu, keputusan pengadilan direvisi menjadi Rp 1,2 miliar, dengan hanya mengakui sebagian tanggung jawab klinik.

Hakim Li Shan menyatakan, "Penilaian menunjukkan bahwa klinik gagal dalam menilai risiko emboli vena, dan ada kesalahan tertentu dalam praktik medis mereka yang berhubungan langsung dengan kematian pasien."

Evaluasi juga menunjukkan bahwa kondisi fisik Liu mungkin berkontribusi terhadap kematiannya, sehingga menyebabkan penilaian tanggung jawab bersama antara Liu dan klinik.

Insiden ini, yang diliput oleh media setempat, telah menarik perhatian publik dengan lebih dari 50 juta tayangan di media sosial dan menciptakan reaksi negatif terhadap klinik tersebut.

Banyak pengguna internet mengecam tindakan klinik yang dianggap tidak memiliki kebijakan yang bijaksana, seperti melakukan enam operasi dalam satu hari dan memprioritaskan keuntungan finansial di atas keselamatan pasien.

Mereka mempertanyakan mengapa klinik tidak mempertimbangkan risiko komplikasi yang dapat terjadi akibat prosedur yang dilakukan, terutama sedot lemak yang dapat menyebabkan pembekuan darah.

Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved