Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Trenggalek

Anggota DPR RI Novita Hardini Menolak Kenaikan PPN 12 Persen untuk Sekolah Internasional

Anggota DPR RI, Novita Hardini menolak kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 12 persen oleh pemerintah terhadap sekolah berstandar internasional

Istimewa
Anggota DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan, Novita Hardini Minta Pemerintah Kaji Ulang Kenaikan PPN 12 Persen untuk Sekolah Internasional.  

Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Sofyan Arif Candra

TRIBUNJATIM.COM, TRENGGALEK - Anggota DPR RI, Novita Hardini menolak kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 12 persen oleh pemerintah terhadap sekolah berstandar internasional.

Novita menilai kebijakan tersebut menghambat akses masyarakat terhadap pendidikan berkualitas dan berpotensi membawa dampak jangka panjang yang merugikan.

Menurut anggota Fraksi PDI Perjuangan DPR RI tersebut, sekolah berstandar internasional adalah sarana pendidikan berstandar global yang dapat menjadi tolok ukur sekaligus motivasi bagi sekolah nasional untuk meningkatkan kualitas dalam aspek pembelajaran, budaya sekolah, kurikulum, moral dan etika murid serta keterampilan tenaga pengajar.  

Novita menambahkan, orang tua yang menyekolahkan anaknya di sekolah internasional tidak melulu dari kalangan masyarakat berpenghasilan tinggi.

Namun mereka sadar pentingnya pendidikan sehingga memberikan pendidikan yang terbaik untuk anak-anaknya meskipun dengan berbagai keterbatasan yang ada.

Baca juga: PPN Naik 12 Persen mulai 1 Januari 2025, Siapa Saja Golongan Listrik PLN yang Kena Tarif ini?

"Tidak semua siswa di sekolah internasional berasal dari keluarga kaya. Banyak orang tua yang rela bekerja lebih keras atau menggeser kebutuhan lainnya demi prioritas membiayai pendidikan anak," kata Novita, Rabu (18/12/2024).

Jika kebijakan tersebut benar-benar diterapkan maka akan memperlebar jurang akses pendidikan berkualitas di dalam negeri.

Hal yang ditakutkan adalah biaya pendidikan sekolah berstandar internasional akan semakin sulit dijangkau, karena biaya operasional sekolah juga akan melonjak.

Baca juga: Mulai 1 Januari 2025, Ini Daftar Barang dan Jasa yang Kena PPN 12 Persen, Termasuk Beras hingga Buah

"Beban biaya Operasional sekolah Meningkat. Sekolah internasional sangat bergantung pada sumber daya global. Seperti teknologi terbarukan, kurikulum global, dan dengan didukung infrastruktur memadai," ucap Novita.

Ketua Tim Penggerak Kesejahteraan Keluarga (PKK) Kabupaten Trenggalek tersebut menilai sekolah Internasional adalah media untuk memahami struktur dan pola pikir dengan wawasan global.

Salah satu tolok ukurnya adalah alumni sekolah internasional yang memiliki akses berkarier dan bernetworking ke seluruh penjuru dunia dengan mudah. 

Baca juga: Saat PPN Indonesia Naik Vietnam Justru Turun, dari 10 Persen ke 8 Persen, Ini Alasan Penurunan Pajak

"Jika PPN 12 persen di bebankan kepada sekolah internasional, maka ini menjadi beban yang akan dirasakan langsung oleh para orang tua yang tidak semuanya berasal dari keluarga kaya" ucap legislator dari Dapil VII Jawa Timur tersebut.

Kenaikan biaya pendidikan tersebut juga akan menurunkan minat calon siswa sehingga sekolah internasional berisiko kehilangan calon siswa. 

Orang tua yang merasa terbebani akan memilih alternatif lain, yang dapat berdampak pada reputasi sekolah dan keberlanjutan investasi asing di bidang pendidikan di masa depan.  

Baca juga: Guru Besar Ekonomi Unair Tanggapi Soal Kenaikan PPN 12 Persen : Kondisi Indonesia Masih Baik

"Sekolah bisa kehilangan siswa, dan investor pun akan menghadapi tantangan besar dalam menjaga keberlangsungan operasionalnya," tambahnya.  

Untuk itu, Novita mendesak pemerintah agar mempertimbangkan ulang kebijakan ini demi masa depan pendidikan Indonesia yang lebih inklusif dan berkeadilan. 

Baca juga: Fakta-fakta Protes Kenaikan PPN 12 Persen, Petisi Muncul, Dinilai Cekik Daya Beli Masyarakat

“Kita harus berpikir jangka panjang. Jangan sampai kebijakan ini justru membuat pendidikan berkualitas semakin tidak terjangkau dan menghambat peningkatan mutu pendidikan nasional,” tegas Novita.  

Saat ini, terdapat 198 sekolah internasional yang tersebar di seluruh Indonesia, menjadikan Indonesia sebagai destinasi utama sekolah berstandar internasional di kawasan Asia Tenggara. Berdasarkan data ISC Research, jumlah ini mengungguli Thailand (192), Malaysia (187), Singapura (119), dan Vietnam (118).  

Seiring dengan pertumbuhan jumlah sekolah, pendaftaran siswa juga menunjukkan peningkatan signifikan, dari 67.000 siswa pada 2023 menjadi 72.000 siswa pada 2024.  

Sumber: Tribun Jatim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved